Ekonomi Afghanistan Dibangun dari Ketergantungan Bantuan, Bagaimana Saat Dipimpin Taliban?

Jum'at, 20 Agustus 2021 - 05:24 WIB
loading...
A A A
Menurut data PBB, tidak ada pengumuman investasi baru dalam dua tahun terakhir yang melibatkan pebisnis asing. Sejak 2014, terpantau totalnya ada empat.

Mengambil contoh dua negara lain dari kawasan Asia Selatan, keduanya dengan populasi yang agak lebih kecil seperti Nepal telah berhasil 10 kali lebih banyak dan Sri Lanka 50 kali lebih banyak selama periode yang sama.

Bank Dunia menggambarkan sektor swasta Afghanistan sebagai ganng sempit. Pekerjaan terkonsentrasi di pertanian dengan produktivitas rendah, dimana 60% rumah tangga mendapatkan penghasilan dari pertanian.

Negara ini juga disebut memiliki ekonomi gelap. Ada penambangan ilegal dan tentu saja produksi opium dan kegiatan terkait seperti penyelundupan. Perdagangan narkoba telah menjadi sumber pendapatan penting bagi Taliban.

Kekayaan Mineral

Banyak yang mengatakan bahwa, ekonomi Afghanistan telah tumbuh sejak invasi AS pada tahun 2001. Namun angka-angka terkait Afghanistan tidak dapat dipercaya, tetapi apa yang mereka tunjukkan menurut Bank Dunia, adalah pertumbuhan tahunan secara rata-rata lebih dari 9% dalam 10 tahun dari 2003.

Setelah itu melambat (yang mungkin mencerminkan tingkat bantuan yang lebih rendah) ke tingkat rata-rata 2,5% antara 2015 dan 2020.

Negara ini memang memiliki sumber daya alam yang sangat besar. Namun dalam konteks dengan kondisi keamanan regional yang terjami serta minimnya korupsi, menjadikannya menarik bagi bisnis internasional.

Ada beberapa jenis mineral yang tersedia dalam jumlah besar, termasuk tembaga, kobalt, batubara dan bijih besi. Ada juga minyak dan gas serta batu mulia.

Salah satu dengan potensi yang sangat mencolok adalah lithium, logam yang digunakan dalam baterai untuk perangkat mobile dan mobil listrik. Akan menjadi sangat penting karena industri motor sedang melakukan transisi ke bentuk transportasi nol-karbon.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1623 seconds (0.1#10.140)