Survei Membuktikan! Sepertiga Orang Tua di AS Rela Utang Buat Biaya Sekolah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah survei aplikasi financial technologi (fintech) lending di Amerika Serikat (AS), Lending Tree melaporkan sepertiga orang tua di AS rela berhutang demi membiayai pendidikan anak . Menggunakan margin eror yang tipis, survei ini membuktikan banyak orang yang mementingkan pendidikan di tengah kriris ekonomi yang melanda Negeri Paman Sam.
Kepala Analis Kredit Lending Tree Matt Schulz menyebut bahwa jumlah rata-rata orang tua untuk membelanjakan keperluan sekolah anak mereka mencapai USD498 atau setara Rp7,1 juta. "Jumlah pengeluaran tersebut membuat banyak orang berutang," ujar dia.
Schulz mengatakan inflasi adalah faktor yang memengaruhi peningkatan belanja konsumen yang sebagian besar sedang mempersiapkan tahun ajaran baru sekolah anaknya. Namun demikian pihaknya meyakini tantangan yang dihadapi para orang tua ialah ketidakpastian ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
"Tidak diragukan lagi bahwa inflasi adalah masalah, tetapi saya pikir mungkin masalah terbesarnya adalah banyak ketidakpastian yang kita lihat di sejumlah distrik sekolah di seluruh negeri. Orang tua harus siap tidak hanya untuk menyekolahkan anaknya saja, tetapi juga harus siap jika ada lonjakan besar kasus Covid-19 dan membuat diliburkan," kata dia. Artinya, pengeluaran untuk barang-barang kebutuhan sekolah bertambah dengan aneka keperluan kesehatan.
"Berarti Anda tidak hanya membeli tas, kotak makan, dan buku catatan saja, tetapi bersama dengan hal-hal seperti pembersih tangan, masker yang sudah menjadi kenyataan hidup ke mana pun Anda pergi sekarang. Semuanya bertambah dan ini adalah harga yang mahal," tuturnya.
Schulz juga mencatat bahwa pembukaan kembali toko-toko ritel di sejumlah wilayah mengubah kebiasaan belanja banyak orang tua. Pihaknya mencatat, seperempat orang tua mengatakan akan memilih belanja keperluan sekolah anaknya secara daring. Belanja langsung dinilai dapat menghemat pengeluaran.
"Ada banyak hal yang bisa Anda temukan saat berbelanja di toko langsung, seperti ketika Anda memerlukan pensil dan kertas mungkin Anda bisa temukan sedikit lebih murah di tokonya langsung daripada di pengecer daring," ungkapnya.
Kepala Analis Kredit Lending Tree Matt Schulz menyebut bahwa jumlah rata-rata orang tua untuk membelanjakan keperluan sekolah anak mereka mencapai USD498 atau setara Rp7,1 juta. "Jumlah pengeluaran tersebut membuat banyak orang berutang," ujar dia.
Schulz mengatakan inflasi adalah faktor yang memengaruhi peningkatan belanja konsumen yang sebagian besar sedang mempersiapkan tahun ajaran baru sekolah anaknya. Namun demikian pihaknya meyakini tantangan yang dihadapi para orang tua ialah ketidakpastian ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
"Tidak diragukan lagi bahwa inflasi adalah masalah, tetapi saya pikir mungkin masalah terbesarnya adalah banyak ketidakpastian yang kita lihat di sejumlah distrik sekolah di seluruh negeri. Orang tua harus siap tidak hanya untuk menyekolahkan anaknya saja, tetapi juga harus siap jika ada lonjakan besar kasus Covid-19 dan membuat diliburkan," kata dia. Artinya, pengeluaran untuk barang-barang kebutuhan sekolah bertambah dengan aneka keperluan kesehatan.
"Berarti Anda tidak hanya membeli tas, kotak makan, dan buku catatan saja, tetapi bersama dengan hal-hal seperti pembersih tangan, masker yang sudah menjadi kenyataan hidup ke mana pun Anda pergi sekarang. Semuanya bertambah dan ini adalah harga yang mahal," tuturnya.
Schulz juga mencatat bahwa pembukaan kembali toko-toko ritel di sejumlah wilayah mengubah kebiasaan belanja banyak orang tua. Pihaknya mencatat, seperempat orang tua mengatakan akan memilih belanja keperluan sekolah anaknya secara daring. Belanja langsung dinilai dapat menghemat pengeluaran.
"Ada banyak hal yang bisa Anda temukan saat berbelanja di toko langsung, seperti ketika Anda memerlukan pensil dan kertas mungkin Anda bisa temukan sedikit lebih murah di tokonya langsung daripada di pengecer daring," ungkapnya.
(nng)