Ribuan Anak Jadi Yatim Piatu, Amalia Ulfa: Hidup Saya Hancur

Minggu, 22 Agustus 2021 - 20:00 WIB
loading...
Ribuan Anak Jadi Yatim...
Amalia Ulfa (24 tahun) bersama adiknya Raffa Abdul Maulana ditinggal kedua orang tuanya meninggal karena COVID bulan Juli lalu. FOTO/ABCNews
A A A
JAKARTA - Saat orang tua Amalia Ulfa meninggal karena COVID , dia merasa hidupnya seperti hampa. "Saya merasa hidup saya hancur berkeping-keping," ungkap dia seperti dikutip dari ABCNews, Minggu (22/8).

Ayahnya, Karwita, meninggal di rumah tanggal 10 Juli, tujuh hari setelah dinyatakan positif COVID. Dua hari kemudian, ibunya, Yulis Sukaryati yang dirawat di rumah sakit karena COVID juga meninggal. "Saya dekat sekali sama mama, ke manapun pergi saya selalu menemaninya," kata Amalia lagi.

Amalia yang berusia 24 tahun kini tinggal bersama adiknya yang baru berusia empat tahun, Raffa Abdul Maulana di Kampung Samaran, Garut, Jawa Barat. Sejak kedua orang tuanya meninggal, Amalia tidak bisa meninggalkan rumah karena harus mengasuh adiknya yang tidak mau ditinggal, sementara ketiga kakaknya tinggal berjauhan.

Saat ini, ia hanya mengandalkan pendapatan dari usaha kecil keluarganya yaitu menjual tabung gas untuk memasak. Sebelumnya, Amalia yang adalah lulusan D3 bahasa Inggris ini pernah kerja selama beberapa bulan di pabrik dan sebulan sebelum orang tuanya meninggal ia bekerja di sebuah hotel di Garut. "Penghasilan dari jualan tabung gas ini tidak akan cukup untuk hidup sehari-hari," katanya.



Kementerian Sosial Indonesia sejauh ini memperkirakan adanya 11.045 anak yang kehilangan satu atau kedua orang tua semasa pandemi. Perkiraan itu dari data yang dikumpulkan sampai akhir Juli, dengan melihat jumlah kematian di kalangan warga Indonesia yang berusia antara 19 sampai 45 tahun. “Kalau misalkan rata-rata satu keluarga itu meninggalkan satu anak maka estimasinya seperti itu,” kata Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kementerian Sosial Kanya Eka Santi.

Kanya mengatakan jumlah anak yang kehilangan orang tua terbanyak adalah di Jawa Timur, yakni 792 orang disusul Yogyakarta dan Jawa Barat, dengan masing-masing sekitar 500 anak-anak. “Di tempat-tempat lain itu masih dalam proses pengumpulan yang saya kira kalau kita mempertimbangkan 34 provinsi, maka angka itu bisa cukup tinggi.”

Namun beberapa lembaga independen, seperti Kawal COVID-19 dan Warga Bantu Warga memperkirakan angkanya melebihi 50 ribu orang, yang nantinya bisa menjadi korban karena meninggalnya orangtua mereka. Erinda Pratiwi kehilangan ibunya karena COVID di Bantul, Yogyakarta beberapa bulan lalu setelah ayahnya juga meninggal tiga tahun sebelumnya.

Setelah kehilangan ibunya, Erinda tinggal bersama kakaknya, tapi dalam dua bulan terakhir Erinda belajar di Pondok Pesantren Ngrukem di Bantul. Di Pondok Pesantren, komunikasi dengan keluarga memang dibatasi. Namun Erinda betah di sana karena ada dikelilingi teman-teman sebaya.

"Waktu di rumah saya kadang sedih melihat dia sebagai adik saya, walau saya juga memiliki anak-anak yang tidak beda jauh usianya dengan Erinda," kata Ari, kakak Erinda kepada ABC Indonesia. "Pengetahuan agama kami tidak cukup. Kami juga khawatir Erinda karena tidak memiliki orang tua lagi. Sejauh ini dia kerasan di pondok pesantren," kata Ari mengenai alasan mengirimkan adiknya ke pondok pesantren.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1639 seconds (0.1#10.140)