Ribuan Anak Jadi Yatim Piatu, Amalia Ulfa: Hidup Saya Hancur
loading...
A
A
A
“Tapi kalau memang ada kasus-kasusnya di lapangan seperti itu, itu adalah bagian dari keterbatasan kami karena memang tenaga Kemensos sedikit, tapi juga memang ada kebiasaan yang juga sulit sekali dikendalikan di kita di mana hal-hal seperti itu adalah jalan pintas yang diambil,” kata dia.
Ratusan Anak Minta Bantuan
Permintaan bantuan juga diiterima sebuah gerakan independen bernama Kawal Masa Depan.
Sejak diluncurkan tiga minggu lalu, organisasi tersebut sudah mendapat bantuan lebih dari Rp1 miliar lewat penggalangan dana secara online.
Dalam jangka panjang, mereka bermaksud memberikan dukungan kepada 10 ribu anak yatim piatu, dan sejauh ini sudah mendapatkan 600 permintaan bantuan. Kalis Mardiasih, seorang relawan yang membantu program tersebut, mengatakan inisiatif mereka terfokus pada pendidikan dan kebutuhan sehari-hari anak-anak yatim piatu.
“Di batch pertama itu kan fungsinya merespon masa krisis. Jadi kita kasih satu juta rupiah bentuknya, baik yang santunan maupun beasiswa pendidikan,” katanya. “Asumsinya adalah ya biar mereka bisa lanjut makan, biar bisa melanjutkan hidup."
“Tapi sebetulnya yang nantinya lulus batch 1 itu akan kita follow up untuk jangka panjangnya. Jadi harapan-harapan lebih lanjutnya itu yang nanti diverifikasi lagi dan kita mulai buat mikirin kualitas pendidikannya.”
Organisasi itu juga berusaha berhubungan langsung dengan anak-anak dan keluarga yang masih mengasuh mereka, dan tidak sekedar kontak lewat media sosial. “Nah, kita itu menyadari keterbatasan, karena enggak semua orang connect social media, apalagi di masa krisis kan?” katanya.
“Yang klaster keluarga, di kampung-kampung, anak masih SD sekarang sebatang-kara sama nenek-kakeknya, misalnya, ini kita udah berjejaring sama salah satu kolaborator kita.”
Kalis mengatakan tanggung jawab untuk melindungi anak-anak tersebut sebenarnya adalah pada negara, namun proses administratifnya terhitung "lama".
“Kita tetap menuntut kepada negara untuk melakukan yang terbaik … cuma kita sadar bahwa ini tuh masa krisis. Kita berangkat dari kesadaran itu, jadi keluarga-keluarga masih pada kacau ngurusin anggota keluarganya yang sakit, masih pada clueless (kebingungan),” katanya. “Kita menyadari di masa krisis apa pun, inisiatif-inisiatif kebaikan dari masyarakat itu kan selalu ada pasti," kata dia.
Ratusan Anak Minta Bantuan
Permintaan bantuan juga diiterima sebuah gerakan independen bernama Kawal Masa Depan.
Sejak diluncurkan tiga minggu lalu, organisasi tersebut sudah mendapat bantuan lebih dari Rp1 miliar lewat penggalangan dana secara online.
Dalam jangka panjang, mereka bermaksud memberikan dukungan kepada 10 ribu anak yatim piatu, dan sejauh ini sudah mendapatkan 600 permintaan bantuan. Kalis Mardiasih, seorang relawan yang membantu program tersebut, mengatakan inisiatif mereka terfokus pada pendidikan dan kebutuhan sehari-hari anak-anak yatim piatu.
“Di batch pertama itu kan fungsinya merespon masa krisis. Jadi kita kasih satu juta rupiah bentuknya, baik yang santunan maupun beasiswa pendidikan,” katanya. “Asumsinya adalah ya biar mereka bisa lanjut makan, biar bisa melanjutkan hidup."
“Tapi sebetulnya yang nantinya lulus batch 1 itu akan kita follow up untuk jangka panjangnya. Jadi harapan-harapan lebih lanjutnya itu yang nanti diverifikasi lagi dan kita mulai buat mikirin kualitas pendidikannya.”
Organisasi itu juga berusaha berhubungan langsung dengan anak-anak dan keluarga yang masih mengasuh mereka, dan tidak sekedar kontak lewat media sosial. “Nah, kita itu menyadari keterbatasan, karena enggak semua orang connect social media, apalagi di masa krisis kan?” katanya.
“Yang klaster keluarga, di kampung-kampung, anak masih SD sekarang sebatang-kara sama nenek-kakeknya, misalnya, ini kita udah berjejaring sama salah satu kolaborator kita.”
Kalis mengatakan tanggung jawab untuk melindungi anak-anak tersebut sebenarnya adalah pada negara, namun proses administratifnya terhitung "lama".
“Kita tetap menuntut kepada negara untuk melakukan yang terbaik … cuma kita sadar bahwa ini tuh masa krisis. Kita berangkat dari kesadaran itu, jadi keluarga-keluarga masih pada kacau ngurusin anggota keluarganya yang sakit, masih pada clueless (kebingungan),” katanya. “Kita menyadari di masa krisis apa pun, inisiatif-inisiatif kebaikan dari masyarakat itu kan selalu ada pasti," kata dia.