Mantan Bos Bursa Berharap Tak Ada Kontrol Harga pada Individual Saham
loading...
A
A
A
“Saya berharap suspensi saham-saham teknologi ini tidak lama, harus segera disimpulkan agar tidak menimbulkan persepsi negatif,” kata Lucky. Saham teknologi yang tergabung dalam index IDXTECHNO tercatat naik 843%. Kenaikan tersebut, menurut Lucky, jauh melampaui performa index lain di BEI.
Fenomena window dressing yang kerap terjadi menjelang akhir tahun dan adanya “Januari Effect telah memicu kenaikan sejumlah saham. Hal ini perlu dicermati regulator dalam mengambil keputusan suspensi saham,” tambah Lucky.
(Baca juga:Bukan Cuma ke Mal, Sertifikat Vaksin Juga Jadi Syarat Masuk BEI)
Per Agustus 2021, kinerja pasar saham Indonesia yang dimulai dengan langkah lamban dan cenderung memerah justru banyak dihiasi oleh intervensi otoritas terhadap sejumlah emiten yang diperdagangkan.
Tercatat pada 2 Agustus tiga saham dikenai suspensi yakni Bhakti Multi Artha (BHAT), Bali Bintang Sejahtera (BOLA) dan Triniti Dinamik (TRUE). Dua saham telah kembali diperdagangkan yakni BOLA dan TRUE, sementara BHAT masih menjalani suspensi.
Menyusul BHAT, pada 6 Agustus saham Bentoel Internasional Investama (RMBA) terkena suspensi. Baik BHAT dan RMBA sampai saat ini statusnya masih belum dapat diperdagangkan.
(Baca juga:Penjelasan Telkom ke BEI Ihwal Investasi di TELE yang Pailit)
Pada 9 Agustus saham Ladang Baja Murni (LABA) dan Yelooo Integra Datanet (YELO) secara bersamaan terkena suspensi selama sehari. Tercatat pada 10 Agustus, ketika LABA dan YELO diizinkan kembali diperdagangkan, dua saham lain yakni Boston Furniture Industries (SOFA) dan Panca Global Kapital (PEGE) dikenai suspensi selama dua hari.
Satu saham di hari itu yang kembali terkena suspensi cukup lama adalah saham BOLA yang kena semprit untuk kedua kalinya dan harus parkir selama 10 hari atau baru dapat diperdagangkan per tanggal 20 Agustus.
Hampir serupa BOLA, saham PEGE pada 16 Agustus kembali terkena suspensi selama sepekan atau baru dapat diperdagangkan per 23 Agustus. Dua hari berselang, 18 Agustus giliran dua emiten kena semprit yakni UANG dan TECH.
Fenomena window dressing yang kerap terjadi menjelang akhir tahun dan adanya “Januari Effect telah memicu kenaikan sejumlah saham. Hal ini perlu dicermati regulator dalam mengambil keputusan suspensi saham,” tambah Lucky.
(Baca juga:Bukan Cuma ke Mal, Sertifikat Vaksin Juga Jadi Syarat Masuk BEI)
Per Agustus 2021, kinerja pasar saham Indonesia yang dimulai dengan langkah lamban dan cenderung memerah justru banyak dihiasi oleh intervensi otoritas terhadap sejumlah emiten yang diperdagangkan.
Tercatat pada 2 Agustus tiga saham dikenai suspensi yakni Bhakti Multi Artha (BHAT), Bali Bintang Sejahtera (BOLA) dan Triniti Dinamik (TRUE). Dua saham telah kembali diperdagangkan yakni BOLA dan TRUE, sementara BHAT masih menjalani suspensi.
Menyusul BHAT, pada 6 Agustus saham Bentoel Internasional Investama (RMBA) terkena suspensi. Baik BHAT dan RMBA sampai saat ini statusnya masih belum dapat diperdagangkan.
(Baca juga:Penjelasan Telkom ke BEI Ihwal Investasi di TELE yang Pailit)
Pada 9 Agustus saham Ladang Baja Murni (LABA) dan Yelooo Integra Datanet (YELO) secara bersamaan terkena suspensi selama sehari. Tercatat pada 10 Agustus, ketika LABA dan YELO diizinkan kembali diperdagangkan, dua saham lain yakni Boston Furniture Industries (SOFA) dan Panca Global Kapital (PEGE) dikenai suspensi selama dua hari.
Satu saham di hari itu yang kembali terkena suspensi cukup lama adalah saham BOLA yang kena semprit untuk kedua kalinya dan harus parkir selama 10 hari atau baru dapat diperdagangkan per tanggal 20 Agustus.
Hampir serupa BOLA, saham PEGE pada 16 Agustus kembali terkena suspensi selama sepekan atau baru dapat diperdagangkan per 23 Agustus. Dua hari berselang, 18 Agustus giliran dua emiten kena semprit yakni UANG dan TECH.