Menjalankan Roda Bisnis Baja, GRP Tidak Melupakan Lingkungan
loading...
A
A
A
BOGOR - PT Gunung Raja Paksi, Tbk atau GRP menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Sharingyuk, komunitas penggerak sosial IPB University, Bogor. Kerja sama dilakukan dalam hal riset, green environment, dan pelestarian lingkungan di kawasan perusahaan. Penandatanganan dilakukan di kantor pusat perusahaan baja swasta nasional tersebut, di Cikarang, Jumat (10/9/2021).
Presiden Komisaris GRP, Tony Taniwan menerangkan, kerjasama tersebut menjadi bukti, bahwa dalam menjalankan roda bisnis, GRP juga berkomitmen memperhatikan faktor lingkungan . Dimana hal ini merupakan salah satu elemen penting dari penerapan Environmental Social Governance (ESG).
“GRP memang peduli terhadap lingkungan. Itulah sebabnya saya berharap, kerjasama antara GRP dan IPB University akan semakin memperkuat penerapan ESG, termasuk faktor lingkungan,” jelas Tony kepada media.
Apalagi lanjutnya, ESG juga sejalan dengan budaya korporasi GRP, yaitu Manajemen TAP (Transparan, Accountable dan Professional). “Budaya korporasi tersebut, sangat mendukung penguatan ESG pada semua lini bisnis GRP,” tegasnya.
Tony menuturkan, kerjasama tersebut memang strategis. Karena seperti diketahui, bahwa bahwa ESG menjadi tren dan memiliki nilai penting dalam dunia bisnis kekinian dan di masa mendatang.
“ESG bisa menjadi alat ukur keberlanjutan dan dampak sosial dari investasi perusahaan atau bisnis di masa depan,” kata Tony.
GRP, jelas Tony, sebenarnya sudah lama menjalankan roda bisnis berwawasan lingkungan. Banyak investasi perusahaan mengacu pada kriteria ramah lingkungan. Termasuk di antaranya, penggunaan energi hijau dan penerapan sistem manajemen risiko yang efektif dalam pengelolaan risiko lingkungan.
“Makanya tak heran, imbuhnya, jika GRP menerima sertifikasi Proper Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sepuluh kali berturut-turut,” pungkasnya.
Pembina Sharingyuk sekaligus Dosen Sekolah Bisnis IPB University, Dr. Asep Taryana, S.TP,MM mengatakan, kerjasama tersebut diharapkan bisa memberikan nilai positif. Melalui kerjasama ini, lanjutnya, diharapkan tercipta dampak ekosistem yang memberikan green economy.
“Bukan hanya dampak pada sistem, tetapi juga dampak sosial kepada karyawan dan lingkungan masyarakat,” ucapnya.
Sebagai bagian implementasi konsep ESG, kerjasama tersebut juga sangat strategis. Pasalnya lanjut dia, perspektif industri saat ini tidak hanya dilihat dari sudut pandang keberlangsungan (sustainibilitas) profit. “Tak kalah penting, bahwa sebagai industri baja, GRP mampu memanfaatkan ruang hijaunya,” kata dia.
Dengan lebih concern pada ekonomi hijau, menurut Asep, GRP juga dinilai bisa meningkatkan daya saing. Sebab saat ini value corporate tidak semata-mata dilihat dari kualitas produk serta kepiawaian mengelola SDM dan raw materials. Lebih dari itu, juga dilihat dari kepedulian terhadap lingkungan.
“Perusahaan seperti ini akan menjaga keberlangsungan. Bukan hanya di Indonesia, ini sudah jadi konsesus dunia. Yakni, perusahaan yang concern terhadap lingkungan akan mendapat nilai lebih tinggi, terutama dari sisi trust kemitraan dalam menjalin usaha,” pungkas Asep.
Presiden Komisaris GRP, Tony Taniwan menerangkan, kerjasama tersebut menjadi bukti, bahwa dalam menjalankan roda bisnis, GRP juga berkomitmen memperhatikan faktor lingkungan . Dimana hal ini merupakan salah satu elemen penting dari penerapan Environmental Social Governance (ESG).
“GRP memang peduli terhadap lingkungan. Itulah sebabnya saya berharap, kerjasama antara GRP dan IPB University akan semakin memperkuat penerapan ESG, termasuk faktor lingkungan,” jelas Tony kepada media.
Apalagi lanjutnya, ESG juga sejalan dengan budaya korporasi GRP, yaitu Manajemen TAP (Transparan, Accountable dan Professional). “Budaya korporasi tersebut, sangat mendukung penguatan ESG pada semua lini bisnis GRP,” tegasnya.
Tony menuturkan, kerjasama tersebut memang strategis. Karena seperti diketahui, bahwa bahwa ESG menjadi tren dan memiliki nilai penting dalam dunia bisnis kekinian dan di masa mendatang.
“ESG bisa menjadi alat ukur keberlanjutan dan dampak sosial dari investasi perusahaan atau bisnis di masa depan,” kata Tony.
GRP, jelas Tony, sebenarnya sudah lama menjalankan roda bisnis berwawasan lingkungan. Banyak investasi perusahaan mengacu pada kriteria ramah lingkungan. Termasuk di antaranya, penggunaan energi hijau dan penerapan sistem manajemen risiko yang efektif dalam pengelolaan risiko lingkungan.
“Makanya tak heran, imbuhnya, jika GRP menerima sertifikasi Proper Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sepuluh kali berturut-turut,” pungkasnya.
Pembina Sharingyuk sekaligus Dosen Sekolah Bisnis IPB University, Dr. Asep Taryana, S.TP,MM mengatakan, kerjasama tersebut diharapkan bisa memberikan nilai positif. Melalui kerjasama ini, lanjutnya, diharapkan tercipta dampak ekosistem yang memberikan green economy.
“Bukan hanya dampak pada sistem, tetapi juga dampak sosial kepada karyawan dan lingkungan masyarakat,” ucapnya.
Sebagai bagian implementasi konsep ESG, kerjasama tersebut juga sangat strategis. Pasalnya lanjut dia, perspektif industri saat ini tidak hanya dilihat dari sudut pandang keberlangsungan (sustainibilitas) profit. “Tak kalah penting, bahwa sebagai industri baja, GRP mampu memanfaatkan ruang hijaunya,” kata dia.
Dengan lebih concern pada ekonomi hijau, menurut Asep, GRP juga dinilai bisa meningkatkan daya saing. Sebab saat ini value corporate tidak semata-mata dilihat dari kualitas produk serta kepiawaian mengelola SDM dan raw materials. Lebih dari itu, juga dilihat dari kepedulian terhadap lingkungan.
“Perusahaan seperti ini akan menjaga keberlangsungan. Bukan hanya di Indonesia, ini sudah jadi konsesus dunia. Yakni, perusahaan yang concern terhadap lingkungan akan mendapat nilai lebih tinggi, terutama dari sisi trust kemitraan dalam menjalin usaha,” pungkas Asep.
(akr)