Oh Nehi! Perbankan India Didera Krisis Kredit Macet: Nilainya Diperkirakan Rp1.420 Triliun

Jum'at, 01 Oktober 2021 - 09:09 WIB
loading...
A A A
"Bad bank" digambarkan sebagai perusahaan rekonstruksi aset, biasanya membeli kredit macet dari bank yang terkena dampak dengan harga yang disepakati. Kemudian melikuidasi atau menjual aset itu sehingga membantu bank mendapatkan kembali sebagian uang yang mereka pinjamkan kepada perusahaan.

Salah satu biang keladi membengkaknya kredit macet di perbankan India adalah sejumlah sektor industri yang bergerak di sektor besi dan baja, penerbangan, pertambangan, jalan, listrik, dan komunikasi. Setengah lusin dari sektor industri itu menyumbang 80% atas kredit macet yang ada.

Dalam jangka panjang, India perlu membersihkan industri perbankannya secara radikal. Pasalnya, rasio penyaluran kredit di Negeri Hindustan itu masih dinilai rendah, kurang dari 60% terhadap PDB yang oleh IMF tahun ini diperkirakan mencapai USD3.05 triliun. Sementara, beberapa banknya memiliki pinjaman bermasalah tertinggi di dunia.

Kredit macet di perbankan India bermula antara 2006 hingga 2008 ketika perbankan jorjoran menggelontorkan kredit saat pertumbuhan ekonomi menembus 9,1% (2006). Meski ada krisis keuangan global antara 2007-2008 dan terjadi perlambatan pertumbuhan, namun tak membuat India "terluka" sehingga antusiasme untuk berinvestasi tak surut.

"Pinjaman buruk ditaburkan di saat yang tepat," kata C. Rangarajan, mantan gubernur bank sentral India periode 1992 hingga 1997, kepada BBC, Kamis (30/9/2021).



Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bahkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi, inflasi yang rendah, dan defisit fiskal yang berkurang membuat bankir terlalu pede untuk tidak melakukan penilaian untuk banyak pinjaman yang diajukan. Saat itu bank dinilai "hidup dengan harapan", memberikan pinjaman segar untuk membukukan keuntungan artifisial dengan memulihkan bunga pinjaman sebelumnya.

"Kroni kapitalis India menggunakan pinjaman bank baik sebagai utang dan ekuitas untuk membiayai proyek-proyek mereka," kata Tamal Bandyopadhyay, penulis buku Pandemonium: The Great Indian Banking Tragedy.

Para ahli mengatakan "bad bank" tidak akan menjadi peluru ajaib untuk mematikan masalah sistemik yang ada di perbankan India. Menurut mereka, semestinya bank-bank milik negara harus benar-benar mandiri dan menjadi pemberi pinjaman yang lebih efisien.

Perbaikan regulasi oleh bank sentral India juga akan membantu industri perbankan untuk . Kemudian, penjualan pinjaman membutuhkan lebih banyak transparansi.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Dana Pemda Rp86,85 Triliun...
Dana Pemda Rp86,85 Triliun Mengendap di Bank, Terendah dalam 4 Tahun Terakhir
Banyak Negara Siap Gabung...
Banyak Negara Siap Gabung BRICS, Menlu India: Aliansi Ini Tidak Seperti NATO
Perkuat Kualitas SDM...
Perkuat Kualitas SDM di Industri BPR, Perbarindo Gandeng Perguruan Tinggi dan Prodikpi
BRICS Terpecah Soal...
BRICS Terpecah Soal Dedolarisasi, India Bongkar Fakta Mengejutkan
Waspada Penipuan SMS...
Waspada Penipuan SMS OTP dari Bank, Begini Modus dan Pencegahannya
BNI Ubah Jam Operasional...
BNI Ubah Jam Operasional Selama Bulan Ramadan
Hadapi Tantangan Masa...
Hadapi Tantangan Masa Depan, KB Bank Terapkan Next Generation Banking System
Negara Ini Sedang Berburu...
Negara Ini Sedang Berburu Harta Karun Mineral Langka di Afrika dan Australia
Cara Perbankan Ikut...
Cara Perbankan Ikut Meningkat Literasi dan Inklusi Keuangan Masyarakat
Rekomendasi
8 Pati Polri Dapat Promosi...
8 Pati Polri Dapat Promosi Jabatan Jadi Bintang 2 pada Mutasi Maret 2025, Ini Namanya
Meghan Markle Cemaskan...
Meghan Markle Cemaskan Masa Depan Pangeran Harry di Amerika, Alami Banyak Kegagalan
Gedung Putih: Kesepakatan...
Gedung Putih: Kesepakatan Damai untuk Akhiri Perang Rusia-Ukraina Tak Pernah Sedekat Ini
Berita Terkini
Raksasa Ritel Asal AS...
Raksasa Ritel Asal AS di Ambang Kebangkrutan, Ratusan Toko Terancam Tutup
7 menit yang lalu
Lepas dari Middle Income...
Lepas dari Middle Income Trap, Indonesia Bisa Pakai Strategi Ini
1 jam yang lalu
China Kelabakan saat...
China Kelabakan saat Taipan Hong Kong Jual Pelabuhan Terusan Panama Rp368 T ke AS
2 jam yang lalu
Mata Uang yang Paling...
Mata Uang yang Paling Banyak Dipalsukan di Dunia, Dolar AS Jadi Target Utama
11 jam yang lalu
Jasa Raharja Berikan...
Jasa Raharja Berikan Perlindungan buat Pemudik Lebaran
11 jam yang lalu
Diskon 20% Tarif Tol...
Diskon 20% Tarif Tol Jakarta-Semarang untuk Mudik Lebaran 2025, Ini Rinciannya
12 jam yang lalu
Infografis
FBI Tuding Korea Utara...
FBI Tuding Korea Utara Retas Kripto Senilai Rp25 Triliun
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved