Laju Ekspor Biji Kakao Sulsel Tetap Kencang di Masa Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Sejumlah komoditas pertanian asal Sulsel tetap laku di pasar ekspor meski di masa sulit akibat pandemi Covid-19. Salah satunya biji kakao yang ternyata amat diminati negara-negara Asia dan Eropa, semisal Jepang, China, Malaysia, Singapura, Italia dan Jerman.
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar , Lutfie Natsir, menyebut laju ekspor biji kakao Sulsel tetap kencang di masa pandemi Covid-19. Terbaru, ada sekira dua ton biji kakao dari berbagai wilayah di Sulsel yang bersiap untuk diekspor ke Jepang.
Komoditas itu milik PT Kakao Indonesia Cemerlang (KIC), dimana saat ini tengah dalam proses pemeriksaan oleh pejabat BBKP Makassar di Pelabuhan Soekarno-Hatta. Pemeriksaan dilakukan guna memastikan biji kakao itu bebas dari hama pengganggu.
"Pandemi Covid-19 tidak mempengaruhi ekspor kakao di Sulawesi Selatan. Kualitas kakao Sulawesi mendapat pengakuan di pasar internasional. Selain Jepang, kakao kita juga diekspor ke China, Singapura, Malaysia, Italia, Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya," kata Lutfie, Jumat (8/10).
Ia menekankan melalui pendampingan yang terus dilakukan pihak Karantina Pertanian , diharapkan geliat ekspor di Sulsel terus meningkat. Bukan cuma biji kakao, tetapi didorongnya agar komoditas lainnya asal Sulsel juga semakin banyak yang dikirim ke pasar internasional.
"Harapannya dengan adanya pendampingan yang dilakukan pihak Karantina Pertanian dan geliat ekspor yang dicanangkan Kementerian Pertanian, tahun ini ekspor komoditas ini mampu naik tiga kali lipat dari tahun 2020," kata mantan Kepala Inspektorat Sulsel itu.
Berdasarkan data sistem pengkarantinaan, Badan Karantina Pertanian (Barantan) mencatat volume ekspor biji kakao Sulsel terus mengalami peningkatan dan semakin beragam jenisnya. Tidak cuma biji kakao, ragam produk kakao Sulsel juga telah diekspor, seperti kakao bubuk, kakao residu dan kakao pasta.
Barantan mencatat volume ekspor kakao Sulsel sepanjang tahun 2020 mencapai 20 ribu ton. Sedangkan pada tahun 2021, hingga bulan September sudah menembus angka 17,7 ribu ton. Dengan sisa waktu tiga bulan, tidak menutup kemungkinan volume ekspor kakao pada tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Lebih jauh, Lutfie menjelaskan semakin menggeliatnya laju ekspor membuat pihaknya tentu mesti semakin ketat dan jeli dalam pengawasan. Pihaknya pun mengingatkan agar setiap kegiatan lalulintas produk pertanian itu harus dilaporkan ke pejabat Karantina Pertanian guna memastikan komoditas itu aman dan sehat serta ekspor bisa semakin lancar dan meningkat.
Baca Juga: Program SSMQC Resmi Dilaunching untuk Efisiensi Waktu dan Biaya Ekspor Impor
Pejabat Karantina Pertanian Makassar Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta, Sukmawati Saleh, membenarkan adanya dua ton biji kakao yang siap diekspor ke Jepang. Pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap komoditas pertanian tersebut yang diketahui berasal dari berbagai wilayah di Sulsel.
"Biji kakao ini adalah ekspor perdana yang akan dilakukan oleh PT. KIC. Pemeriksaan yang dilakukan berupa kelengkapan dokumen persyaratan ekspor dan pemeriksaan kesehatan terhadap biji kakao yang akan dikirim," bebernya.
Sukmawati menjelaskan pemeriksaan dilakukan guna memastikan biji kakao itu bebas dari hama penyakit. Setelah dinyatakan bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina atau OPTK, maka dilakukan pembebasan dengan penerbitan Phytosanitary Certificate (Sertifikat Kesehatan Karantina Tumbuhan).
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar , Lutfie Natsir, menyebut laju ekspor biji kakao Sulsel tetap kencang di masa pandemi Covid-19. Terbaru, ada sekira dua ton biji kakao dari berbagai wilayah di Sulsel yang bersiap untuk diekspor ke Jepang.
Komoditas itu milik PT Kakao Indonesia Cemerlang (KIC), dimana saat ini tengah dalam proses pemeriksaan oleh pejabat BBKP Makassar di Pelabuhan Soekarno-Hatta. Pemeriksaan dilakukan guna memastikan biji kakao itu bebas dari hama pengganggu.
"Pandemi Covid-19 tidak mempengaruhi ekspor kakao di Sulawesi Selatan. Kualitas kakao Sulawesi mendapat pengakuan di pasar internasional. Selain Jepang, kakao kita juga diekspor ke China, Singapura, Malaysia, Italia, Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya," kata Lutfie, Jumat (8/10).
Ia menekankan melalui pendampingan yang terus dilakukan pihak Karantina Pertanian , diharapkan geliat ekspor di Sulsel terus meningkat. Bukan cuma biji kakao, tetapi didorongnya agar komoditas lainnya asal Sulsel juga semakin banyak yang dikirim ke pasar internasional.
"Harapannya dengan adanya pendampingan yang dilakukan pihak Karantina Pertanian dan geliat ekspor yang dicanangkan Kementerian Pertanian, tahun ini ekspor komoditas ini mampu naik tiga kali lipat dari tahun 2020," kata mantan Kepala Inspektorat Sulsel itu.
Berdasarkan data sistem pengkarantinaan, Badan Karantina Pertanian (Barantan) mencatat volume ekspor biji kakao Sulsel terus mengalami peningkatan dan semakin beragam jenisnya. Tidak cuma biji kakao, ragam produk kakao Sulsel juga telah diekspor, seperti kakao bubuk, kakao residu dan kakao pasta.
Barantan mencatat volume ekspor kakao Sulsel sepanjang tahun 2020 mencapai 20 ribu ton. Sedangkan pada tahun 2021, hingga bulan September sudah menembus angka 17,7 ribu ton. Dengan sisa waktu tiga bulan, tidak menutup kemungkinan volume ekspor kakao pada tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Lebih jauh, Lutfie menjelaskan semakin menggeliatnya laju ekspor membuat pihaknya tentu mesti semakin ketat dan jeli dalam pengawasan. Pihaknya pun mengingatkan agar setiap kegiatan lalulintas produk pertanian itu harus dilaporkan ke pejabat Karantina Pertanian guna memastikan komoditas itu aman dan sehat serta ekspor bisa semakin lancar dan meningkat.
Baca Juga: Program SSMQC Resmi Dilaunching untuk Efisiensi Waktu dan Biaya Ekspor Impor
Pejabat Karantina Pertanian Makassar Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta, Sukmawati Saleh, membenarkan adanya dua ton biji kakao yang siap diekspor ke Jepang. Pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap komoditas pertanian tersebut yang diketahui berasal dari berbagai wilayah di Sulsel.
"Biji kakao ini adalah ekspor perdana yang akan dilakukan oleh PT. KIC. Pemeriksaan yang dilakukan berupa kelengkapan dokumen persyaratan ekspor dan pemeriksaan kesehatan terhadap biji kakao yang akan dikirim," bebernya.
Sukmawati menjelaskan pemeriksaan dilakukan guna memastikan biji kakao itu bebas dari hama penyakit. Setelah dinyatakan bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina atau OPTK, maka dilakukan pembebasan dengan penerbitan Phytosanitary Certificate (Sertifikat Kesehatan Karantina Tumbuhan).
(tri)