Bali Dibuka, Wisata Nasional Kembali Berdaya

Senin, 11 Oktober 2021 - 07:51 WIB
loading...
Bali Dibuka, Wisata Nasional Kembali Berdaya
Dibukanya akses wisatawan mancanegara ke Bali diharapkan mampu membangkitkan ekonomi di wilayah itu. FOTO.WIN CAHYONO
A A A
JAKARTA - Pariwisata nasional bakal menggeliat kembali seiring mulai melandainya kasus penularan Covid-19 di Tanah Air. Momentum kebangkitan pariwisata dalam negeri ini antara lain ditandai dengan dibukanya kembali Bali untuk kunjungan turis asing mulai Kamis (14/10) mendatang.

Mulai tanggal itu, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai kembali dibuka untuk penerbangan internasional sejak ditutup pascapandemi melanda Indonesia. Pada tahap uji coba ini, wisatawan mancanegara (wisman) yang diperbolehkan masuk ke Bali berasal dari negara atau kota tertentu, yakni China, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Abu Dhabi serta Dubai, Uni Emirat Arab.

Pemerintah menerapkan syarat ketat bagi wisman yang ingin datang ke Bali, termasuk harus memiliki bukti vaksinasi lengkap dan kewajiban melakukan karantina di hotel selama lima hari.



Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, uji coba pembukaan Bali bagi warga asing tetap harus mengutamakan kehati-hatian agar tak terjadi lonjakan kasus Covid-19.Dia berharap, kebijakan ini bisa dijalankan dengan kehati-hatian tinggi meskipun Indonesia dalam situasi Covid-19 yang terkendali.

Dia menekankan, setiap penumpang kedatangan internasional wajib menyertakan bukti pemesanan (booking) hotel untuk karantina minimal lima hari dengan biaya sendiri. Ada 35 hotel di Bali yang disiapkan menjadi area karantina bagi para tursi asing.

Namun menurutnya, yang paling terpenting adalah aspek keselamatan, baik masyarakat Indonesia dari sisi kesehatan dan terlindungi terhadap potensi lonjakan kasus-kasus baru Covid-19. “Bagaimana kita juga mengidentifikasi dan bisa memitigasi varian-varian baru yang bermunculan berkaitan dengan mutasi virus Covid-19 ini,” ujar Sandi dalam konferensi pers virtual awal pekan lalu.

Keputusan pemerintah pusat membuka pintu bagi wisman ke Bali direspons antusias pemerintah daerah Bali. Bagi Pemprov Bali kebijakan membuka pintu bagi turis asing otomatis akan menghidupkan kembali perekonomian Pulau Dewata yang selama hampir dua tahun terpuruk akibat badai pandemi.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa mengatakan, insan pariwisata sangat antusias dengan adanya wacanaopen borderini.

“Apalagi selama ini banyak yang terdampak, mereka mengandalkan biaya kebutuhan pokok hidupnya, sekolah anaknya, dari kegiatan wisata. Sudah hampir duatahun mereka tidak memperoleh penghasilan,” ujar Putu Astawa kepadaKORAN SINDO,kemarin.

Kendati demikian, Putu mewanti-wanti semua pihak agar tidak euforia akan wacana tersebut. Dia mengingatkan bahwa pandemi belum selesai sehingga masyarakat harus tetap waspada dan tidak lalai. Jika nantinya muncul kluster baru, bukan tidak mungkin penanganan Covid-19 akan semakin lama dan penutupan sementara kegiatan ekonomi masyarakat, terutama di sektor pariwisata, bisa kembali terjadi.

Baca juga: Balapan MotoGP Mandalika Akan Dongkrak Ekonomi dan Pariwisata NTB

Dalam rangka menyambut turis asing, infrastruktur penunjang pun dipastikan sudah siap. Termasuk memastikan tempat usaha di Bali menerapkancleanliness health safety and environment sustainablity(CHSE). Putu menegaskan pihaknya memastikan setiap industri pariwisata, termasuk hotel, restoran, mall maupun tempat publik lainnya untuk lulus sertifikasi CHSE.

Terkait syarat masuk Bali, Putu menyebut turis asing harus bisa menunjukkan surat keterangan bebas Covid-19, baik sebelum keberangkatan dari negara asal maupun setibanya di Bali. Tahapan berikutnya, wajib melakukan tes usap (swab test) saat mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Jika hasilnya positif, maka akan langsung dibawa ke rumah sakit. Sebaliknya, mereka akan menjalani karantina atau isolasi mandiri meski hasil tesnya negatif.

Selain Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, optimisme akan bangkitnya pariwisata Tanah Air juga disampaikan oleh Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo menyebut saat ini sudah terjadi peningkatan jumlah wisatawan domestik seiring mulai melandainya kasus Covid-19 di daerahnya. DIY saat ini memasuki Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3. Ada delapan destinasi yang telah dibuka. Jumlah kunjungan wisatawan setiap harinya antara 4.000 hingga 5.000 orang. Dibandingkan sebelum pandemi, jumlah ini masih sangat jauh.

Salah satu indikator mulai menggeliatnya wisatawan adalah okupansi hotel. Saat ini di lokasi ring 1 seperti di sekitaran kawasan Malioboro, hunian hotel sudah mencapai 80-95%. Adapun di daerah pinggiran okupansi hotel juga sudah di atas 50%.

Dia juga berharap turis asing juga akan menyambangi DIY terutama setelah Bali dibuka untuk penerbangan internasional. Meskipun Yogyakarta selama ini mengandalkan wisatawan domestik, namun sebelum pandemi wisman yang datang berkunjung ke DIY jumlahnya bisa mencapai 500.000 per tahun.

Menurut dia, DIY memiliki modal untuk dikunjungi wisman. Bandara internasional di Kabupaten yang terbilang barudiharapkan bisa didarati pesawat dari negara-negara Asia Tenggara, Asia, maupun belahan dunia lain sehingga wisatawan asing juga makin banyak yang berkunjung. “Ini harapan kita. Dari sisi teknis, bandara kami sangat mumpuni. Tapi karena masih situasi pandemi, kami optimalkan dululah wisatawan domestik,” ujar Singgih kemarin.

Dia menegaskan bahwa soal penerbangan internasional berikut regulasinya ada di pemerintah pusat. Dengan demikian, tandas Singgih, Pemrov DIY hanya mengikuti saja apa yang menjadi instruksi pusat. “Manakala nanti sudah dibuka, kami siap. Kelas imigrasi sudah meningkat, dari sisi bandara kami juga sudah siap, daya tarik wisata juga siap, akomodasi siap, tinggal izin penerbangannya saja,” ujarnya.

Dari sisi kondisi daerah, DIY juga disebutnya makin membaik. Dia berharap pekan depan PPKM sudah turunlagi ke level 2 karena indikatornya diklaim sudah mencukupi.Cakupan vaksin diakui sudah 84%, sementaravaksinasi lansia sudah di atas 60%. BOR (bad occupancy rate) rumah sakit juga diklaim makin membaik serta kasus harian Covid-19 sangat menurun. “Ini indkator yang sangat relevan sehingga berharap pemerintah pusat memberikan hasil evaluasi agar PPKM-nya bisa turun level lagi,” ujarnya.

Banyuwangi Yakin Ikut Terimbas Bali
Denyut pariwisata juga makin terasa di Banyuwangi. Kabupaten di Jawa Timur ini juga mulai mengalami peningkatan kunjungan wisatawan dalam sebulan terakhir. Banyuwangi saat ini berada dalam PPKM level 2.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MYanuarto Bramuda mengatakan, sebulan terakhir okupansi hotel naik di angka 50%. Angka kunjungan wisatawan pun bergeraknaik, saat destinasi wisata pertama buka sebukan lalu kunjungan hanya 2.000 orang, namun sekarang ini sudah mencapai 25.000 per pekan. Meski angka kunjungan ini masih jauh dibanding sebelum pandemi yang bisa mencapai 70.000-90.000 per pekan.

“Artinya sejak dibuka sebulan lalu ada kenaikan signifikan padaweekendperweekend. Tingkat hunian hotelperweekendjuga sudah menginjak 9.000, sebelumnya hanya 1.000. Jadi ini peningkatan luar biasa,” ujarnya saat dihubungi kermarin.

Sebulan lalu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mulai membuka 15 destinasi wisata unggulan. Belakangan ditambah 20 destinasi yang masuk tahap uji coba. Banyuwangi mengandalkan wisata alam karena 90% destinasi berbasis alam, baik hutan, gunung maupun pantai. Seiring pembukaan bandara Bali untuk penerbangan internasional, Yanuarto berharap berdampak langsung ke Banyuwangi.

“Kamiberharap dengan penerbangan internasionalsejumlah negara ke Bali itu akan berdampak ke ekonomi Banyuwangi. Penerbangan Citilink dari Denpasar ke Banyuwangi juga diharapkan akan mengerek wisatawan Bali ke Banyuwangi,” ujarnya.

Pembukaan Bali untuk turis asing disambut antusias karena selama dampaknya untuk Banyuwangi sudah terasa. Selama ini banyak orang yang menjadikan Bali dan Banyuwangi sebagai satu paket wisata.

“Jika paket tujuh hari di Bali, itu sudah dengan Banyuwangi, sekarang begitu. Ini disebabkan oleh jarak yang pendek antara dua daerah. Pesawat Bali-Banyuwangi hanya 25 menit, sedangkan jalan darat hanya 4 jam,” paparnya.

Ke depan dia berharapBali-Banyuwangi jadi startegi baru pariwsiata berupamarketingkonektivitas. “Jadi ini paket yang ideal, yang dijual keberagaman, apa yang tidak ada di Bali ada di Banyu wangi, juga sebaliknya. Jadi kompelmenter, saling melengkapi,” ujarnya.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1905 seconds (0.1#10.140)