Direktur Indomaret Wafat, Begini Kinerja Saham Indoritel
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Indomarco Prismatama, pengelola jaringan ritel waralaba Indomaret , baru saja kehilangan Direktur Merchandise Yan Bastian, yang meninggal dalam kecelakaan di Tol Cipularang pada Sabtu (16/10/2021).
Kabar duka tersebut membuat pergerakan saham entitas induknya PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) terpantau cukup stagnan sejak perdagangan dibuka pagi tadi hingga penutupan sore ini, Senin (18/10/2021).
Dibuka di level 3.250, DNET terlihat sempat bergerak menguat (0,31%) ke level 3.260, lalu turun di area 3.230. Namun, sepanjang sesi kedua hingga penutupan, emiten milik Salim Grup itu tidak mampu melanjutkan penguatannya hingga kembali ke level yang sama pada penutupan akhir pekan kemarin, stagnan alias tidak berubah.
Stagnansi DNET sore hari ini membawa performanya sepekan turun (-0,31%) dan year-to-date nya juga ikut anjlok (-7,14%). Namun, kinerja sebulan masih cemerlang (1,88%), demikian juga kinerja tiga bulan (2,20%).
Perdagangan DNET hari ini juga cenderung tidak likuid. Ini terlihat dari frekuensi yang masih dua digit yakni 18, dengan transaksi hanya sebesar Rp20,80 juta dari 6,4 ribu lembar saham yang dijualbelikan.
Mayoritas investor masih berasal dari dalam negeri, yang jika dihitung setahun terakhir mencapai Rp643,9 miliar dana yang ditransaksikan. Sedangkan investor asing secara akumulatif hanya sebesar Rp12 juta dalam setahun terakhir.
Listing perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2000, dari segi valuasi per Juni 2021, DNET memiliki price earnings ratio (PER) positif 82.78x, meskipun price cash flow ratio (PCFR)nya anjlok -508.70x.
Membaca fundamental perusahaan dari laporan keuangan hingga Juni 2021, Indoritel mencatatkan total penjualan mencapai Rp320 miliar, dengan laba bersih mencapai Rp278,4 miliar.
Adapun total aset perseroan mencapai Rp17,29 triliun dengan total liabilitas Rp6,86 trilun dan ekuitas Rp10,16 triliun. Namun cash-flow masih merugi Rp45,31 miliar.
Dari sisi profitabilitas, DNET memiliki net profit margin (NPM) sebesar 86,94%, dengan ROE 5,48% dan ROA 3,22%. Namun, margin Ebitda masih merosot -90,54%. Sementara revenue per share (RPS) DNET masih di angka 45, dan book value per share (BVPS) sebesar 716, masih di bawah harga saat ini.
Selanjutnya dari sisi likuiditas, rasio utang (DER) masih terjaga di 67,53%, dengan cash ratio (CR) mencapai 35,61%. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) DNET pada September lalu memutuskan untuk tidak membagikan dividen.
"Hasil RUPST pada hari ini kami tidak membagikan dividen. Yaitu sebesar 0,3 persen dari laba bersih 2020 sebesar 1 miliar kami tetapkan sebagai dana cadangan wajib untuk memenuhi ketentuan pasal 23 anggaran dasar perseroan, dan pasal 70 UU nomor 40 tahun 2017 tentang perseroan terbatas," kata Sekretaris Perusahaan Indoritel Makmur Internasional Kiki Yanto Gunawan, Rabu (1/9/2021).
Saat ini perusahaan sedang fokus untuk mengembangkan potensi digital di Indomaret, selain merambah bisnis restoran cepat saji dan juga produk serat optik.
"Aspek digital sudah tidak bisa lepas dari kebutuhan sehari-hari, dari sisi ritel Indomaret sudah bisa melakukan berbagai transaksi dengan pembayaran secara digital di toko-toko offline Indomaret ataupun di klikIndomaret, salah satu lagi uang elektronik, Isaku yang merupakan sister company dari Indomarco Prismatama yang menyediakan banyak layanan pembayaran," kata direksi perseroan dalam Public Expose, Selasa (31/8/2021).
Kabar duka tersebut membuat pergerakan saham entitas induknya PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) terpantau cukup stagnan sejak perdagangan dibuka pagi tadi hingga penutupan sore ini, Senin (18/10/2021).
Dibuka di level 3.250, DNET terlihat sempat bergerak menguat (0,31%) ke level 3.260, lalu turun di area 3.230. Namun, sepanjang sesi kedua hingga penutupan, emiten milik Salim Grup itu tidak mampu melanjutkan penguatannya hingga kembali ke level yang sama pada penutupan akhir pekan kemarin, stagnan alias tidak berubah.
Stagnansi DNET sore hari ini membawa performanya sepekan turun (-0,31%) dan year-to-date nya juga ikut anjlok (-7,14%). Namun, kinerja sebulan masih cemerlang (1,88%), demikian juga kinerja tiga bulan (2,20%).
Perdagangan DNET hari ini juga cenderung tidak likuid. Ini terlihat dari frekuensi yang masih dua digit yakni 18, dengan transaksi hanya sebesar Rp20,80 juta dari 6,4 ribu lembar saham yang dijualbelikan.
Mayoritas investor masih berasal dari dalam negeri, yang jika dihitung setahun terakhir mencapai Rp643,9 miliar dana yang ditransaksikan. Sedangkan investor asing secara akumulatif hanya sebesar Rp12 juta dalam setahun terakhir.
Listing perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2000, dari segi valuasi per Juni 2021, DNET memiliki price earnings ratio (PER) positif 82.78x, meskipun price cash flow ratio (PCFR)nya anjlok -508.70x.
Membaca fundamental perusahaan dari laporan keuangan hingga Juni 2021, Indoritel mencatatkan total penjualan mencapai Rp320 miliar, dengan laba bersih mencapai Rp278,4 miliar.
Adapun total aset perseroan mencapai Rp17,29 triliun dengan total liabilitas Rp6,86 trilun dan ekuitas Rp10,16 triliun. Namun cash-flow masih merugi Rp45,31 miliar.
Dari sisi profitabilitas, DNET memiliki net profit margin (NPM) sebesar 86,94%, dengan ROE 5,48% dan ROA 3,22%. Namun, margin Ebitda masih merosot -90,54%. Sementara revenue per share (RPS) DNET masih di angka 45, dan book value per share (BVPS) sebesar 716, masih di bawah harga saat ini.
Selanjutnya dari sisi likuiditas, rasio utang (DER) masih terjaga di 67,53%, dengan cash ratio (CR) mencapai 35,61%. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) DNET pada September lalu memutuskan untuk tidak membagikan dividen.
"Hasil RUPST pada hari ini kami tidak membagikan dividen. Yaitu sebesar 0,3 persen dari laba bersih 2020 sebesar 1 miliar kami tetapkan sebagai dana cadangan wajib untuk memenuhi ketentuan pasal 23 anggaran dasar perseroan, dan pasal 70 UU nomor 40 tahun 2017 tentang perseroan terbatas," kata Sekretaris Perusahaan Indoritel Makmur Internasional Kiki Yanto Gunawan, Rabu (1/9/2021).
Saat ini perusahaan sedang fokus untuk mengembangkan potensi digital di Indomaret, selain merambah bisnis restoran cepat saji dan juga produk serat optik.
"Aspek digital sudah tidak bisa lepas dari kebutuhan sehari-hari, dari sisi ritel Indomaret sudah bisa melakukan berbagai transaksi dengan pembayaran secara digital di toko-toko offline Indomaret ataupun di klikIndomaret, salah satu lagi uang elektronik, Isaku yang merupakan sister company dari Indomarco Prismatama yang menyediakan banyak layanan pembayaran," kata direksi perseroan dalam Public Expose, Selasa (31/8/2021).
(ind)