Progres Pembangunan Smelter Freeport di Gresik Capai 8%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Progres pembangunan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur telah mencapai 8%. Smelter PTFI ini akan menjadi smelter single line terbesar di dunia dengan kapasitas pengolahan mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun atau 480.000 ton logam tembaga.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, proyek yang dibangun di atas lahan seluas 100 hektar ini sudah menghabiskan biaya sekitar USD450 juta dari total biaya investasi yang diperkirakan mencapai USD3 miliar atau sekitar Rp42 triliun.
"Proses pembangunan smelter sudah kita mulai. Pemetaan lahannya sudah kami lakukan dan perizinan amdal sudah kami dapatkan dan sekarang sedang dalam tahap pemasangan tiang pancang. Tiang pancang itu totalnya mencapai 16.000," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Jumat (22/10/2021).
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo telah meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan smelter PTFI di KEK Gresik, Jawa Timur pada Selasa (12/10). Peresmian groundbreaking ini menegaskan komitmen PTFI untuk membangun smelter, sesuai dengan kesepakatan divestasi tahun 2018.
Konsentrat tembaga yang dipasok ke smelter ini berasal dari tambang bawah tanah terbesar di dunia yang dikelola PTFI.
Tony melanjutkan, PTFI menggandeng PT Chiyoda International Indonesia untuk melakukan pekerjaan Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) di tahap konstruksi. Adapun pendanaan proyek pembangunan smelter ini berasal dari perbankan dan internal.
"Sebagian sudah didanai oleh perbankan dan kami sudah mendapatkan komitmen dari perbankan sebesar USD1 miliar. Selebihnya kami akan biayai sendiri atau mungkin ada sumber-sumber pendanaan lain yang kami cari paling efektif supaya keekonomian dari proyek smelter tembaga ini terbantu," jelasnya.
Dia menambahkan, proyek pembangunan smelter di Gresik ditargetkan akan selesai dalam waktu 5 tahun. Namun pandemi Covid-19 menghambat proses pembangunan sehingga penyelesaian proyek tersebut akan mundur sekitar 4-5 bulan.
"Ada kendala pandemi sehingga proses penyelesaiannya mungkin 5 tahun ditambah sekitar 4-5 bulan. Ini sama seperti proyek-proyek lain di dunia yang hampir semua tertunda akibat situasi pandemi ini," tuturnya
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, proyek yang dibangun di atas lahan seluas 100 hektar ini sudah menghabiskan biaya sekitar USD450 juta dari total biaya investasi yang diperkirakan mencapai USD3 miliar atau sekitar Rp42 triliun.
"Proses pembangunan smelter sudah kita mulai. Pemetaan lahannya sudah kami lakukan dan perizinan amdal sudah kami dapatkan dan sekarang sedang dalam tahap pemasangan tiang pancang. Tiang pancang itu totalnya mencapai 16.000," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Jumat (22/10/2021).
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo telah meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan smelter PTFI di KEK Gresik, Jawa Timur pada Selasa (12/10). Peresmian groundbreaking ini menegaskan komitmen PTFI untuk membangun smelter, sesuai dengan kesepakatan divestasi tahun 2018.
Konsentrat tembaga yang dipasok ke smelter ini berasal dari tambang bawah tanah terbesar di dunia yang dikelola PTFI.
Tony melanjutkan, PTFI menggandeng PT Chiyoda International Indonesia untuk melakukan pekerjaan Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) di tahap konstruksi. Adapun pendanaan proyek pembangunan smelter ini berasal dari perbankan dan internal.
"Sebagian sudah didanai oleh perbankan dan kami sudah mendapatkan komitmen dari perbankan sebesar USD1 miliar. Selebihnya kami akan biayai sendiri atau mungkin ada sumber-sumber pendanaan lain yang kami cari paling efektif supaya keekonomian dari proyek smelter tembaga ini terbantu," jelasnya.
Dia menambahkan, proyek pembangunan smelter di Gresik ditargetkan akan selesai dalam waktu 5 tahun. Namun pandemi Covid-19 menghambat proses pembangunan sehingga penyelesaian proyek tersebut akan mundur sekitar 4-5 bulan.
"Ada kendala pandemi sehingga proses penyelesaiannya mungkin 5 tahun ditambah sekitar 4-5 bulan. Ini sama seperti proyek-proyek lain di dunia yang hampir semua tertunda akibat situasi pandemi ini," tuturnya
(nng)