ALFI Beberkan Fakta Soal Biaya Logistik Laut Naik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia ( ALFI ) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, masalah biaya logistik yang meningkat sekarang ini harus dilihat dari beberapa perspektif. Pasalnya, kenaikan biaya logistik terutama domestik sudah diprediksi sejak enam bulan lalu.
"Waktu itu telah terjadi banyak penutupan pelabuhan di luar negeri, antara di Amerika dan China. Nah kondisi itu diperkirakan akan terus berlanjut. Waktu itu juga tidak ada yang memercayai, waktu saya bilang ini (penutupan) saya perkirakan sampai dengan tahun 2022," ujar Yukki saat dihubungi MNC Portal Indonesia di Jakarta, Minggu (31/10/2021).
Menurut Yukki, Indonesia masih termasuk beruntung karena distribusi logistik tak pernah tertutup dan tidak pernah ada yang terkendala. Kejadian biaya logistik naik hari ini, kata Yukki, diprediksi karena hampir 86 kapal besar RI banyak dioperasikan ke luar negeri.
"Kejadian hari ini kenapa saya bisa prediksi lama karena kapal besar kita dioperasikan di luar. Akibat apa, hari ini tuh di LA (Los Angeles) minggu ini terjadi antrean yang cukup panjang, hampir 86 kapal," katanya.
Banyak kapal yang disewakan atau dipergunakan di luar negeri tersebut, menurut Yukki, otomatis membuat terjadinya fenomena supply and demand, sehingga harga barang naik.
"Tapi saya sepakat sama temen-temen pelayaran, kalau mau menilai biaya logistik itu harus dilihat dari perspektif mata rantai pasok. Jadi sebetulnya ini masalah supply and demand, terjadi kekosongan juga di Indonesia sekarang bukan kontainernya, tapi space kapal," jelasnya.
Dengan adanya rumusan ekonomi yang sesederhana itu, Yukki tidak menyalahkan jika ada potensi sebuah perusahaan melakukan langkah korporasi. Yukki menyebut ada peluang tol laut, ada banyak cara sebetulnya dan bukan terjadi di kontainer saja.
"Ini di curah terjadi. Kan ada krisis energi di luar, maka tongkang-tongkang besar kita atau kapal-kapal curah yang dioperasikan juga terjadi delay dalam masa pembongkaran, bukan di Indonesia tapi di luar negeri. Jadi ini masalah supply and demand, makanya kita harus melihat secara komprehensif tidak bisa saling menyalahkan," katanya.
Yukki menambahkan, sebagai perusahaan yang bergerak di Indonesia, tentu mereka juga harus menjaga agar ketersediaan ruang kapal itu tetap ada. Menurut Yukki, informasi soal ini sebaiknya disampaikan kepada publik sehinga bisa diketahui penyebab kenaikan biaya.
"Makanya kami menyampaikan kepada publik secara terbuka juga bahwa kenaikan ini bukan hanya terjadi di tempat pelayaran. Pastinya ini akan ke tempat yang lain juga, ini murni supply and demand," pungkas Yukki.
"Waktu itu telah terjadi banyak penutupan pelabuhan di luar negeri, antara di Amerika dan China. Nah kondisi itu diperkirakan akan terus berlanjut. Waktu itu juga tidak ada yang memercayai, waktu saya bilang ini (penutupan) saya perkirakan sampai dengan tahun 2022," ujar Yukki saat dihubungi MNC Portal Indonesia di Jakarta, Minggu (31/10/2021).
Menurut Yukki, Indonesia masih termasuk beruntung karena distribusi logistik tak pernah tertutup dan tidak pernah ada yang terkendala. Kejadian biaya logistik naik hari ini, kata Yukki, diprediksi karena hampir 86 kapal besar RI banyak dioperasikan ke luar negeri.
"Kejadian hari ini kenapa saya bisa prediksi lama karena kapal besar kita dioperasikan di luar. Akibat apa, hari ini tuh di LA (Los Angeles) minggu ini terjadi antrean yang cukup panjang, hampir 86 kapal," katanya.
Banyak kapal yang disewakan atau dipergunakan di luar negeri tersebut, menurut Yukki, otomatis membuat terjadinya fenomena supply and demand, sehingga harga barang naik.
"Tapi saya sepakat sama temen-temen pelayaran, kalau mau menilai biaya logistik itu harus dilihat dari perspektif mata rantai pasok. Jadi sebetulnya ini masalah supply and demand, terjadi kekosongan juga di Indonesia sekarang bukan kontainernya, tapi space kapal," jelasnya.
Dengan adanya rumusan ekonomi yang sesederhana itu, Yukki tidak menyalahkan jika ada potensi sebuah perusahaan melakukan langkah korporasi. Yukki menyebut ada peluang tol laut, ada banyak cara sebetulnya dan bukan terjadi di kontainer saja.
"Ini di curah terjadi. Kan ada krisis energi di luar, maka tongkang-tongkang besar kita atau kapal-kapal curah yang dioperasikan juga terjadi delay dalam masa pembongkaran, bukan di Indonesia tapi di luar negeri. Jadi ini masalah supply and demand, makanya kita harus melihat secara komprehensif tidak bisa saling menyalahkan," katanya.
Yukki menambahkan, sebagai perusahaan yang bergerak di Indonesia, tentu mereka juga harus menjaga agar ketersediaan ruang kapal itu tetap ada. Menurut Yukki, informasi soal ini sebaiknya disampaikan kepada publik sehinga bisa diketahui penyebab kenaikan biaya.
"Makanya kami menyampaikan kepada publik secara terbuka juga bahwa kenaikan ini bukan hanya terjadi di tempat pelayaran. Pastinya ini akan ke tempat yang lain juga, ini murni supply and demand," pungkas Yukki.
(uka)