PT KPI Siapkan Inisatif Hadapi Proses Transisi Energi
loading...
A
A
A
Sementara, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM mengatakan, pemerintah akan terus mendorong Pertamina menjalankan program mandatori bahan bakar nabati yang sudah tertuang dalam roadmap hingga 2030.
Dadan mengatakan, beberapa hal yang disiapkan terkait pemanfaatan bahan bakar hijau dengan kilang adalah menyusun garis waktu persiapan implementasi beyond B30, menyepakati spesifikasi untuk pencampuran untuk beyond B30, memastikan ketersediaan bahan baku, dan kesiapan badan usaha.
Selain itu, dengan memastikan kesiapan industri penunjang, regulasi pendukung, mempersiapkan roadtest yang melibatkan stakeholder terkait serta memastikan ketersediaan pendanaan/insentif, infrastruktur pendukung dan melakukan sosialisasi secara masif.
Di bagian lain, Koordinator Pengolahan Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM Muhidin mengatakan, transisi energi penting untuk mewujudkan kedaulatan energi. Ke depan, dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk dan perkembangan lainnya, kebutuhan energi jelas akan meningkat. "Harus diambil langkah strategis untuk mendukung dicapainya kedaulatan energi. Kalau kita tetap bergantung pada energi fosil, maka akan sulit," cetusnya.
Menurut Muhidin, pengembangan kilang dan GRR akan mengurangi impor BBM. Sementara, pemanfaatan bahan bakar nabati akan menekan ketergantungan pada impor BBM. "Di Pertamina ada kilang biorefinery, ini terobosan bagus dengan bahan baku dari CPO mapun RBDPO. Ketergantungan akan berkurang dan selain itu produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan," ujarnya.
Vice Chairman of Indonesian Gas Society (IGS) Salis S Aprillian menjelaskan, ke depan ada tiga hal yang harus diantisipasi di bisnis energi. "Dekarbonisasi, desentralisasi, dan digitalisasi. Teknologi saat ini akan men-disrupt semua pelaku pengguna energi sehingga harus comply. 3D ini yang akan mengatur peran di feature energy," tandasnya.
Dadan mengatakan, beberapa hal yang disiapkan terkait pemanfaatan bahan bakar hijau dengan kilang adalah menyusun garis waktu persiapan implementasi beyond B30, menyepakati spesifikasi untuk pencampuran untuk beyond B30, memastikan ketersediaan bahan baku, dan kesiapan badan usaha.
Baca Juga
Selain itu, dengan memastikan kesiapan industri penunjang, regulasi pendukung, mempersiapkan roadtest yang melibatkan stakeholder terkait serta memastikan ketersediaan pendanaan/insentif, infrastruktur pendukung dan melakukan sosialisasi secara masif.
Di bagian lain, Koordinator Pengolahan Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM Muhidin mengatakan, transisi energi penting untuk mewujudkan kedaulatan energi. Ke depan, dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk dan perkembangan lainnya, kebutuhan energi jelas akan meningkat. "Harus diambil langkah strategis untuk mendukung dicapainya kedaulatan energi. Kalau kita tetap bergantung pada energi fosil, maka akan sulit," cetusnya.
Menurut Muhidin, pengembangan kilang dan GRR akan mengurangi impor BBM. Sementara, pemanfaatan bahan bakar nabati akan menekan ketergantungan pada impor BBM. "Di Pertamina ada kilang biorefinery, ini terobosan bagus dengan bahan baku dari CPO mapun RBDPO. Ketergantungan akan berkurang dan selain itu produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan," ujarnya.
Vice Chairman of Indonesian Gas Society (IGS) Salis S Aprillian menjelaskan, ke depan ada tiga hal yang harus diantisipasi di bisnis energi. "Dekarbonisasi, desentralisasi, dan digitalisasi. Teknologi saat ini akan men-disrupt semua pelaku pengguna energi sehingga harus comply. 3D ini yang akan mengatur peran di feature energy," tandasnya.
(fai)