Kontribusi Industri Sawit: Serap 16,2 Juta Pekerja dan Sumbang 15,6% Ekspor
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, para pemangku kepentingan di sektor kelapa sawit punya peran besar dalam membantu perekonomian masyarakat.
Industri kelapa sawit mampu berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat dan negara sehingga perekonomian Indonesia kini masih menunjukkan perkembangan positif di tengah pandemi Covid-19.
Selain menghasilkan devisa yang signifikan, industri kelapa sawit juga berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung.
"Bahkan, sektor ini mampu mempertahankan 16,2 juta tenaga kerja yang tergantung di dalamnya di tengah pandemi yang telah berlangsung selama hampir dua tahun," ujarnya dalam 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook, Rabu (1/12/2021).
Airlangga melanjutkan, pemerintahan Presiden Joko Widodo memiliki visi agar industri sawit Indonesia dapat menjadi produsen sawit terkemuka dengan mendorong hilirisasi atau pengembangan produk turunannya.
Dengan luasan lahan 10% dari total lahan global untuk minyak nabati, Airlangga memperkirakan Indonesia mampu menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dan menguasai sebagian pangsa pasar minyak sawit dunia.
Menurut dia, dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti biji bunga matahari, minyak sawit lebih kompetitif. Selain luasan lahannya tidak sebesar perkebunan biji bunga matahari, produktivitas yang dihasilkan perkebunan sawit di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya.
"Industri kelapa sawit juga punya kontribusi pada ekspor nasional sebesar 15,6% dari total ekspor di tahun 2020. Nilai tersebut menjadi salah satu penyumbang devisa yang secara konsisten terus meningkat meskipun di masa pandemi," paparnya.
Hingga kini, luasan tutupan kelapa sawit nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 2019 teridentifikasi sebesar 16,38 juta hektar dengan rincian perkebunan sawit rakyat sebesar 41%, perkebunan besar negara sebesar 6%, dan perkebunan besar swasta nasional sebesar 53%.
Airlangga juga menegaskan bahwa program peremajaan sawit rakyat (PSR) menjadi krusial sebagai upaya peningkatan produktivitas dan penguatan sumber daya manusia, serta meningkatkan kesejahteraan petani.
Senada, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono meyakini tahun depan industri sawit akan terus memberikan kontribusi besar bagi terutama dalam pemulihan ekonomi berkelanjutan.
"Kami yakin di tahun mendatang, industri kelala sawit akan tetap menjadi kontributor besar bagi neraca perdagangan Indonesia," ungkap Joko.
Menurut Joko, permintaan kelapa sawit akan terus meningkat, terutama pada saat krisis energi di sejumlah negara diantaranya China dan Inggris. Hal ini membuka peluang bagi industri kelapa sawit.
"Terjadinya krisis energi di beberapa negara saat ini membuka peluang bagi energi terbarukan seperti berbasis kelapa sawit di antaranya biodiesel akan menjadi solusi sekaligus alternatif yang berkelanjutan," jelasnya.
Industri kelapa sawit mampu berkontribusi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat dan negara sehingga perekonomian Indonesia kini masih menunjukkan perkembangan positif di tengah pandemi Covid-19.
Selain menghasilkan devisa yang signifikan, industri kelapa sawit juga berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung.
"Bahkan, sektor ini mampu mempertahankan 16,2 juta tenaga kerja yang tergantung di dalamnya di tengah pandemi yang telah berlangsung selama hampir dua tahun," ujarnya dalam 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook, Rabu (1/12/2021).
Airlangga melanjutkan, pemerintahan Presiden Joko Widodo memiliki visi agar industri sawit Indonesia dapat menjadi produsen sawit terkemuka dengan mendorong hilirisasi atau pengembangan produk turunannya.
Dengan luasan lahan 10% dari total lahan global untuk minyak nabati, Airlangga memperkirakan Indonesia mampu menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar dan menguasai sebagian pangsa pasar minyak sawit dunia.
Menurut dia, dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti biji bunga matahari, minyak sawit lebih kompetitif. Selain luasan lahannya tidak sebesar perkebunan biji bunga matahari, produktivitas yang dihasilkan perkebunan sawit di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya.
"Industri kelapa sawit juga punya kontribusi pada ekspor nasional sebesar 15,6% dari total ekspor di tahun 2020. Nilai tersebut menjadi salah satu penyumbang devisa yang secara konsisten terus meningkat meskipun di masa pandemi," paparnya.
Hingga kini, luasan tutupan kelapa sawit nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 2019 teridentifikasi sebesar 16,38 juta hektar dengan rincian perkebunan sawit rakyat sebesar 41%, perkebunan besar negara sebesar 6%, dan perkebunan besar swasta nasional sebesar 53%.
Airlangga juga menegaskan bahwa program peremajaan sawit rakyat (PSR) menjadi krusial sebagai upaya peningkatan produktivitas dan penguatan sumber daya manusia, serta meningkatkan kesejahteraan petani.
Senada, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono meyakini tahun depan industri sawit akan terus memberikan kontribusi besar bagi terutama dalam pemulihan ekonomi berkelanjutan.
"Kami yakin di tahun mendatang, industri kelala sawit akan tetap menjadi kontributor besar bagi neraca perdagangan Indonesia," ungkap Joko.
Menurut Joko, permintaan kelapa sawit akan terus meningkat, terutama pada saat krisis energi di sejumlah negara diantaranya China dan Inggris. Hal ini membuka peluang bagi industri kelapa sawit.
"Terjadinya krisis energi di beberapa negara saat ini membuka peluang bagi energi terbarukan seperti berbasis kelapa sawit di antaranya biodiesel akan menjadi solusi sekaligus alternatif yang berkelanjutan," jelasnya.
(akr)