Energi Terbarukan Berbasis Sawit Bakal Jadi Primadona Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Energi terbarukan berbasis minyak sawit dapat membantu mengatasi krisis energi yang dihadapi banyak negara. Energi terbarukan berbasis kelapa sawit akan menjadi solusi dan primadona global.
“Dengan krisis energi yang sekarang terjadi di beberapa belahan dunia, energi terbarukan berbasis kelapa sawit akan menjadi solusi atau alternatif,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono dalam 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook, Rabu (1/12/2021).
(Baca juga:Untuk Pertama Kalinya, 1.200 Petani Sawit Disertifikasi ISPO)
Menurut Joko Supriyono, 2021 merupakan tahun yang luar biasa bagi industri kelapa sawit. Harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) telah melampaui USD1.000 per metrik ton sepanjang tahun.
Saat negara-negara lain menuju pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, minyak sawit mampu melesat dan mencatat peningkatan permintaan. “Permintaan minyak sawit diperkirakan akan terus meningkat, terutama pada saat krisis energi di sejumlah negara,” kata Joko.
Joko Supriyono menyakini, biodiesel akan menjadi alternatif untuk mengatasi krisis energi ini. “Pertanyaannya, apakah harga ini akan berlanjut pada 2022? Kita optimistis hal itu akan terjadi” kata Joko. Menurut Joko, saat ini, persoalan pasokan kekurangan energi yang melanda ekonomi utama di seluruh dunia, termasuk Inggris dan China.
(Baca juga:Erick Thohir Sebut PTPN Sudah Berubah: Hadir untuk Sawit Rakyat)
Ketua Panitia IPOC 2021 Mona Surya mengatakan, tahun 2021 ini merupakan tahun keemasan industri sawit karena harga CPO global mencapai puncak tertinggi dalam sejarah. Sepanjang 2021, harga rata-rata CPO di atas USD1.000 per metrik ton bahkan mencapai puncak tertinggi USD1.390 per metrik ton pada Oktober lalu.
Mona Surya mengatakan konferensi ini membahas peluang pasar minyak sawit dunia di beberapa negara tujuan utama ekspor. Kemudian, supply dan demand minyak nabati dunia, tren pasar global dan juga proyeksi harga minyak sawit untuk tahun depan.
Selain outlook harga tahun depan, sejalan dengan fokus pemerintah untuk melakukan pemulihan ekonomi pascapandemi, IPOC 2021 ini juga membahas peran industri sawit dalam upaya pemulihan ekonomi.
(Baca juga:Ekspor Cangkang Sawit Masih Terganjal Pajak yang Tinggi)
Mona Surya mengatakan sebagai negara produsen utama kelapa sawit dunia, kenaikan harga CPO tentu memberikan dampak positif pada peningkatan pendapatan petani serta menjaga neraca perdagangan Indonesia tetap positif di tengah pandemi Covid-19.
“Dengan krisis energi yang sekarang terjadi di beberapa belahan dunia, energi terbarukan berbasis kelapa sawit akan menjadi solusi atau alternatif,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono dalam 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook, Rabu (1/12/2021).
(Baca juga:Untuk Pertama Kalinya, 1.200 Petani Sawit Disertifikasi ISPO)
Menurut Joko Supriyono, 2021 merupakan tahun yang luar biasa bagi industri kelapa sawit. Harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) telah melampaui USD1.000 per metrik ton sepanjang tahun.
Saat negara-negara lain menuju pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, minyak sawit mampu melesat dan mencatat peningkatan permintaan. “Permintaan minyak sawit diperkirakan akan terus meningkat, terutama pada saat krisis energi di sejumlah negara,” kata Joko.
Joko Supriyono menyakini, biodiesel akan menjadi alternatif untuk mengatasi krisis energi ini. “Pertanyaannya, apakah harga ini akan berlanjut pada 2022? Kita optimistis hal itu akan terjadi” kata Joko. Menurut Joko, saat ini, persoalan pasokan kekurangan energi yang melanda ekonomi utama di seluruh dunia, termasuk Inggris dan China.
(Baca juga:Erick Thohir Sebut PTPN Sudah Berubah: Hadir untuk Sawit Rakyat)
Ketua Panitia IPOC 2021 Mona Surya mengatakan, tahun 2021 ini merupakan tahun keemasan industri sawit karena harga CPO global mencapai puncak tertinggi dalam sejarah. Sepanjang 2021, harga rata-rata CPO di atas USD1.000 per metrik ton bahkan mencapai puncak tertinggi USD1.390 per metrik ton pada Oktober lalu.
Mona Surya mengatakan konferensi ini membahas peluang pasar minyak sawit dunia di beberapa negara tujuan utama ekspor. Kemudian, supply dan demand minyak nabati dunia, tren pasar global dan juga proyeksi harga minyak sawit untuk tahun depan.
Selain outlook harga tahun depan, sejalan dengan fokus pemerintah untuk melakukan pemulihan ekonomi pascapandemi, IPOC 2021 ini juga membahas peran industri sawit dalam upaya pemulihan ekonomi.
(Baca juga:Ekspor Cangkang Sawit Masih Terganjal Pajak yang Tinggi)
Mona Surya mengatakan sebagai negara produsen utama kelapa sawit dunia, kenaikan harga CPO tentu memberikan dampak positif pada peningkatan pendapatan petani serta menjaga neraca perdagangan Indonesia tetap positif di tengah pandemi Covid-19.
(dar)