Jadi Pesaing China, Uni Eropa Siapkan Rp4.868 Triliun
loading...
A
A
A
BRUSELL - Uni Eropa (UE) mengungkapkan rincian rencana investasi global mereka senilai USD340 Miliar atau setara Rp4.868 Triliun (Kurs Rp14.320/USD). Dimana hal itu digambarkan sebagai 'alternatif' untuk melawan Belt and Road China atau yang disebut Jalur Sutra Abad 21 .
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan, skema Gateway Global harus menjadi brand tepercaya. Seperti diketahui China telah mendanai jalur kereta api, jalan raya dan pelabuhan yang dituding melakukannya dengan menambah beban utang beberapa negara.
Ketua Komisi UE mengutarakan, negara-negara membutuhkan "mitra terpercaya" untuk merancang proyek-proyek yang berkelanjutan. Uni Eropa kemudian merancang sebuah program dengan memanfaatkan miliaran euro yang diambil dari negara-negara anggota, lembaga keuangan dan sektor swasta.
Seperti dilansir BBC, hal itu sebagian besar disebutkan dalam bentuk jaminan atau pinjaman, bukan hibah. Sambung Von der Leyen menekankan, Uni Eropa ingin menunjukkan bahwa pendekatan demokratis yang berbeda bisa dilakukan dalam proyek perubahan iklim serta keamanan kesehatan global dan pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara berkembang.
"Proyek ini harus berkualitas tinggi, dengan tingkat transparansi dan tata kelola yang baik, dan harus memberikan hasil nyata bagi negara-negara yang terlibat," jelasnya.
Seorang pejabat Uni Eropa menuturkan, kepada BBC bahwa Afrika akan menjadi fokus utama dari skema tersebut. Sementara itu strategi China telah mencapai Afrika, Asia, Indo-Pasifik dan tidak terkecuali Uni Eropa.
Perusahaan Cosco China memiliki dua pertiga dari pelabuhan kontainer terbesar Yunani di Piraeus dan China Road and Bridge Corporation telah membangun jembatan utama di Kroasia.
"Ketika datang pilihan soal investasi. Beberapa opsi yang ada terlalu sering berbarengan dengan banyak catatan kecil yang mencakup konsekuensi besar, baik itu secara finansial, politik tetapi juga sosial," kata Presiden Komisi UE.
Andrew Small, seorang Rekan Transatlantik Senior di German Marshall Fund, mengungkapkan kepada BBC bahwa itu menandai "upaya serius pertama dari pihak Eropa untuk menyiapkan paket dan mencari tahu mekanisme pembiayaan, sehingga negara-negara yang mempertimbangkan untuk mengambil pinjaman dari China memiliki opsi alternatif".
Pada briefing bulan lalu, Duta Besar China untuk Uni Eropa, Zhang Ming mengatakan, Beijing menyambut baik strategi Gateway Global Uni Eropa bila terbuka dan dapat "membantu negara-negara berkembang".
Namun dia juga memperingatkan "setiap upaya untuk mengubah proyek infrastruktur menjadi alat geopolitik, maka akan mengecewakan harapan masyarakat internasional dan membahayakan kepentingan sendiri".
Belt and Road telah menjadi bagian dari kebijakan luar negeri China. Meskipun telah mengembangkan hubungan perdagangan dengan mengucurkan dana besar untuk pembangunan jalan, pelabuhan, jalur kereta api dan jembatan. Namun upaya China itu dikritik yang dianggap sebagai 'pinjaman predator' dan dilabeli dengan sebutan 'diplomasi perangkap utang'.
"Pertanyaannya adalah apakah Uni Eropa benar-benar dapat bertindak dalam ruang geopolitik ini," kata Andrew Small.
"Atau terlalu kaku, terlalu macet oleh pertempuran birokrasi internal? Jika mereka gagal dalam hal ini, itu adalah kehilangan besar," katanya.
Seorang diplomat mengatakan kepada saya: "Ini pertanda baik bahwa akhirnya Eropa menegaskan pengaruhnya di bidang ini. Ini adalah kepentingan bersama yang kami bagikan dengan teman-teman transatlantik kami di AS dan Inggris."
Tetapi minat bersama juga dapat menciptakan lebih banyak persaingan, menurut Scott Morris, seorang Rekan Senior di Pusat Pembangunan Global.
Bagaimanapun, Amerika Serikat (AS) juga memiliki inisiatif bertajuk "Build Back Better World" yang diluncurkan di G7 Juni lalu. "Ini adalah ruang yang bising dengan banyak brand saling bertemu," kata Morris.
Namun dia berharap inisiatif Global Gateway yang diusung UE dapat berjalan sukses. Hanya saja ia mengatakan, 'yang lebih penting' daripada menyaingi China, adalah langkah ini menjadi kesempatan bagi Eropa untuk "mencapai skala pembiayaan yang dapat melakukan kebaikan di negara-negara berkembang yang membutuhkan modal".
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan, skema Gateway Global harus menjadi brand tepercaya. Seperti diketahui China telah mendanai jalur kereta api, jalan raya dan pelabuhan yang dituding melakukannya dengan menambah beban utang beberapa negara.
Ketua Komisi UE mengutarakan, negara-negara membutuhkan "mitra terpercaya" untuk merancang proyek-proyek yang berkelanjutan. Uni Eropa kemudian merancang sebuah program dengan memanfaatkan miliaran euro yang diambil dari negara-negara anggota, lembaga keuangan dan sektor swasta.
Seperti dilansir BBC, hal itu sebagian besar disebutkan dalam bentuk jaminan atau pinjaman, bukan hibah. Sambung Von der Leyen menekankan, Uni Eropa ingin menunjukkan bahwa pendekatan demokratis yang berbeda bisa dilakukan dalam proyek perubahan iklim serta keamanan kesehatan global dan pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara berkembang.
"Proyek ini harus berkualitas tinggi, dengan tingkat transparansi dan tata kelola yang baik, dan harus memberikan hasil nyata bagi negara-negara yang terlibat," jelasnya.
Seorang pejabat Uni Eropa menuturkan, kepada BBC bahwa Afrika akan menjadi fokus utama dari skema tersebut. Sementara itu strategi China telah mencapai Afrika, Asia, Indo-Pasifik dan tidak terkecuali Uni Eropa.
Perusahaan Cosco China memiliki dua pertiga dari pelabuhan kontainer terbesar Yunani di Piraeus dan China Road and Bridge Corporation telah membangun jembatan utama di Kroasia.
"Ketika datang pilihan soal investasi. Beberapa opsi yang ada terlalu sering berbarengan dengan banyak catatan kecil yang mencakup konsekuensi besar, baik itu secara finansial, politik tetapi juga sosial," kata Presiden Komisi UE.
Andrew Small, seorang Rekan Transatlantik Senior di German Marshall Fund, mengungkapkan kepada BBC bahwa itu menandai "upaya serius pertama dari pihak Eropa untuk menyiapkan paket dan mencari tahu mekanisme pembiayaan, sehingga negara-negara yang mempertimbangkan untuk mengambil pinjaman dari China memiliki opsi alternatif".
Pada briefing bulan lalu, Duta Besar China untuk Uni Eropa, Zhang Ming mengatakan, Beijing menyambut baik strategi Gateway Global Uni Eropa bila terbuka dan dapat "membantu negara-negara berkembang".
Namun dia juga memperingatkan "setiap upaya untuk mengubah proyek infrastruktur menjadi alat geopolitik, maka akan mengecewakan harapan masyarakat internasional dan membahayakan kepentingan sendiri".
Belt and Road telah menjadi bagian dari kebijakan luar negeri China. Meskipun telah mengembangkan hubungan perdagangan dengan mengucurkan dana besar untuk pembangunan jalan, pelabuhan, jalur kereta api dan jembatan. Namun upaya China itu dikritik yang dianggap sebagai 'pinjaman predator' dan dilabeli dengan sebutan 'diplomasi perangkap utang'.
"Pertanyaannya adalah apakah Uni Eropa benar-benar dapat bertindak dalam ruang geopolitik ini," kata Andrew Small.
"Atau terlalu kaku, terlalu macet oleh pertempuran birokrasi internal? Jika mereka gagal dalam hal ini, itu adalah kehilangan besar," katanya.
Seorang diplomat mengatakan kepada saya: "Ini pertanda baik bahwa akhirnya Eropa menegaskan pengaruhnya di bidang ini. Ini adalah kepentingan bersama yang kami bagikan dengan teman-teman transatlantik kami di AS dan Inggris."
Tetapi minat bersama juga dapat menciptakan lebih banyak persaingan, menurut Scott Morris, seorang Rekan Senior di Pusat Pembangunan Global.
Bagaimanapun, Amerika Serikat (AS) juga memiliki inisiatif bertajuk "Build Back Better World" yang diluncurkan di G7 Juni lalu. "Ini adalah ruang yang bising dengan banyak brand saling bertemu," kata Morris.
Namun dia berharap inisiatif Global Gateway yang diusung UE dapat berjalan sukses. Hanya saja ia mengatakan, 'yang lebih penting' daripada menyaingi China, adalah langkah ini menjadi kesempatan bagi Eropa untuk "mencapai skala pembiayaan yang dapat melakukan kebaikan di negara-negara berkembang yang membutuhkan modal".
(akr)