78 Persen Bahan Baku Masih Impor, Industri Pengolahan Susu Rentan Terganggu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri pengolahan susu di Indonesia masih menghadapi tantangan terkait bahan baku yang masih ketergantungan dari impor.
"Industri pengolahan susu merupakan salah satu industri prioritas. Kontribusinya terhadap ekonomi nasional sangat tinggi. Tapi kita punya tantangan, yaitu pemenuhan bahan baku. Bahan baku kita masih banyak impor," kata Menperin kepada awak media di pabrik es krim PT Yili Indonesia Dairy, Bekasi, Jumat (10/12/2021).
Dia menerangkan bahwa pemenuhan bahan baku susu di Indonesia baru sekitar 22% yang di pasok dari dalam negeri, sementara 78%-nya impor. "Permintaan bahan baku susu juga terus naik. Demikian juga dengan bahan baku penolong buah masih impor," ungkapnya.
Dengan ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku susu impor yang masih tinggi, Menperin bilang ini akan menyebabkan posisi industri rentan terhadap disrupsi. Maka itu, Kemenperin terus berupaya untuk menciptakan industri yang mandiri dan handal agar mampu menghadapi persaingan.
"Kami dari Kemenperin berharap, manajemen Yili Indonesia Dairy dapat melakukan kemitraan dengan peternak sapi perah serta petani buah. Karena selain lebih efisien, ini juga bisa meningkatkan kesejahteraan para peternak sapi dan petani buah," katanya.
Lebih detail Agus memaparkan, saat ini tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia sebesar 16,9 kg per kapita per tahun setara susu segar, masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2, Thailand sebesar 22,2 dan Filipina sebesar 17,8 kg/kapita/tahun.
Namun, seiring meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang disertai dengan perubahan gaya hidup untuk menjadi lebih sehat, seperti selama pandemi Covid-19, pemerintah meyakini peluang pasar dan tingkat konsumsi produk susu olahan seperti es krim akan terus tumbuh ke depannya.
Untuk itu, Menperin memandang kehadiran PT Yili Indonesia Dairy memproduksi es krim 'Joyday' adalah suatu strategi bisnis yang tepat untuk dapat memenuhi peningkatan kebutuhan masyarakat Indonesia akan produk susu olahan, khususnya es krim yang berkualitas.
"Kami mengharapkan investasi awal PT Yili sebesar Rp1,9 triliun ini dapat diteruskan sesuai rencana menjadi Rp2,5 triliun, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dari 270 orang menjadi 1.000 orang tenaga kerja ke depannya," tuturnya.
Sebagai informasi, Menperin pada hari ini meresmikan PT Yili Indonesia Dairy sebagai pabrik yang memproduksi es krim terbesar di Indonesia. Pabrik ini nantinya akan meluncurkan produk-produk olahan susu yang bersertifikasi halal oleh LPPOM MUI.
"Industri pengolahan susu merupakan salah satu industri prioritas. Kontribusinya terhadap ekonomi nasional sangat tinggi. Tapi kita punya tantangan, yaitu pemenuhan bahan baku. Bahan baku kita masih banyak impor," kata Menperin kepada awak media di pabrik es krim PT Yili Indonesia Dairy, Bekasi, Jumat (10/12/2021).
Dia menerangkan bahwa pemenuhan bahan baku susu di Indonesia baru sekitar 22% yang di pasok dari dalam negeri, sementara 78%-nya impor. "Permintaan bahan baku susu juga terus naik. Demikian juga dengan bahan baku penolong buah masih impor," ungkapnya.
Dengan ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku susu impor yang masih tinggi, Menperin bilang ini akan menyebabkan posisi industri rentan terhadap disrupsi. Maka itu, Kemenperin terus berupaya untuk menciptakan industri yang mandiri dan handal agar mampu menghadapi persaingan.
"Kami dari Kemenperin berharap, manajemen Yili Indonesia Dairy dapat melakukan kemitraan dengan peternak sapi perah serta petani buah. Karena selain lebih efisien, ini juga bisa meningkatkan kesejahteraan para peternak sapi dan petani buah," katanya.
Lebih detail Agus memaparkan, saat ini tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia sebesar 16,9 kg per kapita per tahun setara susu segar, masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2, Thailand sebesar 22,2 dan Filipina sebesar 17,8 kg/kapita/tahun.
Namun, seiring meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang disertai dengan perubahan gaya hidup untuk menjadi lebih sehat, seperti selama pandemi Covid-19, pemerintah meyakini peluang pasar dan tingkat konsumsi produk susu olahan seperti es krim akan terus tumbuh ke depannya.
Untuk itu, Menperin memandang kehadiran PT Yili Indonesia Dairy memproduksi es krim 'Joyday' adalah suatu strategi bisnis yang tepat untuk dapat memenuhi peningkatan kebutuhan masyarakat Indonesia akan produk susu olahan, khususnya es krim yang berkualitas.
"Kami mengharapkan investasi awal PT Yili sebesar Rp1,9 triliun ini dapat diteruskan sesuai rencana menjadi Rp2,5 triliun, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dari 270 orang menjadi 1.000 orang tenaga kerja ke depannya," tuturnya.
Sebagai informasi, Menperin pada hari ini meresmikan PT Yili Indonesia Dairy sebagai pabrik yang memproduksi es krim terbesar di Indonesia. Pabrik ini nantinya akan meluncurkan produk-produk olahan susu yang bersertifikasi halal oleh LPPOM MUI.
(ind)