Mantan Bos BI Sebut Indonesia Butuh Investasi Rp4.500 Triliun untuk Tumbuh 5 Persen
loading...
A
A
A
BANDUNG - Pengamat ekonomi, Burhanudin Abdullah, mengatakan tahun 2022 ekonomi Indonesia bisa tumbuh pada angka 4,5% hingga 5%. Namun banyak tantangan yang akan terjadi untuk mencapai angka itu, mengingat hampir 60% ekonomi didorong oleh sektor konsumsi .
Untuk mengejar pertumbuhan hingga 5%, Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp4.500 triliun. Investasi sebanyak itu untuk menggerakkan sektor konsumsi yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
"Untuk mencapai 5%, usahanya akan sangat berat. Kalau hitungan saya, setidaknya kita butuh investasi hingga Rp4.500 triliun agar ekonomi kembali pulih dengan pertumbuhan 5%," jelas Burhanudin, di Bandung, Senin (27/12/2021).
Kebutuhan investasi sebesar itu tentu sangat sulit untuk didapatkan. Apalagi ekonomi dunia belum cukup membaik. Sementara harapan pada sektor lainnya seperti perbankan, juga akan sangat berat. Sebagai perimbangan, setidaknya pertumbuhan bisnis perbankan mesti di atas 10%.
Kendati begitu, mantan Gubernur Bank Indonesia itu memprediksi, proses recovery ekonomi akan terus berlanjut pada tahun depan. Namun harus dipertimbangkan adanya efek inflasi negara maju, seperti Amerika dan China yang diprediksi akan berpengaruh ke Indonesia.
"Harga komoditi diprediksi akan tetap relatif tinggi. Sementara CPO dan gold akan tetap menjanjikan," imbuh dia.
Untuk mengejar pertumbuhan hingga 5%, Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp4.500 triliun. Investasi sebanyak itu untuk menggerakkan sektor konsumsi yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
"Untuk mencapai 5%, usahanya akan sangat berat. Kalau hitungan saya, setidaknya kita butuh investasi hingga Rp4.500 triliun agar ekonomi kembali pulih dengan pertumbuhan 5%," jelas Burhanudin, di Bandung, Senin (27/12/2021).
Kebutuhan investasi sebesar itu tentu sangat sulit untuk didapatkan. Apalagi ekonomi dunia belum cukup membaik. Sementara harapan pada sektor lainnya seperti perbankan, juga akan sangat berat. Sebagai perimbangan, setidaknya pertumbuhan bisnis perbankan mesti di atas 10%.
Kendati begitu, mantan Gubernur Bank Indonesia itu memprediksi, proses recovery ekonomi akan terus berlanjut pada tahun depan. Namun harus dipertimbangkan adanya efek inflasi negara maju, seperti Amerika dan China yang diprediksi akan berpengaruh ke Indonesia.
"Harga komoditi diprediksi akan tetap relatif tinggi. Sementara CPO dan gold akan tetap menjanjikan," imbuh dia.
(uka)