Ramalan Morgan Stanley Soal Kebangkitan Ekonomi China di Tahun Baru 2022

Rabu, 05 Januari 2022 - 06:32 WIB
loading...
A A A
2. Kucuran Bantuan untuk Sektor Real Estate China

Pada paruh kedua tahun ini, sektor properti China terjerat dalam krisis utang ketika upaya Beijing untuk memangkas utang mulai menggigit. Kebijakan 'tiga garis merah' diambil China untuk menempatkan batas utang sehubungan dengan arus kas, aset, dan tingkat modal perusahaan. Dimana hal itu bertujuan untuk mengendalikan pengembang setelah bertahun-tahun menjaga pertumbuhan yang didorong oleh utang secara berlebihan.

Krisis keuangan pengembang raksasa properti, Evergrande menjadi paling disorot karena akhirnya gagal bayar awal bulan ini. Seiring hal itu beberapa pengembang China juga berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Banyak di antaranya melewatkan pembayaran bunga, sementara yang lain gagal membayar utang mereka sama sekali.

Krisis utang berdampak terhadap kepercayaan pembeli rumah, membuat penjualan properti anjlok. Morgan Stanley mengatakan, bagaimanapun, bahwa bantuan akan datang dengan "kalibrasi ulang" kebijakan yang "sekarang berjalan dengan baik."

Misalnya, bank telah diberitahu untuk meningkatkan pinjaman hipotek dan suku bunga pinjaman yang lebih rendah, sementara beberapa kota melonggarkan pembatasan pembelian properti. "Pihak berwenang juga telah mengumumkan rencana meluncurkan proses restrukturisasi utang yang dikelola untuk membatasi risiko kebangkrutan," kata Morgan Stanley.

Hantaman terhadap kepercayaan investor memukul arus kas pengembang saat pendanaan mengering. Tetapi para pembuat kebijakan sekarang mengambil langkah-langkah untuk memastikan kebutuhan pendanaan pengembang terpenuhi, seperti disampaikan Morgan Stanley. Hal itu termasuk mendesak bank untuk meningkatkan pinjaman pembangunan dan mencabut pembatasan penerbitan obligasi onshore.

3. Target Energi pada Tahun 2022

Pembatasan impor batu bara Australia, serta rencana China untuk mengurangi emisi karbon dan lonjakan ekspor berkontribusi pada pemadaman listrik di seluruh negeri awal tahun ini. Morgan Stanley, juga mencatat bahwa target energi dan tujuan untuk mengurangi konsumsi daya juga ternyata "terlalu agresif" karena pertumbuhan PDB China sangat bergantung pada produksi industri.



"Namun, begitu masalah kekurangan batu bara muncul, para pembuat kebijakan telah melakukan intervensi dengan cepat dan efektif," tulis bank itu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1548 seconds (0.1#10.140)