Masa Depan Globalisasi Pascapandemi
loading...
A
A
A
Masa Depan Globalisasi dalam Tanda Tanya
Memasuki 2022, sejumlah outlook memberikan sejumlah harapan tentang globalisasi. DHL connected index—salah satu metrik globalisasi—memproyeksikan bahwa indeks diperkirakan akan berada di tingkat 130 pada 2022, menjadi puncak tertinggi baru sepanjang sejarah indeks ini. Selain itu, sepanjang 2020 hingga 2021, pandemi telah menjadi ujian besar bagi konektivitas, integrasi global diperkirakan akan tetap lebih tinggi dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Hal ini merupakan berita yang menggembirakan.
Namun ketidakpastian masih sangat besar. Persaingan geopolitik, terutama antara AS dan China, masih menjadi batu sandungan besar untuk mengatasi persoalan global seperti perubahan iklim. Selain itu, pandemi juga berpotensi mengubah tatanan order internasional.
Mandiri Investment Forum (MIF) 2022 yang diadakan oleh Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas, bekerjasama dengan Kementerian Investasi/BKPM menjadi forum yang mengumpulkan investor, para ekonom dan juga pengambil kebijakan untuk diskusi dan meneropong lagi soal tantangan nasional dan global. Tahun ini MIF 2022 mengusung tema “Recapturing the Growth Momentum”.
Salah satu panel dalam forum ini akan diisi oleh Professor Joseph Stiglitz dan Professor Jeffrey Sachs, yang secara bersama-sama diskusi mengenai masa depan globalisasi. Hal yang juga penting adalah hal yang kritikal terkait dengan perubahan iklim adalah bagaimana mendorong kerja sama global dalam memobilisasi sumber daya untuk mengatasi perubahan iklim.
Kerja sama global dalam pemulihan ekonomi juga merupakan tema besar yang diusung Indonesia dalam Presidensi G20, yaitu Recover Together, Recover Stronger. Selain itu Indonesia juga akan mengusung green economy dan keberlanjutan (sustainability) sebagai tema spesifik dari G20 tahun ini.
Sebagai penutup, saya ingin mengutip pesan Professor Jeffrey Sachs dalam bukunya The Age of Sustainable Development. Prof Sachs menulis bahwa : “Kita telah memasuki era baru. Masyarakat global saling berhubungan tidak seperti sebelumnya. Bisnis, ide, teknologi, manusia, dan bahkan epidemi melintasi batas dengan kecepatan dan intensitas yang tidak pernah terjadi sebelumnya…Ada kesempatan dan juga risiko baru. Untuk perubahan-perubahan ini, saya melihat bahwa kita telah tiba di Era Pembangunan Berkelanjutan.” (Sachs 2015).
Memasuki 2022, sejumlah outlook memberikan sejumlah harapan tentang globalisasi. DHL connected index—salah satu metrik globalisasi—memproyeksikan bahwa indeks diperkirakan akan berada di tingkat 130 pada 2022, menjadi puncak tertinggi baru sepanjang sejarah indeks ini. Selain itu, sepanjang 2020 hingga 2021, pandemi telah menjadi ujian besar bagi konektivitas, integrasi global diperkirakan akan tetap lebih tinggi dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Hal ini merupakan berita yang menggembirakan.
Namun ketidakpastian masih sangat besar. Persaingan geopolitik, terutama antara AS dan China, masih menjadi batu sandungan besar untuk mengatasi persoalan global seperti perubahan iklim. Selain itu, pandemi juga berpotensi mengubah tatanan order internasional.
Mandiri Investment Forum (MIF) 2022 yang diadakan oleh Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas, bekerjasama dengan Kementerian Investasi/BKPM menjadi forum yang mengumpulkan investor, para ekonom dan juga pengambil kebijakan untuk diskusi dan meneropong lagi soal tantangan nasional dan global. Tahun ini MIF 2022 mengusung tema “Recapturing the Growth Momentum”.
Salah satu panel dalam forum ini akan diisi oleh Professor Joseph Stiglitz dan Professor Jeffrey Sachs, yang secara bersama-sama diskusi mengenai masa depan globalisasi. Hal yang juga penting adalah hal yang kritikal terkait dengan perubahan iklim adalah bagaimana mendorong kerja sama global dalam memobilisasi sumber daya untuk mengatasi perubahan iklim.
Kerja sama global dalam pemulihan ekonomi juga merupakan tema besar yang diusung Indonesia dalam Presidensi G20, yaitu Recover Together, Recover Stronger. Selain itu Indonesia juga akan mengusung green economy dan keberlanjutan (sustainability) sebagai tema spesifik dari G20 tahun ini.
Sebagai penutup, saya ingin mengutip pesan Professor Jeffrey Sachs dalam bukunya The Age of Sustainable Development. Prof Sachs menulis bahwa : “Kita telah memasuki era baru. Masyarakat global saling berhubungan tidak seperti sebelumnya. Bisnis, ide, teknologi, manusia, dan bahkan epidemi melintasi batas dengan kecepatan dan intensitas yang tidak pernah terjadi sebelumnya…Ada kesempatan dan juga risiko baru. Untuk perubahan-perubahan ini, saya melihat bahwa kita telah tiba di Era Pembangunan Berkelanjutan.” (Sachs 2015).
(atk)