Peti Mati dari Eceng Gondok Tembus Pasar Belanda hingga Amerika, Omzetnya Miliaran!

Sabtu, 15 Januari 2022 - 14:44 WIB
loading...
Peti Mati dari Eceng...
Peti mati dari bahan ramah lingkungan atau green cofin diekspor ke Belanda dan Amerika Serikat. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Ada yang unik dari bisnis peti mati yang ditekuni Purwanto sejak hampir satu dekade silam. Berbeda dengan peti jenazah umumnya yang terbuat dari kayu, pria berusia 42 tahun itu memanfaatkan bahan ramah lingkungan mulai dari rotan, eceng gondok, mendong, rami, hingga pelepah pisang dalam produksi peti di pabriknya di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Tak ayal, peti jenazah ramah lingkungan atau disebutnya sebagai green coffin banyak dilirik oleh pasar Eropa hingga Amerika Serikat (AS), negara-negara yang kesadaran terhadap lingkungannya relatif sudah tinggi.



Kayu-kayu sebagai rangka penguat peti juga menggunakan kayu yang sudah memiliki sertifikat SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu), sebagai syarat untuk bisa masuk ke pasar Eropa.

Dari bisnis ini, Purwanto bisa mempekerjakan sekitar 100 orang di pabriknya yang berlokasi di desa Trangsan. Usahanya yang bernama Eco Green punya pasar tetap di Eropa dan AS.

"Saya memulai bisnis ini pada tahun 2002. Permintaannya terus naik dari tahun ke tahun. Apalagi setelah kami mendapat pendampingan dan pembinaan, juga dibantu mencari pasar dan permodalan," ujarnya, dikutip Minggu (15/1/2022).

Purwanto tak sendirian. Dia tergabung dalam Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Indonesia (Apikri), di mana setiap bulan setidaknya 3 kontainer berisi peti mati dikirim ke luar negeri. Setiap kontainer bisa memuat 80 peti, sehingga setiap bulan terjual sekurangnya 240 buah peti.

Apikri tak hanya menampung peti buatan Purwanto. Sebagai wadah bagi para pengrajin, asosiasi ini juga menjadi penampung produk sejenis buatan produsen lainnya. Dari bisnis ini, setidaknya sudah ada 3 klaster usaha di Kabupaten Gunung Kidul, Bantul dan Kulon Progo.



Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) ikut berperan dalam merealisasikan ekspor peti ramah lingkungan atau green coffin ini.

Corporate Secretary LPEI Chesna F. Anwar mengatakan, sejak tahun 2017 pihaknya mendampingi para pengrajin melalui Apikri. “Alhamdulillah sejak tahun 2019 para pengrajin sudah bisa mengekspor," ungkapnya.

Dia menjelaskan, ekspor perdana ke Belanda pada tahun 2019 nilainya sekitar Rp150 juta, disusul ekspor ke Negeri Paman Sam. Sekarang ini, jika dihitung rata-rata per bulan diekspor 3 kontainer green coffin senilai Rp450 juta, sehingga dalam setahun ekspornya mencapai lebih dari Rp5 miliar.

Kabar baiknya lagi, pekerja langsung yang terserap dari bisnis ini ikut meningkat. Ketua Apikri, Kemiskidi mengatakan, para pihak yang ikut menangguk manisnya bisnis peti ini sangat banyak, mulai dari pengumpul eceng gondok, pelepah pisang, sampai dengan tukang pembuatnya.

"Ini bisnis yang prospeknya menjanjikan. Apalagi pasar luar negeri mencari produk ramah lingkungan, termasuk memikirkan persiapan ketika kelak menutup usia, maka mereka membutuhkan peti," kata Chesna.



Dia menambahkan, LPEI berkomitmen membukakan pasar yang lebih luas bagi pengrajin, termasuk menyediakan permodalan untuk pengembangan usaha ini.

"LPEI memiliki mandat dari pemerintah untuk mendorong ekspor. Jadi, kami sangat serius membantu para pengrajin melalui asosiasi. Kami optimis produk yang unik ini punya pasar yang sangat besar di luar negeri," tutup Chesna.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1078 seconds (0.1#10.140)