Metaverse Bakal Membuat Bisnis Menjadi No Human Touch, Begini Proyeksinya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Metaverse adalah penggabungan antara augmented reality, virtual reality, blockchain, dan Web 3.0. Secara sederhana, metaverse menghadirkan jaringan dunia dalam wujud virtual tiga dimensi.
Metaverse dianggap tidak memiliki batas dan saling terhubung. Lantas apa yang menjadi pembeda antara metaverse dan platform yang sudah ada saat ini?
“YouTube, Instagram, Facebook, dan platform lainnya berbasis Web 2.0, di mana semuanya memiliki kesamaan pada aturan kepemilikan, yaitu ‘community ownership’. Sementara itu metaverse yang dibuat dalam sistem blockchain dan Web 3.0 sifatnya individual ownership,” jelas Co-founder Digikai Studio, Yoshua.
Lebih lanjut ia juga menjelaskan perbedaan antara community ownership dengan individual ownership, “Community ownership artinya kita harus mematuhi peraturan komunitas yang dibuat oleh platform. Contohnya YouTube bisa menghapus video unggahan kita, bahkan menangguhkan channel kita,” terangnya.
“Dalam metaverse tidak demikian, karena sistem individual ownership tadi, kita mendapat hak kepemilikan secara utuh. Sebut saja foto, video, lagu bahkan hingga real estate dan kapal pesiar,” kata Yoshua menambahkan.
Tak hanya mengubah cara bersosialisasi, metaverse juga disebut memberikan dampak pada aspek bisnis. Lewat akun Instagram-nya, @talktoyosh, Yoshua beranggapan metaverse akan sangat berpengaruh pada kegiatan bisnis di masa mendatang.
“Metaverse akan mengubah segala aspek, terutama dalam hal bekerja atau menjalankan bisnis ,” kata pria yang memiliki nama lengkap Yoshua Markus Mariwu ini.
Ia melanjutkan “Ke depannya perjanjian bisnis akan disepakati di ruang pertemuan virtual oleh kedua belah pihak menggunakan perangkat VR. Jika sudah diterapkan, ini akan membuat bisnis menjadi 'No Human Touch' dan transaksinya pun menggunakan crypto,”
Yoshua juga meyakini bahwa implementasi metaverse akan lebih optimal, dengan memenuhi beberapa hal.
Metaverse dianggap tidak memiliki batas dan saling terhubung. Lantas apa yang menjadi pembeda antara metaverse dan platform yang sudah ada saat ini?
“YouTube, Instagram, Facebook, dan platform lainnya berbasis Web 2.0, di mana semuanya memiliki kesamaan pada aturan kepemilikan, yaitu ‘community ownership’. Sementara itu metaverse yang dibuat dalam sistem blockchain dan Web 3.0 sifatnya individual ownership,” jelas Co-founder Digikai Studio, Yoshua.
Lebih lanjut ia juga menjelaskan perbedaan antara community ownership dengan individual ownership, “Community ownership artinya kita harus mematuhi peraturan komunitas yang dibuat oleh platform. Contohnya YouTube bisa menghapus video unggahan kita, bahkan menangguhkan channel kita,” terangnya.
“Dalam metaverse tidak demikian, karena sistem individual ownership tadi, kita mendapat hak kepemilikan secara utuh. Sebut saja foto, video, lagu bahkan hingga real estate dan kapal pesiar,” kata Yoshua menambahkan.
Tak hanya mengubah cara bersosialisasi, metaverse juga disebut memberikan dampak pada aspek bisnis. Lewat akun Instagram-nya, @talktoyosh, Yoshua beranggapan metaverse akan sangat berpengaruh pada kegiatan bisnis di masa mendatang.
“Metaverse akan mengubah segala aspek, terutama dalam hal bekerja atau menjalankan bisnis ,” kata pria yang memiliki nama lengkap Yoshua Markus Mariwu ini.
Ia melanjutkan “Ke depannya perjanjian bisnis akan disepakati di ruang pertemuan virtual oleh kedua belah pihak menggunakan perangkat VR. Jika sudah diterapkan, ini akan membuat bisnis menjadi 'No Human Touch' dan transaksinya pun menggunakan crypto,”
Yoshua juga meyakini bahwa implementasi metaverse akan lebih optimal, dengan memenuhi beberapa hal.