Dibayangi Ancaman Perang Rusia-Ukraina, Harga Minyak Tembus USD90/Barel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak untuk pertama kalinya sejak 2014 menembus USD90 per barel pada hari Rabu (26/1) dibayangi oleh ketatnya pasokan dan meningkatnya ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina. Ancaman perang menambah kekhawatiran tentang gangguan lebih lanjut di pasar yang sudah ketat.
Harga minyak mentah Brent tercatat naik USD1,76 atau 2% dan ditutup di USD89,96 per barel, setelah sempat menembus angka USD90 untuk pertama kalinya sejak Oktober 2014. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik USD1,75 atau 2%, menjadi USD87,35 per barel.
Menteri Luar Negeri AS Tony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan memastikan pasokan energi global tidak terganggu jika Rusia mengambil tindakan.
"Pasar gelisah bahwa pasokan fisik dapat terganggu," kata Paul Sheldon, kepala penasihat geopolitik, analitik, di S&P Global Platts seperti yang dikutip dari Reuters, Kamis (27/1/2022). "Kemungkinan besar, aliran akan berlanjut, tetapi risikonya tidak dapat diabaikan bahwa sesuatu dapat memengaruhi keseimbangan fisik," katanya.
Pada Selasa (25/1), Presiden AS Joe Biden mengatakan dia akan mempertimbangkan sanksi pribadi terhadap Presiden Vladimir Putin jika Rusia menginvasi Ukraina. Secara terpisah, gerakan Houthi Yaman meluncurkan serangan rudal ke pangkalan Uni Emirat Arab pada hari Senin (24/1). Ketegangan politik global tersebut telah menambah kekhawatiran tentang pasar energi yang sudah ketat.
Seperti diketahui, OPEC+ mengalami kesulitan memenuhi target produksi bulanan karena memulihkan pasokan ke pasar setelah pemotongan drastis pada 2020. Sementara, Amerika Serikat kekurangan lebih dari 1 juta barel dari rekor tingkat produksi hariannya.
"Satu-satunya organisasi yang dapat mengubah arah harga sekarang adalah OPEC," kata Claudio Galimberti, wakil presiden senior analisis di Rystad.
Sementara itu, permintaan tetap kuat, menunjukkan persediaan mungkin menurun lebih lanjut. Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu (OPEC+) bertemu pada 2 Februari untuk mempertimbangkan peningkatan produksi lainnya.
Persediaan di Amerika Serikat naik dalam minggu terakhir, dengan stok minyak mentah naik 2,4 juta barel, melawan ekspektasi untuk penurunan moderat. Sementara persediaan bensin naik ke level tertinggi dalam hampir satu tahun, yang menjadi obat penenang yang dibutuhkan pasar saat ini.
Lihat Juga: Masa Depan Suram bagi Ukraina, Berikut 7 Konsekuensi Buruk Kepemimpinan Donald Trump dalam Perang di Eropa
Harga minyak mentah Brent tercatat naik USD1,76 atau 2% dan ditutup di USD89,96 per barel, setelah sempat menembus angka USD90 untuk pertama kalinya sejak Oktober 2014. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik USD1,75 atau 2%, menjadi USD87,35 per barel.
Menteri Luar Negeri AS Tony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan memastikan pasokan energi global tidak terganggu jika Rusia mengambil tindakan.
"Pasar gelisah bahwa pasokan fisik dapat terganggu," kata Paul Sheldon, kepala penasihat geopolitik, analitik, di S&P Global Platts seperti yang dikutip dari Reuters, Kamis (27/1/2022). "Kemungkinan besar, aliran akan berlanjut, tetapi risikonya tidak dapat diabaikan bahwa sesuatu dapat memengaruhi keseimbangan fisik," katanya.
Pada Selasa (25/1), Presiden AS Joe Biden mengatakan dia akan mempertimbangkan sanksi pribadi terhadap Presiden Vladimir Putin jika Rusia menginvasi Ukraina. Secara terpisah, gerakan Houthi Yaman meluncurkan serangan rudal ke pangkalan Uni Emirat Arab pada hari Senin (24/1). Ketegangan politik global tersebut telah menambah kekhawatiran tentang pasar energi yang sudah ketat.
Seperti diketahui, OPEC+ mengalami kesulitan memenuhi target produksi bulanan karena memulihkan pasokan ke pasar setelah pemotongan drastis pada 2020. Sementara, Amerika Serikat kekurangan lebih dari 1 juta barel dari rekor tingkat produksi hariannya.
"Satu-satunya organisasi yang dapat mengubah arah harga sekarang adalah OPEC," kata Claudio Galimberti, wakil presiden senior analisis di Rystad.
Sementara itu, permintaan tetap kuat, menunjukkan persediaan mungkin menurun lebih lanjut. Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu (OPEC+) bertemu pada 2 Februari untuk mempertimbangkan peningkatan produksi lainnya.
Persediaan di Amerika Serikat naik dalam minggu terakhir, dengan stok minyak mentah naik 2,4 juta barel, melawan ekspektasi untuk penurunan moderat. Sementara persediaan bensin naik ke level tertinggi dalam hampir satu tahun, yang menjadi obat penenang yang dibutuhkan pasar saat ini.
Lihat Juga: Masa Depan Suram bagi Ukraina, Berikut 7 Konsekuensi Buruk Kepemimpinan Donald Trump dalam Perang di Eropa
(fai)