Harga Minyak Kembali Menghangat Saat Tensi Rusia-Ukraina Turun

Rabu, 16 Februari 2022 - 14:35 WIB
loading...
Harga Minyak Kembali Menghangat Saat Tensi Rusia-Ukraina Turun
Harga minyak dunia naik dipicu aksi ambil untung. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Harga minyak mentah dunia tampak masih stabil menguat tipis di atas USD90 per barel pada perdagangan Rabu siang (16/2/2022). Kenaikan terjadi setelah harga sempat merosot lebih dari 3% di sesi sebelumnya menyusul meredanya kekhawatiran pasar terhadap konflik Rusia dan Ukraina di tengah pasokan global yang ketat dan pulihnya permintaan bahan bakar.



Hingga pukul 13:50 WIB, Brent diperdagangkan naik 0,27% di USD93,53 per barel, setelah turun 3,3% pada sesi semalam. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga tumbuh tipis 0,37% di USD92,41 per barel setelah sesi Selasa lalu (15/2) merosot 3,6%.

Kedua benchmark minyak mentah dunia itu telah mencapai level tertingginya tujuh tahun terakhir pada Senin lalu (14/2/2022), dengan Brent menyentuh USD96,78 dan WTI mencapai USD95,82. Harga Brent melonjak 50% sepanjang 2021, sementara WTI melonjak sekitar 60%, karena pemulihan permintaan global dari pandemi menekan pasokan.

Seperti diketahui, Kementerian Pertahanan Rusia menerbitkan rekaman yang menunjukkan bahwa mereka telah menarik sejumlah pasukan ke pangkalan dari perbatasan, sebuah langkah yang memicu aksi ambil untung investor di komoditas minyak serta rebound di Wall Street dan bursa Eropa.



Di luar ketegangan itu, analis menilai pasar minyak masih akan tetap ketat dan dimungkinkan harganya bisa menuju USD100 per barel.

"Secara teknis kita bisa melihat harganya kembali ke USD90 per barel karena profit taking, tapi tren bullishnya akan lebih tinggi menuju USD100 karena ekonomi global tampaknya telah kembali ke jalurnya dan akan lebih banyak permintaan yang datang di tengah pasar yang ketat," kata Analis Probis Group, Jonathan Barratt, dilansir Reuters, Rabu (16/2/2022).

Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam pembicaraannya dengan Presiden Vladimir Putin pada Selasa (15/2/2022) menyimpulkan bahwa dirinya melihat ada kesempatan untuk mengadakan lebih banyak diplomasi agar mencegah terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina.



"Pembicaraan antara Kanselir Jerman Scholz dan Presiden Putin mendukung ekspektasi pasar bahwa invasi Rusia tampaknya lebih kecil kemungkinannya," kata Analis OANDA, Edward Moya.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2235 seconds (0.1#10.140)