Penerapan Manajemen Risiko Jadikan Proses Bisnis Lebih Efektif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penerapan manajemen risiko dapat menjadikan tata kelola organisasi berjalan secara efektif. Hal ini telah diterapkan di Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) .
“Kerangka kerja manajemen risiko sebagai pondasi dan tata kerja proses manajemen risiko organisasi yang terintegrasi di seluruh tingkatan organisasi khususnya di BPJS,” kata Deputi Direksi Bidang Manajemen Sistem dan Risiko BPJS Kesehatan Deded Chandra dalam National Conference Indonesian Governance Risk Compliance (IGRC) 2022 secara virtual, Senin (21/2/2022).
Deded membeberkan sistem kerja dari BPJS yang mencakup proses manajemen risiko sebagai rangkaian tahapan penerapan manajemen risiko yang dilakukan secara sistematis dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya dan proses bisnis organisasi.
“Kami sudah 8 tahun, dan telah banyak memberikan capaian. Kami telah menglmplentasikan tata kelola dengan baik di mana 2014 kami memberikan kebijakan good goverment yang terus disesuaikan,” tuturnya.
“Sejak 2018 kami telah integrasi 3 sistem untuk kapabilitas. Praktiknya dalam suatu organisasi, masing-masing bidang fungsi dalam menjalankan fungsi tata kelola, kepatuhan dan manaiemen risiko terkadang berjalan secara sendiri-sendiri demi pencapaian KPI masing-masing,” imbuhnya.
Menurut dia, manajemen risiko menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan organisasi, tata kelola, kepemimpinan, dan komitmen, strategi, tujuan dan sasaran serta kegiatan operasional.
“Pelaksanaan manajemen risiko telah menerima masukan dan informasi berdasarkan data historis dan informasi sat ini dan juga harapan di masa mendatang (best available information),” urainya.
Tak hanya itu, Deded mengatakan, dalam upaya perbaikan berkesinambungan, organisasi harus selalu memperbaiki kesesuaian, ketepatan, dan efektifitas dari kerangka kerja dan pola penerapan dan intergasi proses manajemen risiko.
Dari data BPJS, capaian skor menunjukan bahwa penerapan GRC pada organisasi telah berjalan baik. Aspek terbaik adalah Pembelajaran, sementara aspek yang perlu mendapat perhatian lebih adalah aspek Reviu yang menunjukkan masih perlunya penyempurnaan untuk mendukung penerapan GRC.
“Penerapan GRC dijabarkan dalam empat tahapan, yaitu Learn, Align, Perform dan Review. Tahapan penerapan GRC ini sesuai dengan perencanaan, penerapan, pemantauan dan evaluasi serta perbaikan berkelanjutan khususnya pada reviu dan penyempurnaan penerapan kepatuhan yang baru terbentuk dan berjalan dalam kurun waktu 1 tahun,” paparnya.
“Kerangka kerja manajemen risiko sebagai pondasi dan tata kerja proses manajemen risiko organisasi yang terintegrasi di seluruh tingkatan organisasi khususnya di BPJS,” kata Deputi Direksi Bidang Manajemen Sistem dan Risiko BPJS Kesehatan Deded Chandra dalam National Conference Indonesian Governance Risk Compliance (IGRC) 2022 secara virtual, Senin (21/2/2022).
Deded membeberkan sistem kerja dari BPJS yang mencakup proses manajemen risiko sebagai rangkaian tahapan penerapan manajemen risiko yang dilakukan secara sistematis dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya dan proses bisnis organisasi.
“Kami sudah 8 tahun, dan telah banyak memberikan capaian. Kami telah menglmplentasikan tata kelola dengan baik di mana 2014 kami memberikan kebijakan good goverment yang terus disesuaikan,” tuturnya.
“Sejak 2018 kami telah integrasi 3 sistem untuk kapabilitas. Praktiknya dalam suatu organisasi, masing-masing bidang fungsi dalam menjalankan fungsi tata kelola, kepatuhan dan manaiemen risiko terkadang berjalan secara sendiri-sendiri demi pencapaian KPI masing-masing,” imbuhnya.
Menurut dia, manajemen risiko menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan organisasi, tata kelola, kepemimpinan, dan komitmen, strategi, tujuan dan sasaran serta kegiatan operasional.
“Pelaksanaan manajemen risiko telah menerima masukan dan informasi berdasarkan data historis dan informasi sat ini dan juga harapan di masa mendatang (best available information),” urainya.
Tak hanya itu, Deded mengatakan, dalam upaya perbaikan berkesinambungan, organisasi harus selalu memperbaiki kesesuaian, ketepatan, dan efektifitas dari kerangka kerja dan pola penerapan dan intergasi proses manajemen risiko.
Dari data BPJS, capaian skor menunjukan bahwa penerapan GRC pada organisasi telah berjalan baik. Aspek terbaik adalah Pembelajaran, sementara aspek yang perlu mendapat perhatian lebih adalah aspek Reviu yang menunjukkan masih perlunya penyempurnaan untuk mendukung penerapan GRC.
“Penerapan GRC dijabarkan dalam empat tahapan, yaitu Learn, Align, Perform dan Review. Tahapan penerapan GRC ini sesuai dengan perencanaan, penerapan, pemantauan dan evaluasi serta perbaikan berkelanjutan khususnya pada reviu dan penyempurnaan penerapan kepatuhan yang baru terbentuk dan berjalan dalam kurun waktu 1 tahun,” paparnya.
(ind)