Hadapi Invasi Rusia, Ukraina Bakal Dapat Bantuan IMF Rp31,62 Triliun

Sabtu, 26 Februari 2022 - 07:11 WIB
loading...
Hadapi Invasi Rusia,...
Para pemimpin Bank Dunia dan IMF mengisyaratkan, bahwa mereka siap membantu Ukraina saat Rusia sudah memulai invasinya dengan melayangkan serangan. Foto/Dok
A A A
WASHINGTON - Para pemimpin Bank Dunia dan IMF mengisyaratkan, bahwa mereka siap membantu Ukraina saat Rusia sudah memulai invasinya dengan melayangkan serangan ke basis militer. Sementara itu IMF serta Bank Dunia juga memperingatkan, bahwa invasi Rusia akan memiliki dampak bagi pemulihan ekonomi global.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva mengatakan, dirinya sangat prihatin tentang dampak perang terhadap rakyat Ukraina, dan memperingatkan dalam sebuah tweet-nya bahwa konflik "menambah risiko ekonomi yang signifikan bagi kawasan dan dunia".



Dana Moneter Internasional terus menilai dampak ekonomi dari perang Rusia-Ukraina, tetapi akan "siap untuk mendukung anggota kami sesuai kebutuhan," katanya.

Pemberi pinjaman krisis yang berbasis di Washington itu sedang dalam proses mengerahkan bantuan USD2,2 miliar atau setara Rp31,62 triliun (Kurs Rp14,376 per USD) ke Ukraina di bawah program pinjaman yang akan berakhir pada bulan Juni. Georgieva menambahkan, dana itu dapat dipakai untuk memberikan bantuan kepada negara-negara lain yang terkena dampak dampak spillover dari konflik Ukraina-Rusia, jika diperlukan.

Sementara itu Presiden Bank Dunia, David Malpass mengungkapkan, dalam sebuah pernyataan bahwa pemberi pinjaman pembangunan yang berbasis di Washington "Invasi Rusia seperti horror dengan kekerasan yang mengejutkan dan hilangnya nyawa", dan memperingatkan bahwa "kehancuran di Ukraina akan memiliki dampak ekonomi dan sosial yang luas".

"Kami siap memberikan dukungan segera kepada Ukraina dan sedang mempersiapkan opsi untuk dukungan tersebut, termasuk pembiayaan yang cepat," kata Malpass, menambahkan bahwa Bank Dunia dan IMF berkoordinasi untuk memantau dampak agresi Rusia.

Efek bola salju konflik Ukraina-Rusia telah mendongkrak harga minyak mentah dunia ke level tertinggi sejak 2014, menambah tekanan inflasi global yang mengkhawatirkan.

Pada Bulan Januari, IMF memangkas perkiraan PDB dunia untuk 2022 menjadi 4,4% atau setengah poin lebih rendah dari perkiraan sebelumnya pada Oktober, karena 'hambatan' yang disebabkan oleh wabah virus corona terbaru.

Di sisi lain Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada hari Kamis mengumumkan, sanksi ekonomi baru terhadap Moskow, termasuk membekukan aset bank-bank besar dan memotong ekspor teknologi tinggi ke negara itu, setelah berkoordinasi dengan Eropa.

Namun, para analis mencatat bahwa Moskow telah mempersiapkan selama bertahun-tahun untuk menahan sanksi semacam itu. Rusia membangun peti perang uang tunai dan emas dan memiliki utang yang sangat rendah.

"Ini bukan kebetulan. Saya pikir itu merupakan bagian dari apa yang kita sebut strategi benteng Rusia," kata Elina Ribakova dari Institute of International Finance, sebuah asosiasi perbankan global.

"Semua perubahan itu didesain dalam kebijakan makroekonomi untuk mengakomodasi ambisi geopolitik. Mereka (Rusia) memiliki celengan yang dapat melindungi dari sanksi," katanya kepada AFP.



Konflik juga dapat mengubah hitung-hitungan Federal Reserve untuk mengatasi tingginya inflasi di Amerika Serikat, seperti diungkapkan seorang pejabat bank sentral kemarin.

The Fed atau Bank Sentral AS pada bulan depan diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak Covid-19, tetapi kemungkinan terbaru mereka harus bergerak lebih agresif jika krisis Ukraina mengganggu komoditas dan menaikkan harga.

Presiden Cleveland Federal Reserve Bank, Loretta Mester mengutarakan, bank sentral AS akan memantau dampak konflik terhadap ekonomi terbesar di dunia.

"Implikasi dari situasi yang sedang berlangsung di Ukraina untuk prospek ekonomi jangka menengah di AS juga akan menjadi pertimbangan dalam menentukan kecepatan yang tepat untuk menghapus akomodasi," katanya dalam sebuah pidato.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1961 seconds (0.1#10.140)