Menilik 7 Masalah Ekonomi Terbesar Putin di Tengah Invasi Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Daftar masalah ekonomi untuk Presiden Rusia, Vladimir Putin terus menumpuk seiring berjalannya sanksi ekonomi , seperti disampaikan oleh investor kakap, Ed Hyman. Ketua ISI Evercore dalam sebuah catatan mengungkapkan, setidaknya ada 7 masalah ekonomi yang saat ini sedang dihadapi ekonomi Putin.
1. Rubel (mata uang Rusia) terus melemah.
2. Penurunan rubel dapat mendorong inflasi menjadi lebih dari 20%.
3. Pasar saham telah jatuh.
4. Tingkat suku bunga acuan naik 20%.
5. Sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya sedang diterapkan.
6. Perusahaan asing menutup operasi di Rusia.
7. Rusia sedang terputus dari seluruh dunia.
Diperkirakan seluruh masalah itu bakal semakin parah mengingat invasi Rusia masih terus berlangsung ke Ukraina. Perusahaan multinasional Barat yang terkenal seperti Mastercard, Visa, HP dan BlackRock telah berusaha menjauhkan diri dari aktivitas bisnis mereka di Rusia.
Manuver itu terjadi ketika Barat memblokir bank-bank Rusia dari sistem pembayaran SWIFT. Keputusan itu pada dasarnya menolak akses Rusia ke pasar keuangan secara global dan membuat tekanan ke perekonomian.
Situasi ekonomi di Rusia telah berubah begitu cepat sehingga ahli strategi JPMorgan memberi tahu Yahoo Finance bahwa, tidak lagi bisa menanam investasi di negara tersebut. Pasar aset global terus mencerminkan ketidakpastian terkait dengan bagaimana invasi akan berakhir dan kejatuhan ekonomi jangka panjang.
Indeks S&P 500 jatuh 1,55% menjadi 4.306,26 pada penutupan Selasa. Dow Jones Industrial Average jatuh 1,76% menjadi 33.292,95. Nasdaq Composite juga turun 1,59% menjadi 13.532,46. Kerugian juga memukul indeks Treasury AS 10 tahun turun menjadi 1,7%. Sementara itu, harga minyak mentah Brent diperdagangkan di atas USD100 per barel.
"Saya pikir mengingat apa yang terjadi di Rusia dan Ukraina, terutama dengan kekuatan uang dunia Barat menjadi jalan untuk memeranginya. Kondisi ini diprediksi menyebabkan aset safe-havens meningkat termasuk Treasuries. Saya pikir banyak pembelian itu karena ketidakpastian sehubungan dengan Rusia," jelas kepala strategi investasi Liz Ann Sonders, Charles Schwab di Yahoo Finance Live.
Pemenang dalam satu pekan terakhir adalah bitcoin, yang tiba-tiba dipandang sebagai tempat berlindung yang aman bagi investor, berdasarkan laporan reporter crypto Yahoo Finance David Hollerith. Harga Bitcoin diperdagangkan naik 7%, pada Selasa sore menjadi sekitar USD44.000.
Sebelumnya Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva menyatakan bahwa Rusia menghormati keputusan sejumlah negara yang menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Negeri Beruang Merah. Sebagai informasi, saat ini sejumlah negara telah mengumumkan sanksi ekonomi bagi Rusia menyusul invasi Moskow terhadap Ukraina.
1. Rubel (mata uang Rusia) terus melemah.
2. Penurunan rubel dapat mendorong inflasi menjadi lebih dari 20%.
3. Pasar saham telah jatuh.
4. Tingkat suku bunga acuan naik 20%.
5. Sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya sedang diterapkan.
6. Perusahaan asing menutup operasi di Rusia.
7. Rusia sedang terputus dari seluruh dunia.
Diperkirakan seluruh masalah itu bakal semakin parah mengingat invasi Rusia masih terus berlangsung ke Ukraina. Perusahaan multinasional Barat yang terkenal seperti Mastercard, Visa, HP dan BlackRock telah berusaha menjauhkan diri dari aktivitas bisnis mereka di Rusia.
Manuver itu terjadi ketika Barat memblokir bank-bank Rusia dari sistem pembayaran SWIFT. Keputusan itu pada dasarnya menolak akses Rusia ke pasar keuangan secara global dan membuat tekanan ke perekonomian.
Situasi ekonomi di Rusia telah berubah begitu cepat sehingga ahli strategi JPMorgan memberi tahu Yahoo Finance bahwa, tidak lagi bisa menanam investasi di negara tersebut. Pasar aset global terus mencerminkan ketidakpastian terkait dengan bagaimana invasi akan berakhir dan kejatuhan ekonomi jangka panjang.
Indeks S&P 500 jatuh 1,55% menjadi 4.306,26 pada penutupan Selasa. Dow Jones Industrial Average jatuh 1,76% menjadi 33.292,95. Nasdaq Composite juga turun 1,59% menjadi 13.532,46. Kerugian juga memukul indeks Treasury AS 10 tahun turun menjadi 1,7%. Sementara itu, harga minyak mentah Brent diperdagangkan di atas USD100 per barel.
"Saya pikir mengingat apa yang terjadi di Rusia dan Ukraina, terutama dengan kekuatan uang dunia Barat menjadi jalan untuk memeranginya. Kondisi ini diprediksi menyebabkan aset safe-havens meningkat termasuk Treasuries. Saya pikir banyak pembelian itu karena ketidakpastian sehubungan dengan Rusia," jelas kepala strategi investasi Liz Ann Sonders, Charles Schwab di Yahoo Finance Live.
Pemenang dalam satu pekan terakhir adalah bitcoin, yang tiba-tiba dipandang sebagai tempat berlindung yang aman bagi investor, berdasarkan laporan reporter crypto Yahoo Finance David Hollerith. Harga Bitcoin diperdagangkan naik 7%, pada Selasa sore menjadi sekitar USD44.000.
Sebelumnya Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva menyatakan bahwa Rusia menghormati keputusan sejumlah negara yang menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Negeri Beruang Merah. Sebagai informasi, saat ini sejumlah negara telah mengumumkan sanksi ekonomi bagi Rusia menyusul invasi Moskow terhadap Ukraina.