Harga Pangan Naik Berjamaah, Ini Kata Mantan Wamendag
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan harga dalam beberapa waktu terakhir. Mulai dari minyak goreng, kedelai, cabai, hingga daging sapi.
Tak sekadar naik harga, bahan kebutuhan pokok tertentu seperti minyak goreng bahkan sempat mengalami kelangkaan. Masyarakatpun mengeluh karena barang pokok serba mahal di tengah situasi pandemi yang memukul sendi-sendi perekonomian.
Pakar Agribisnis dari IPB University Bayu Krisnamurthi mengatakan, kondisi seperti ini tentu tidak diinginkan oleh siapa pun. Hanya saja, kondisi dunia yang memicu harga komoditi melonjak hingga berdampak pada pasar dalam negeri. Ditambah lagi pecahnya perang Rusia-Ukraina yang turut berdampak.
"Seperti yang dikatakan presiden, kita berada di masa yang serba susah, ketidakpastian tinggi, dan harga-harga komoditi naik secara global. Pandemi masih berlangsung, ada krisis Ukraina dengan kekhawatiran perang dunia," ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (4/3/2022).
"Saya kira peringatan presiden itu untuk semua kementerian dan semua pihak," sambung wakil menteri perdagangan (Wamendag) di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
Menurut Bayu, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang paling cepat merasakan dampaknya lantaran tugasnya berhubungan dengan keberlangsungan hidup rakyat Indonesia. "Dan memang yang paling cepat dan signifikan pengaruhnya terasa di perdagangan," tuturnya.
Diketahui bersama, selama masa pandemi, sektor perdagangan terkena imbas paling cepat, di mana harga sejumlah komoditi merangkak naik, di antaranya minyak sawit mentah/CPO, kedelai, daging sapi, dan bahan pangan pokok lainnya.
Pemerintah berupaya meredamnya melalui berbagai kebijakan. Di antaranya Domestic Market Obligation ( DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) guna menjamin pasokan minyak goreng di dalam negeri dengan harga yang stabil dan terjangkau.
Tak sekadar naik harga, bahan kebutuhan pokok tertentu seperti minyak goreng bahkan sempat mengalami kelangkaan. Masyarakatpun mengeluh karena barang pokok serba mahal di tengah situasi pandemi yang memukul sendi-sendi perekonomian.
Pakar Agribisnis dari IPB University Bayu Krisnamurthi mengatakan, kondisi seperti ini tentu tidak diinginkan oleh siapa pun. Hanya saja, kondisi dunia yang memicu harga komoditi melonjak hingga berdampak pada pasar dalam negeri. Ditambah lagi pecahnya perang Rusia-Ukraina yang turut berdampak.
"Seperti yang dikatakan presiden, kita berada di masa yang serba susah, ketidakpastian tinggi, dan harga-harga komoditi naik secara global. Pandemi masih berlangsung, ada krisis Ukraina dengan kekhawatiran perang dunia," ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (4/3/2022).
"Saya kira peringatan presiden itu untuk semua kementerian dan semua pihak," sambung wakil menteri perdagangan (Wamendag) di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
Menurut Bayu, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang paling cepat merasakan dampaknya lantaran tugasnya berhubungan dengan keberlangsungan hidup rakyat Indonesia. "Dan memang yang paling cepat dan signifikan pengaruhnya terasa di perdagangan," tuturnya.
Diketahui bersama, selama masa pandemi, sektor perdagangan terkena imbas paling cepat, di mana harga sejumlah komoditi merangkak naik, di antaranya minyak sawit mentah/CPO, kedelai, daging sapi, dan bahan pangan pokok lainnya.
Pemerintah berupaya meredamnya melalui berbagai kebijakan. Di antaranya Domestic Market Obligation ( DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) guna menjamin pasokan minyak goreng di dalam negeri dengan harga yang stabil dan terjangkau.