Menkeu Rusia: Moskow Kehilangan Akses ke Setengah Dana Cadangan Rp4.286 Triliun
loading...
A
A
A
MOSKOW - Menteri Keuangan (Menkeu) Rusia , Anton Siluanov mengatakan, Moskow telah kehilangan akses ke hampir setengah dari dana cadangan miliknya senilai USD300 miliar atau setara Rp4.286 triliun (kurs Rp14.287 per USD). Selain itu Ia juga mengungkapkan, lebih banyak risiko yang harus ditanggung seiring meningkatnya tekanan dari Barat terhadap China.
"Total volume cadangan kami adalah sekitar USD640 miliar (senilai Rp9.143 triliun), dan sekitar 300 miliar berada dalam kondisi sedemikian rupa sehingga kami tidak dapat menggunakannya sekarang," katanya kepada televisi pemerintah dalam sebuah wawancara pada hari Minggu, kemarin.
Sementara itu Ia juga menyoroti sikap AS yang kini 'menyerang' China sehingga bakal membuat Rusia mengakses dana cadangannya. Diterangkan olehnya sebagian dari cadangan emas dan valuta asing milik Rusia disimpan dalam mata uang China, yuan.
“Dan kami melihat tekanan dari negara-negara Barat pada China untuk membatasi perdagangan timbal balik dengan China. Tentu saja, ada tekanan untuk membatasi akses ke aset itu," kata Siluanov dikutip dari Bloomberg.
"Tetapi saya pikir kemitraan kami dengan China masih akan memungkinkan kami untuk mempertahankan kerja sama yang telah kami capai, dan tidak hanya mempertahankan, tetapi juga meningkatkannya di lingkungan tempat pasar Barat ditutup," lanjutnya.
Pembekuan aset pada bank sentral Rusia diberlakukan sebagai bagian dari serangkaian sanksi ekonomi untuk menghukum Moskow atas invasi Ukrain a, yang sekarang memasuki minggu ketiga.
Data Rusia sendiri yang diterbitkan pada bulan Januari menunjukkan bahwa dana cadangan senilai USD100 miliar disimpan dalam bentuk dolar AS pada Juni, yaitu 16,4% dari total tumpukan uang tunai pada saat itu. Kepemilikan dalam euro tercatat sebesar 32,2% dan yuan sebesar 13,1% pada akhir Juni 2021.
China sendiri telah berjanji untuk melanjutkan hubungan perdagangan dengan Rusia, yang dipandang sebagai mitra strategis, meskipun ada eksodus besar-besaran perusahaan besar yang kebanyakan dari Eropa dan AS.
"Total volume cadangan kami adalah sekitar USD640 miliar (senilai Rp9.143 triliun), dan sekitar 300 miliar berada dalam kondisi sedemikian rupa sehingga kami tidak dapat menggunakannya sekarang," katanya kepada televisi pemerintah dalam sebuah wawancara pada hari Minggu, kemarin.
Sementara itu Ia juga menyoroti sikap AS yang kini 'menyerang' China sehingga bakal membuat Rusia mengakses dana cadangannya. Diterangkan olehnya sebagian dari cadangan emas dan valuta asing milik Rusia disimpan dalam mata uang China, yuan.
“Dan kami melihat tekanan dari negara-negara Barat pada China untuk membatasi perdagangan timbal balik dengan China. Tentu saja, ada tekanan untuk membatasi akses ke aset itu," kata Siluanov dikutip dari Bloomberg.
"Tetapi saya pikir kemitraan kami dengan China masih akan memungkinkan kami untuk mempertahankan kerja sama yang telah kami capai, dan tidak hanya mempertahankan, tetapi juga meningkatkannya di lingkungan tempat pasar Barat ditutup," lanjutnya.
Pembekuan aset pada bank sentral Rusia diberlakukan sebagai bagian dari serangkaian sanksi ekonomi untuk menghukum Moskow atas invasi Ukrain a, yang sekarang memasuki minggu ketiga.
Data Rusia sendiri yang diterbitkan pada bulan Januari menunjukkan bahwa dana cadangan senilai USD100 miliar disimpan dalam bentuk dolar AS pada Juni, yaitu 16,4% dari total tumpukan uang tunai pada saat itu. Kepemilikan dalam euro tercatat sebesar 32,2% dan yuan sebesar 13,1% pada akhir Juni 2021.
China sendiri telah berjanji untuk melanjutkan hubungan perdagangan dengan Rusia, yang dipandang sebagai mitra strategis, meskipun ada eksodus besar-besaran perusahaan besar yang kebanyakan dari Eropa dan AS.