Tekan Subsidi LPG, Pengamat: Galakkan Lagi Konversi ke Kompor Induksi
loading...
A
A
A
Untuk memuluskan konversi kompor LPG ke kompor induksi, Mamit mengatakan perlu adanya pergeseran gaya hidup, kultur, kebijakan, dan juga industri pendukung. Intinya, kata dia, pergeseran ini harus bisa berjalan secara mulus.
Tak hanya bagi pemerintah, Mamit mengatakan bahwa masyarakat pun akan mendapatkan manfaat dari penggunaan kompor induksi. Mamit mengacu pada penghematan biaya yang terjadi.
"Konsumsi menggunakan kompor induksi, jika dibandingkan 1 kg LPG adalah sebesar 7,1 kWh. Artinya, dengan memakai kompor listrik masyarakat hanya perlu merogoh kocek RpRp 10.266, yang setara dengan 1 kg LPG non-subsidi dengan harga Rp15.500 per kg," paparnya.
Dengan asumsi pemakaian LPG selama sebulan sebanyak 9 kg, maka biaya yang dikeluarkan rumah tangga mencapai Rp139.500. Sementara pemakaian kompor induksi sebulan setara dengan 64,7 kWh atau hanya Rp93.556. "Artinya, penggunaan energi LPG lebih mahal Rp45.944 per bulan jika dibandingkan dengan penggunaan kompor induksi," pungkasnya.
Tak hanya bagi pemerintah, Mamit mengatakan bahwa masyarakat pun akan mendapatkan manfaat dari penggunaan kompor induksi. Mamit mengacu pada penghematan biaya yang terjadi.
"Konsumsi menggunakan kompor induksi, jika dibandingkan 1 kg LPG adalah sebesar 7,1 kWh. Artinya, dengan memakai kompor listrik masyarakat hanya perlu merogoh kocek RpRp 10.266, yang setara dengan 1 kg LPG non-subsidi dengan harga Rp15.500 per kg," paparnya.
Dengan asumsi pemakaian LPG selama sebulan sebanyak 9 kg, maka biaya yang dikeluarkan rumah tangga mencapai Rp139.500. Sementara pemakaian kompor induksi sebulan setara dengan 64,7 kWh atau hanya Rp93.556. "Artinya, penggunaan energi LPG lebih mahal Rp45.944 per bulan jika dibandingkan dengan penggunaan kompor induksi," pungkasnya.
(fai)