Butuh Kolaborasi Dorong Ketahanan Bisnis dan Rumah Tangga di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
Kendati demikian, kata dia, Indonesia adalah 1 dari 3 negara yang diprediksi pendapatan dari pajaknya masih positif, yakni sebesar 2%. Sedang untuk skenario terburuk, pendapatan pajak berkurang sebesar 0,045%. Maka dari itu, strategi dari pemerintah adalah memulai kapasitas dukungan kepada masyarakat, terutama masyarakat kurang mampu.
"Saat ini literasi keuangan Indonesia masih sangat rendah. Padahal literasi keuangan yang dimulai dari keluarga perlu menjadi kunci untuk memulai kebiasaan go-digital sehingga pemerintah dapat memantau dan mungkin melakukan intervensi kepada masyarakat yang membutuhkan," ujar Adi Budiarso.
Kunci dari bertahan dari situasi ini di Indonesia menurutnya adalah keberanian untuk meningkatkan kapasitas pendanaan guna meningkatkan sistem kesehatan dalam menghadapi situasi perubahan ke new normal. Adapun pengusaha yang terdampak diharapkan memiliki ketahanan dan semangat untuk bangkit kembali dengan bantuan subsidi dari pemerintah. Selain itu, masyarakat diimbau untuk memiliki aspirasi untuk transformasi dan membangun inovasi.
Selanjutnya, Bankir dan and Komisaris Bank Artos Anika Faisal mengatakan, Covid-19 harus dihadapi dengan sikap positif dalam keluarga, seperti menentukan prioritas. Sebab, kata dia, dalam situasi ini sangat penting untuk mengetahui bahwa dana yang dimiliki hanya akan dibelanjakan untuk kebutuhan yang penting saja.
Anika juga menyebutkan, situasi Covid tidak memberikan banyak waktu kepada masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Namun, situasi saat ini memaksa penggunaan teknologi digital secara luas, termasuk pada kalangan bawah, antara lain untuk mendapatkan akses pendanaan dari sektor keuangan.
"Generasi sekarang adalah generasi instan dan Covid-19 ini memaksa kita untuk segera embrace teknologi dalam melakukan segala kegiatan secara digital," kata Anika. Dia menambahkan, era digital identik dengan kecepatan untuk beradaptasi. Untuk dunia usaha, imbuh dia, harus mampu mencari peluang baru yang sesuai dengan situasi saat ini.
Sementara, CEO Sandi Mas Group Linda Tan mengungkapkan, tujuan jangka pendek dalam keadaan darurat Covid-19 saat ini adalah untuk bertahan hidup. Tapi, untuk jangka menengah-panjang, Linda optimistis Indonesia sebagai negara berkembang akan bangkit. Untuk dunia usaha, kata dia, hal itu berarti kebutuhan akan produk-produk ke depan akan meningkat. "Dengan kata lain penurunan ini kami harapkan adalah penjualan yang tertunda," tuturnya.
(Baca Juga: Resiliensi Industri di Tengah Pandemi)
Dia mengakui, Covid-19 memang memengaruhi rantai pasokan komoditas. Namun, kata dia, khususnya bagi Sandi Mas Group dampak tersebut tidak signifikan. Sebab, pihaknya memiliki kerja sama dengan beberapa negara lain seperti China, Vietnam, dan Malaysia. Sandi Mas Group pun menurutnya berkomitmen untuk tidak mem-PHK karyawannya, serta menjamin kemampuan finansial pegawai meski mengurangi biaya operasi.
Di bagian lain, Communication, Public Affairs and Sustainability Director L’oreal Indonesia Melanie Masriel yang mewakili PT L’oreal Indonesia mengatakan, pasar barang-barang konsumsi saat ini fluktuaktif tergantung pada fokus produk yang dijual. Untuk mengatasi kondisi saat ini, kata dia, L’oreal melakukan social listening. Dia menegaskan, masih banyak kesempatan yang bisa dijelajahi di pasar, yang dalam hal ini bagi L’oreal kategorinya adalah self-care.
"Saat ini literasi keuangan Indonesia masih sangat rendah. Padahal literasi keuangan yang dimulai dari keluarga perlu menjadi kunci untuk memulai kebiasaan go-digital sehingga pemerintah dapat memantau dan mungkin melakukan intervensi kepada masyarakat yang membutuhkan," ujar Adi Budiarso.
Kunci dari bertahan dari situasi ini di Indonesia menurutnya adalah keberanian untuk meningkatkan kapasitas pendanaan guna meningkatkan sistem kesehatan dalam menghadapi situasi perubahan ke new normal. Adapun pengusaha yang terdampak diharapkan memiliki ketahanan dan semangat untuk bangkit kembali dengan bantuan subsidi dari pemerintah. Selain itu, masyarakat diimbau untuk memiliki aspirasi untuk transformasi dan membangun inovasi.
Selanjutnya, Bankir dan and Komisaris Bank Artos Anika Faisal mengatakan, Covid-19 harus dihadapi dengan sikap positif dalam keluarga, seperti menentukan prioritas. Sebab, kata dia, dalam situasi ini sangat penting untuk mengetahui bahwa dana yang dimiliki hanya akan dibelanjakan untuk kebutuhan yang penting saja.
Anika juga menyebutkan, situasi Covid tidak memberikan banyak waktu kepada masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Namun, situasi saat ini memaksa penggunaan teknologi digital secara luas, termasuk pada kalangan bawah, antara lain untuk mendapatkan akses pendanaan dari sektor keuangan.
"Generasi sekarang adalah generasi instan dan Covid-19 ini memaksa kita untuk segera embrace teknologi dalam melakukan segala kegiatan secara digital," kata Anika. Dia menambahkan, era digital identik dengan kecepatan untuk beradaptasi. Untuk dunia usaha, imbuh dia, harus mampu mencari peluang baru yang sesuai dengan situasi saat ini.
Sementara, CEO Sandi Mas Group Linda Tan mengungkapkan, tujuan jangka pendek dalam keadaan darurat Covid-19 saat ini adalah untuk bertahan hidup. Tapi, untuk jangka menengah-panjang, Linda optimistis Indonesia sebagai negara berkembang akan bangkit. Untuk dunia usaha, kata dia, hal itu berarti kebutuhan akan produk-produk ke depan akan meningkat. "Dengan kata lain penurunan ini kami harapkan adalah penjualan yang tertunda," tuturnya.
(Baca Juga: Resiliensi Industri di Tengah Pandemi)
Dia mengakui, Covid-19 memang memengaruhi rantai pasokan komoditas. Namun, kata dia, khususnya bagi Sandi Mas Group dampak tersebut tidak signifikan. Sebab, pihaknya memiliki kerja sama dengan beberapa negara lain seperti China, Vietnam, dan Malaysia. Sandi Mas Group pun menurutnya berkomitmen untuk tidak mem-PHK karyawannya, serta menjamin kemampuan finansial pegawai meski mengurangi biaya operasi.
Di bagian lain, Communication, Public Affairs and Sustainability Director L’oreal Indonesia Melanie Masriel yang mewakili PT L’oreal Indonesia mengatakan, pasar barang-barang konsumsi saat ini fluktuaktif tergantung pada fokus produk yang dijual. Untuk mengatasi kondisi saat ini, kata dia, L’oreal melakukan social listening. Dia menegaskan, masih banyak kesempatan yang bisa dijelajahi di pasar, yang dalam hal ini bagi L’oreal kategorinya adalah self-care.