Main Embat Cadangan Valas Negara Lain, IMF: Dolar Bisa Ditinggalkan

Kamis, 24 Maret 2022 - 12:19 WIB
loading...
Main Embat Cadangan...
IMF menilai ada kemungkinan negara-negara di dunia memikirkan kembali kebergantungan pada dolar AS dalam cadangan mata uang asingnya. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Negara-negara di dunia dinilai akan memikirkan kembali kebergantungan pada dolar AS (USD) dalam kepemilikan mata uang asing mereka. Kekhawatiran itu muncul setelah setengah dari kepemilikan valas Rusia secara efektif disita oleh lembaga keuangan internasional di tengah sanksi yang dijatuhkan pada Moskow.

"Kami kemungkinan akan melihat beberapa negara mempertimbangkan kembali seberapa banyak mereka memegang mata uang tertentu dalam cadangan mereka," kata Wakil Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath dalam sebuah wawancara dengan majalah Foreign Policy, seperti dilansir RT.com, Kamis (24/3/2022).



Gopinath mengatakan IMF melihat "peningkatan fragmentasi" dalam sistem pembayaran global sebagai salah satu konsekuensi dari peristiwa saat ini. Namun, dia menyatakan bahwa dolar AS, yang secara tradisional dianggap sebagai mata uang cadangan dunia, tidak mungkin mengalami "kehancuran dalam waktu dekat." Namun, imbuh Gopinath, tergantung pada berapa lama krisis di Ukraina berlangsung, kemungkinan akan ada efek yang lebih besar.

Menyinggung prospek gagal bayar utang negara Rusia, pejabat senior IMF itu mengatakan potensi dampaknya terhadap ekonomi global terbatas dan tidak akan menimbulkan risiko sistemik. "Karena angka yang kami lihat relatif kecil dari sudut pandang umum. Di sisi lain, untuk Rusia, default akan memiliki konsekuensi jangka panjang," tambah Gopinath.

Sanksi yang dikenakan pada Rusia selama sebulan terakhir telah secara efektif memutuskan hubungan negara itu dengan sistem keuangan Barat yang melarang sebagian besar transaksi, kecuali untuk operasi pembayaran utang dan pembelian minyak.

Barat juga membekukan sekitar USD300 miliar (sekitar Rp4.290 triliun) cadangan valas yang dimiliki Rusia di luar negeri. Langkah itu dikecam keras oleh Rusia. Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa langkah membekukan aset Rusia tersebut sebagai aksi yang melanggar hukum dan berimplikasi luas. "Barat secara de facto telah menghancurkan sendiri kredibilitas mata uangnya," tegasnya.



Lembaga pemeringkat kredit internasional awal bulan ini menurunkan peringkat Rusia menjadi pra-gagal bayar, memprediksi bahwa Moskow tidak akan dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur asing.

Namun, Rusia sejauh ini berhasil menghindari default, dan melakukan pembayaran bunga USD117 juta pada dua obligasi berdenominasi dolar minggu lalu. Laporan media juga mengatakan bahwa Rusia melakukan pembayaran utang USD66 juta lagi dalam dolar AS pada Selasa lalu.

Moskow berulang kali menegaskan bahwa Rusia sepenuhnya mampu membayar utangnya, dan bahkan dapat melakukan transfer dalam mata uang nasional, rubel, jika opsi lain habis.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1770 seconds (0.1#10.140)