Bangkit dari Pandemi, Garut Kulit Tetap Andalkan Pasar Ritel Online
loading...
A
A
A
Sebelum masa pandemi, Garut Kulit lebih fokus memproduksi kebutuhan corporate order seperti souvenir perusahaan dan produk leather custom. Produk-produk seminar kit dan gift set, seperti cover agenda, pouch dan clutch, hingga jaket kulit custom, lebih sering mengisi jadwal produksi para crafter di workshop mereka. Di masa pandemi, produk-produk ritel untuk penggunaan perseorangan seperti tas, dompet, sabuk, dan aksesori menjadi nuansa baru dan tantangan baru bagi para crafter di lantai produksi.
Bagi para crafter ini, kuatnya penjualan di kala pandemi adalah kabar yang sangat melegakan, ketika perusahaan leather craft lain banyak yang mengurangi jumlah karyawannya demi menjaga kesehatan keuangan. Sebagai CEO, Sumarni sangat memahami keresahan para crafter yang notabene juga merupakan tulang punggung bagi keluarganya masing-masing. Hal itu menjadi motivasi tersendiri baginya untuk bisa terus meningkatkan volume pesanan bahkan di kala pandemi dan mempertahankan para karyawannya.
Menuju pertengahan tahun 2022 ini, klien-klien B2B dan klien mancanegara mulai kembali berdatangan dan siap untuk dilayani. Customer service dan admin pun disiapkan untuk kembali melayani corporate order. Lebih dari itu, pasar ritel online pun sama sekali tidak menunjukkan trend penurunan. Bahkan, perusahaan mencoba menggaet tenaga-tenaga marketing baru untuk memperkuat pemasaran, baik untuk B2B maupun untuk ritel.
Inovasi di saat-saat sulit pandemi malah membawa celah penjualan baru bagi Garut Kulit yang hingga saat ini tetap menjadi andalannya. Penjualan ritel telah menjaga cash flow perusahaan tetap sehat selama pandemi, dan siap untuk dikembangkan lebih jauh. Jaringan pasar B2B yang telah terbangun dengan kuat sebelum pandemi juga dapat dibangkitkan kembali.
“Di pertengahan pandemi, di saat banyak perusahaan lain berhemat, kami melakukan promosi online secara maksimal, menjangkau jauh lebih banyak orang, dan mematangkan standar pelayanan yang tinggi untuk pasar ritel," kata Sumarni. “Sekarang, ketika pandemi sudah hampir berakhir, kita malah jadi punya corong penjualan baru yang bisa diandalkan, sembari memaksimalkan kembali promosi untuk pasar B2B dan ekspor yang dulu menjadi tumpuan.”
Dengan bertambahnya channel penjualan ini, Garut Kulit siap melesat menjadi startup leather craft terdepan di Indonesia. Saat ini, perusahaan ini berencana meningkatkan kapasitas produksinya untuk memenuhi demand dengan menambah jumlah workshop dan karyawannya. Hal ini tentu merupakan inspirasi tersendiri, mengingat banyak perusahaan lain yang masih berkutat untuk bangkit dari hantaman pandemi.
Adaptasi dan inovasi memang merupakan kunci untuk tetap bertahan di masa sulit, seperti di masa pandemi Covid-19. Namun lebih dari itu, ketika perusahaan berhasil melakukan adaptasi dan inovasi, serta berhasil melewati masa sulit itu dengan baik, perusahaan akan memiliki peluang tumbuh-kembang yang jauh lebih baik. Garut Kulit telah membuktikannya.
Bagi para crafter ini, kuatnya penjualan di kala pandemi adalah kabar yang sangat melegakan, ketika perusahaan leather craft lain banyak yang mengurangi jumlah karyawannya demi menjaga kesehatan keuangan. Sebagai CEO, Sumarni sangat memahami keresahan para crafter yang notabene juga merupakan tulang punggung bagi keluarganya masing-masing. Hal itu menjadi motivasi tersendiri baginya untuk bisa terus meningkatkan volume pesanan bahkan di kala pandemi dan mempertahankan para karyawannya.
Menuju pertengahan tahun 2022 ini, klien-klien B2B dan klien mancanegara mulai kembali berdatangan dan siap untuk dilayani. Customer service dan admin pun disiapkan untuk kembali melayani corporate order. Lebih dari itu, pasar ritel online pun sama sekali tidak menunjukkan trend penurunan. Bahkan, perusahaan mencoba menggaet tenaga-tenaga marketing baru untuk memperkuat pemasaran, baik untuk B2B maupun untuk ritel.
Inovasi di saat-saat sulit pandemi malah membawa celah penjualan baru bagi Garut Kulit yang hingga saat ini tetap menjadi andalannya. Penjualan ritel telah menjaga cash flow perusahaan tetap sehat selama pandemi, dan siap untuk dikembangkan lebih jauh. Jaringan pasar B2B yang telah terbangun dengan kuat sebelum pandemi juga dapat dibangkitkan kembali.
“Di pertengahan pandemi, di saat banyak perusahaan lain berhemat, kami melakukan promosi online secara maksimal, menjangkau jauh lebih banyak orang, dan mematangkan standar pelayanan yang tinggi untuk pasar ritel," kata Sumarni. “Sekarang, ketika pandemi sudah hampir berakhir, kita malah jadi punya corong penjualan baru yang bisa diandalkan, sembari memaksimalkan kembali promosi untuk pasar B2B dan ekspor yang dulu menjadi tumpuan.”
Dengan bertambahnya channel penjualan ini, Garut Kulit siap melesat menjadi startup leather craft terdepan di Indonesia. Saat ini, perusahaan ini berencana meningkatkan kapasitas produksinya untuk memenuhi demand dengan menambah jumlah workshop dan karyawannya. Hal ini tentu merupakan inspirasi tersendiri, mengingat banyak perusahaan lain yang masih berkutat untuk bangkit dari hantaman pandemi.
Adaptasi dan inovasi memang merupakan kunci untuk tetap bertahan di masa sulit, seperti di masa pandemi Covid-19. Namun lebih dari itu, ketika perusahaan berhasil melakukan adaptasi dan inovasi, serta berhasil melewati masa sulit itu dengan baik, perusahaan akan memiliki peluang tumbuh-kembang yang jauh lebih baik. Garut Kulit telah membuktikannya.
(atk)