Stop Bisnis di Rusia, Produsen Bir Heineken Bakal Menelan Kerugian Rp6,2 Triliun
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Raksasa produsen bir asal Belanda, Heineken mengatakan, telah mengambil keputusan untuk menghentikan bisnisnya di Rusia dengan kerugian ditaksir mencapai USD438 juta atau setara Rp6,2 triliun (Kurs Rp14.316 per USD). Sebelumnya pihak perusahaan mengungkapkan, hanya akan menghentikan investasi dan ekspor ke negeri Beruang Merah.
Keputusan Heineken membuatnya bergabung dengan brand-brand terkenal Barat yang lebih dulu menutup bisnis di Rusia setelah perang Ukraina pecah. Apa yang dilakukan oleh Heineken juga diyakini memperbesar tekanan terhadap rivalnya asal Denmark, Carlsberg untuk bersikap serupa.
"Kami telah menyimpulkan bahwa kepemilikan Heineken atas bisnis di Rusia tidak lagi berkelanjutan atau layak di lingkungan saat ini," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa mereka tidak akan mendapat untung dari pengalihan kepemilikan.
Heineken sendiri merupakan pembuat bir terbesar ketiga di Rusia, di mana ia memiliki beberapa brand lokal seperti Bochkarev, Okhota dan Tri Medvedya. Dikatakan bahwa pihaknya ingin melakukan pengalihan secara bertahap, dimana operasional bisnis maish berjalan yang berangsur ada pengurangan selama masa transisi.
Langkah tersebut diterangkan perusahaan untuk meminimalkan risiko nasionalisasi. Perusahaan mengatakan, bakal menjamin gaji 1.800 karyawan Rusia hingga akhir tahun ini dan diperkirakan biaya penurunan nilai dan biaya luar biasa non-tunai lainnya sekitar mencapai 400 juta euro atau USD438 juta.
Meskipun Heineken adalah pemain utama di pasar Rusia, penjualan di sana hanya menyumbang 2% dari total perusahaan. Saham perusahaan naik 0,8% pada 88,16 euro di Amsterdam dalam sesi hari ini waktu setempat.
Sementara itu saingannya Carlsberg, dengan pangsa pasar lokal 27,3% masih menjual bir di bawah merek Baltika di Rusia. Tetapi mereka mengatakan, awal bulan ini telah memulai tinjauan strategis bisnisnya di Rusia dan menangguhkan pembuatan bir Rusia dari merek bir senama.
"Keputusan Heineken mungkin tidak membuat situasi lebih mudah bagi Carlsberg," kata analis Nordnet Per Hansen dalam sebuah catatan penelitian.
Pembuat bir terbesar kedua di Rusia adalah perusahaan patungan yang dimiliki oleh Anadolu Efes Turki dan InBev Belgia. Dimana InBev mengutarakan, pada awal Maret akan berhenti menjual bir Bud di Rusia dan melepaskan keuntungan dari usaha patungan, yang memiliki 11 pabrik bir dan 3.500 karyawan di negara itu.
Keputusan Heineken membuatnya bergabung dengan brand-brand terkenal Barat yang lebih dulu menutup bisnis di Rusia setelah perang Ukraina pecah. Apa yang dilakukan oleh Heineken juga diyakini memperbesar tekanan terhadap rivalnya asal Denmark, Carlsberg untuk bersikap serupa.
"Kami telah menyimpulkan bahwa kepemilikan Heineken atas bisnis di Rusia tidak lagi berkelanjutan atau layak di lingkungan saat ini," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa mereka tidak akan mendapat untung dari pengalihan kepemilikan.
Heineken sendiri merupakan pembuat bir terbesar ketiga di Rusia, di mana ia memiliki beberapa brand lokal seperti Bochkarev, Okhota dan Tri Medvedya. Dikatakan bahwa pihaknya ingin melakukan pengalihan secara bertahap, dimana operasional bisnis maish berjalan yang berangsur ada pengurangan selama masa transisi.
Langkah tersebut diterangkan perusahaan untuk meminimalkan risiko nasionalisasi. Perusahaan mengatakan, bakal menjamin gaji 1.800 karyawan Rusia hingga akhir tahun ini dan diperkirakan biaya penurunan nilai dan biaya luar biasa non-tunai lainnya sekitar mencapai 400 juta euro atau USD438 juta.
Meskipun Heineken adalah pemain utama di pasar Rusia, penjualan di sana hanya menyumbang 2% dari total perusahaan. Saham perusahaan naik 0,8% pada 88,16 euro di Amsterdam dalam sesi hari ini waktu setempat.
Sementara itu saingannya Carlsberg, dengan pangsa pasar lokal 27,3% masih menjual bir di bawah merek Baltika di Rusia. Tetapi mereka mengatakan, awal bulan ini telah memulai tinjauan strategis bisnisnya di Rusia dan menangguhkan pembuatan bir Rusia dari merek bir senama.
"Keputusan Heineken mungkin tidak membuat situasi lebih mudah bagi Carlsberg," kata analis Nordnet Per Hansen dalam sebuah catatan penelitian.
Pembuat bir terbesar kedua di Rusia adalah perusahaan patungan yang dimiliki oleh Anadolu Efes Turki dan InBev Belgia. Dimana InBev mengutarakan, pada awal Maret akan berhenti menjual bir Bud di Rusia dan melepaskan keuntungan dari usaha patungan, yang memiliki 11 pabrik bir dan 3.500 karyawan di negara itu.
(akr)