Harga Serba Naik, Masyarakat Jangan Panik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kenaikan harga sejumlah bahan kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak (BBM) serta tarif jalan tol dalam beberapa pekan terakhir tidak bisa dihindari. Masyarakat pun kini harus merogoh kocek lebih dalam demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini dipastikan menambah beban masyarakat yang sebelumnya telah menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok secara bertubi-tubi.
Selain kenaikan harga barang, masyarakat Indonesia juga mendapatkan ‘kado’ lain saat memasuki bulan Ramadan tahun ini. Apa itu? Kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari semula 10% menjadi 11% per 1 April 2022 lalu. Perubahan tarif PPN tersebut merupakan amanat Undang-Undang No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Kenaikan PPN tersebut ditengarai bakal berpengaruh terhadap harga barang di pasaran. Apalagi produk konsumsi yang dijual dan telah melewati proses produksi. Meski demikian, beberapa kebutuhan pokok seperti beras dan sayur-mayur, masuk dalam kategori barang kena pajak (BKP) yang mendapatkan fasilitas bebas PPN.
Walaupun kenaikan harga barang kebutuhan pokok baik, masyarakat tidak perlu panik. Pemerintah, termasuk melalui Kementerian Pertanian (Kementan), telah mempersiapkan persediaan bahan pangan selama bulan Ramadan hingga hari raya Idul Fitri nanti. Bahkan, langkah antisipasi ini diharapkan bisa menstabilkan harga.
Peneliti dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto kenaikan harga pangan hal itu lebih disebabkan oleh siklus tahunan yang rutin terjadi. Volatilitas harga pangan disebabkan oleh manajemen sistem tanam yang kurang baik yang mengakibatkan musim panen terjadi secara bersamaan. Adapun untuk kenaikan harga energi, hal itu tidak bisa dihindari karena dipengaruhi minyak dunia.
“BBM (naik) dan mungkin sebentar lagi harga elpiji juga akan mengalami kenaikan. Rentetan kado kenaikan harga ini jelas akan menggerus daya beli masyarakat dan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” kata dia di Jakarta, Senin (04/03/2022).
Terkait kenaikan sejumlah komoditas pangan,Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan terus melakukan pemantauan harga sejak menjelang Ramadan hingga H-1 sebelum Lebaran. Hal itu dilakukan untuk menahan laju inflasi di dalam negeri.
"Kita akan pantau dan benar-benar menjaga kondisi harga dan pasokan bahan pokok," ujar Direktur Jendral Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, Senin (04/03/2022).
Dia menambahkan, Kemendag bekerja sama dengan satuan tugas pangan untuk memastikan tidak ada lonjakan harga pangan yang signifikan. Dia menegaskan jika pembentukan harga akan efektif jika oprasi pasar dilakukan langsung ke pedagang.
"Kemudahan akses masyarakat langsung di titiknya juga bisa berpengaruh untuk mengurangi tekanan harga di pasar. Berbagai upaya pun tentu disiapkan agar inflasi tidak terlalu tinggi, yang utama adalah ketersediaan stok. Harus memadai khususnya saat hari besar keagamaan,"tambahnya.
Kemendag pun tengah intens berkordinasi dengan asosiasi produsen dan importir mengenai keterediaan barang demi menghindari kurangnya pasokan. Kemungkinan impor untuk sejumlah komuditas pun dibuka jika pasokan di dalam negeri tidak memadai.
"Kami terus cek ke asosiasi, mana saja yang bisa disuplai dari dalam negeri dan mana saja yang di impor. Kalau produksi domestik tidak ada yang mau, dalam hal ini kami akan pantau juga harga dunia dan pasokan yang terpenting ketersediaan. Jika tidak ada barangnya lebih berbahaya," lanjutnya.
Lalu sejauh mana pengaruh kenaikan harga-harga barang terhadapinflasi? Bagaimana pula kesiapan pasokan bahan pangan di bulan Ramadan tahun ini?
Baca Juga: koran-sindo.com
Selain kenaikan harga barang, masyarakat Indonesia juga mendapatkan ‘kado’ lain saat memasuki bulan Ramadan tahun ini. Apa itu? Kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari semula 10% menjadi 11% per 1 April 2022 lalu. Perubahan tarif PPN tersebut merupakan amanat Undang-Undang No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Kenaikan PPN tersebut ditengarai bakal berpengaruh terhadap harga barang di pasaran. Apalagi produk konsumsi yang dijual dan telah melewati proses produksi. Meski demikian, beberapa kebutuhan pokok seperti beras dan sayur-mayur, masuk dalam kategori barang kena pajak (BKP) yang mendapatkan fasilitas bebas PPN.
Walaupun kenaikan harga barang kebutuhan pokok baik, masyarakat tidak perlu panik. Pemerintah, termasuk melalui Kementerian Pertanian (Kementan), telah mempersiapkan persediaan bahan pangan selama bulan Ramadan hingga hari raya Idul Fitri nanti. Bahkan, langkah antisipasi ini diharapkan bisa menstabilkan harga.
Peneliti dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto kenaikan harga pangan hal itu lebih disebabkan oleh siklus tahunan yang rutin terjadi. Volatilitas harga pangan disebabkan oleh manajemen sistem tanam yang kurang baik yang mengakibatkan musim panen terjadi secara bersamaan. Adapun untuk kenaikan harga energi, hal itu tidak bisa dihindari karena dipengaruhi minyak dunia.
“BBM (naik) dan mungkin sebentar lagi harga elpiji juga akan mengalami kenaikan. Rentetan kado kenaikan harga ini jelas akan menggerus daya beli masyarakat dan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” kata dia di Jakarta, Senin (04/03/2022).
Terkait kenaikan sejumlah komoditas pangan,Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan terus melakukan pemantauan harga sejak menjelang Ramadan hingga H-1 sebelum Lebaran. Hal itu dilakukan untuk menahan laju inflasi di dalam negeri.
"Kita akan pantau dan benar-benar menjaga kondisi harga dan pasokan bahan pokok," ujar Direktur Jendral Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, Senin (04/03/2022).
Dia menambahkan, Kemendag bekerja sama dengan satuan tugas pangan untuk memastikan tidak ada lonjakan harga pangan yang signifikan. Dia menegaskan jika pembentukan harga akan efektif jika oprasi pasar dilakukan langsung ke pedagang.
"Kemudahan akses masyarakat langsung di titiknya juga bisa berpengaruh untuk mengurangi tekanan harga di pasar. Berbagai upaya pun tentu disiapkan agar inflasi tidak terlalu tinggi, yang utama adalah ketersediaan stok. Harus memadai khususnya saat hari besar keagamaan,"tambahnya.
Kemendag pun tengah intens berkordinasi dengan asosiasi produsen dan importir mengenai keterediaan barang demi menghindari kurangnya pasokan. Kemungkinan impor untuk sejumlah komuditas pun dibuka jika pasokan di dalam negeri tidak memadai.
"Kami terus cek ke asosiasi, mana saja yang bisa disuplai dari dalam negeri dan mana saja yang di impor. Kalau produksi domestik tidak ada yang mau, dalam hal ini kami akan pantau juga harga dunia dan pasokan yang terpenting ketersediaan. Jika tidak ada barangnya lebih berbahaya," lanjutnya.
Lalu sejauh mana pengaruh kenaikan harga-harga barang terhadapinflasi? Bagaimana pula kesiapan pasokan bahan pangan di bulan Ramadan tahun ini?
Baca Juga: koran-sindo.com
(ynt)