Menguak Ada Apa di Balik Rencana Elon Musk Mencaplok 73 Juta Saham Twitter

Rabu, 06 April 2022 - 10:09 WIB
loading...
Menguak Ada Apa di Balik Rencana Elon Musk Mencaplok 73 Juta Saham Twitter
9,2% saham Elon Musk di perusahaan media sosial,. Twitter mungkin terdengar kecil. Tetapi Dan Ives dari perusahaan analis Wedbush, menggambarkannya sebagai eye-popping. Foto/Dok
A A A
CALIFORNIA - Elon Musk tidak benar-benar berkicau tentang saham barunya di Twitter , yang bagi seorang yang rajin nge-tweet tampaknya agak ironis. Mungkin itu karena 9,2% saham yang dimilikinya saat ini digambarkan sebagai saham pasif .

Bagi yang mengenal Musk, hal ini diperkirakan tidak akan bertahan untuk waktu yang lama. Usai menjadi pemegang saham terbesar Twitter, Ia memunculkan wacana lama yang diminta para pengguna jejaring sosial itu, terkait perlukah ada tombol edit?



Musk meluncurkan jajak pendapat di Twitter tentang apakah pengguna jejaring sosial itu menginginkan adanya tombol edit? Musk yang baru saja diangkat menjadi anggota dewan direktur Twitter membuat jajak pendapat itu dengan mencuitkan kata-kata dengan ejaan yang salah, "yes" sebagai "yse" dan "no" sebagai "on".

Sementara itu dalam sebuah tweet pada hari Selasa, Kepala Eksekutif Twitter, Parag Agrawal mengatakan, "melalui percakapan dengan Elon dalam beberapa pekan terakhir, menjadi jelas bagi kami bahwa dia (Musk) akan membawa nilai besar bagi Dewan direktur".

Dia menambahkan bahwa "sebagai orang yang penuh gairah dan kritikus intens" dari layanan Twitter, dia (Musk) adalah "apa yang kita butuhkan". Kemudian Musk menjawab dengan mengatakan, dia menantikan untuk membuat perubahan di raksasa jejaring sosial tersebut.

9,2% saham Musk di perusahaan media sosial mungkin terdengar kecil. Tetapi Dan Ives dari perusahaan analis Wedbush, menggambarkannya sebagai "eye-popping" atau setara dengan 73,5 juta saham di jejaring sosial.

Saham di platform melonjak pada awal pekan kemarin, usai pendiri Tesla telah menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan yang berarti bahwa saham telah tumbuh nilainya dan sekarang bernilai lebih dari USD3 miliar.

Kepemilikan saham Musk empat kali lebih besar daripada pendiri Twitter Jack Dorsey yang mengundurkan diri sebagai kepala eksekutif pada bulan November.

Ives menyakini pengusaha kelahiran Afrika Selatan itu saat ini memiliki mata "laser set" di Twitter, dan kepemilikannya yang signifikan akan membuatnya mendorong peran aktif dalam manajemen perusahaan.

"Kami mengharapkan saham pasif ini hanya sebagai awal dari percakapan yang lebih luas dengan Twitter. Dewan atau manajemen pada akhirnya dapat mengarah pada saham aktif dan potensi peran kepemilikan Twitter yang lebih agresif," katanya.

Musk memiliki hubungan cinta dan benci dengan Twitter. Dia merupakan pengguna setia tweeter, dengan lebih dari 80 juta followers atau pengikut. Sosoknya tidak asing dengan kontroversi dalam interaksinya di situs media sosial.

Platform ini tampaknya sesuai dengan kepribadian impulsifnya, tahun lalu Musk sempat bikin heboh usai bertanya kepada followers-nya terkait apakah dirinya harus menjual 10% sahamnya di perusahaan mobil listrik Tesla miliknya. Jajak pendapat itu mendapatkan jawaban 'Ya' dari para pengguna Twitter.

Ini menyebabkan Musk menjual sekitar USD5 miliar saham di perusahaan Tesla pada bulan November. Selain itu beberapa bulan sebelumnya, dia telah menawarkan untuk menandatangani cek sebesar USD6 miliar jika Program Pangan Dunia (WFP) dapat menjelaskan bagaimana hal itu akan digunakan untuk memecahkan kelaparan di seluruh dunia - setelah sebuah pernyataan yang dibuat oleh kepala program PBB.

Tapi tweeting juga membuatnya mendapat masalah. Sebuah postingan tahun 2018 tentang saham Tesla menyebabkan penyelidikan dari Securities and Exchange Commission yang berakhir dengan kesepakatan yang mengharuskan pengacara perusahaan untuk menyetujui tweet tertentu. Tidak jelas apakah itu benar-benar terjadi.

Langkah CEO Tesla, Elon Musk memborong lebih dari 73 juta lembar saham Twitter yang membuat orang terkaya di dunia itu kini resmi memiliki 9,2 persen perusahaan Twitter baru terungkap awal pekan kemarin. Hal ini setelah dokumen filing 13G Komisi Sekuritas dan Bursa AS (Securities and Exchange Commission/SEC) milik Elon Musk dirilis ke publik.

Langkah Musk memborong saham Twitter itu turut membuat harga saham Twitter melonjak hingga 27 persen pada sesi perdagangan Senin (4/4/2022) di bursa New York Stock Exchange (NYSE) AS. Situasi ini bukan hal baru bagi Musk yang kerap disebut sebagai "real influencer".

Kicauan dan tindakan Elon Musk kerap kali memengaruhi kondisi pasar, entah itu membuat saham perusahaan naik/turun, bahkan membuat harga mata uang kripto meroket/anjlok.

Waktu kesepakatan juga telah menimbulkan pertanyaan dan sekali lagi dapat membuat Musk berselisih dengan regulator keuangan. x`Investasinya di Twitter diajukan pada 14 Maret, tetapi tidak diumumkan sampai minggu ini. Undang-undang sekuritas AS mengharuskan pengungkapan dalam waktu 10 hari setelah mengakuisisi 5% dari perusahaan.

Kebebasan Berbicara

Musk menggunakan Twitter tidak hanya sebagai barometer tentang bagaimana ia menjalankan perusahaannya sendiri.

Bulan lalu, setelah dia mengajukan investasinya ke SEC -tetapi sebelum kepemilikan sahamnya diketahui publik- dia bertanya kepada pengguna apakah mereka percaya bahwa kebebasan berbicara sangat penting untuk demokrasi dan apakah Twitter mematuhi prinsip ini.

Asisten profesor Cornell University, Alexandra Cirone berpikir ini adalah bukti bahwa dia (Musk) mungkin menggunakan saham barunya "untuk mencoba mempengaruhi kebijakan Twitter" dan untuk membuat "permainan yang lebih aktif dalam ekosistem media sosial".

Tetapi yang lain melihat adanya masalah. Howard Fischer, mitra di firma hukum Moses&Singer mengatakan, kepada Reuters bahwa mengingat dia sudah membeli saham di Twitter, pertanyaan-pertanyaan ini dapat dilihat sebagai bentuk manipulasi pasar.

"Saya menduga SEC akan melihat panjang dan sulit apakah mereka dapat mengajukan tuduhan manipulasi, bersamaan dengan kegagalan sebelumnya," katanya.

Agrawal jelas mengawasi setiap gerakannya. Menanggapi jajak pendapat tombol edit, yang saat ini telah menampung 2,6 juta tanggapan, ia mendesak pemilih untuk melakukannya "dengan hati-hati".

"Konsekuensi dari jajak pendapat ini akan menjadi penting," katanya, menggemakan kata-kata yang sama persis yang digunakan Musk setelah ia meluncurkan jajak pendapat Twitter soal kebebasan berbicara.



Jack Dorsey selalu menolak gagasan itu, dan para kritikus menunjukkan bahwa hal itu dapat memungkinkan seseorang untuk mengubah makna tweet-nya setelah dibagikan. Ini akan menjadi perubahan besar bagi Twitter jika menyertakan tombol edit, dan Musk jelas ingin menjadi bagian dari percakapan itu.

Sebelumnya sempat beredar rumor bahwa sepertinya Musk berniat membangun platform media sosial baru sebagai saingan Twitter. Sedangkan Donald Trump, yang dilarang dari Twitter pada Januari 2020 setelah kerusuhan Capitol mengumumkan, musim gugur lalu bahwa ia meluncurkan jejaring sosialnya sendiri yang dijuluki Truth Social untuk "melawan tirani teknologi besar".

Tetapi setelah enam minggu dari peluncurannya, ada daftar tunggu 1,5 juta orang yang mengeluh tidak dapat menggunakannya. Dimana platform itu dicap sebagai bencana oleh Joshua Tucker, direktur Pusat Media Sosial dan Politik NYU.

Menurut Reuters, dua eksekutif utama berhenti setelah peluncuran mengalami bermasalah. Bagi mereka yang memiliki saham di banyak bisnis seperti Space X, Tesla, Neuralink, The Boring Company - pasti akan ada desahan lega bahwa Musk tidak turun dalam rute yang sama dengan Trump.

Tetapi ada juga kekhawatiran bahwa ia memiliki proyek lain untuk mengalihkan perhatiannya dari bisnis utamanya. Belum lagi masalah yang mungkin sekarang diangkat tentang kesepakatan Twitter oleh SEC.

Pakar media sosial, Casey Newton menunjukkan, bahwa ini bukan pertama kalinya sebuah perusahaan teknologi besar melirik Twitter. Kepala eksekutif Microsoft, Steve Ballmer pernah membeli empat persen saham perusahaan "dan pada dasarnya tidak melakukan apa-apa dengan itu," tulisnya.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2626 seconds (0.1#10.140)