4 Negara Eropa Ini Menolak Bayar Gas Rusia Pakai Rubel, Bagaimana Nasibnya?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tuntutan Presiden Vladimir Putin bagi negara-negara yang mendapatkan label tidak ramah untuk membayar gas Rusia dengan rubel menjadi senjata untuk melawan sanksi Barat. Kebijakan Putin terbukti membuat banyak negara Eropa kelabakan, mengingat ketergantungan mereka terhadap minyak dan gas Rusia.
Namun tidak sedikit negara-negara Eropa yang dengan tegas menolak membayar gas Rusia dengan rubel. Dipelopori oleh Amerika Serikat, Inggris yang menggaungkan embargo energi Rusia sebagai respon terhadap invasi Rusia ke Ukraina telah menekan negara Eropa lainnya untuk melakukan hal serupa.
Seiring dorongan dari sekutunya, beberapa negara Uni Eropa (UE) menyatakan keberatan dengan kebijakan membayar gas dengan rubel dan menolaknya. Hasilnya, Gazprom menghentikan pasokan gas ke negara-negara yang tidak mau membayar dengan Rubel.
Terbaru, perusahaan energi Rusia yang dikuasai negeri telah menutup keran pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria. Lantas, negara mana sajakah yang menolak pembayaran gas Rusia menggunakan Rubel? Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ulasannya.
1. Polandia
Polandia menjadi salah satu negara yang mendukung sanksi internasional atas Rusia. Sebagai sikap terhadap negara yang dianggap tak bersahabat, Vladimir Putin sendiri membuat kebijakan baru bagi para pembeli gas Rusia, termasuk Polandia untuk membayarnya dengan mata uang Rubel.
Dikutip dari The Moscow Times, menyikapi kebijakan tersebut, perusahaan energi Polandia mengatakan tidak akan membayar gas dalam rubel. “Kontraknya menetapkan alat pembayaran. Itu tidak memungkinkan ketika satu pihak merubahnya sesuai keinginannya sendiri,” ucap Kepala Perusahaan Minyak dan Gas Polandia, Pawel Majewski.
Kontrak Polandia sendiri untuk gas Rusia akan berakhir pada akhir tahun ini. Warsawa berharap dapat menghentikan ketergantungan terhadap gas Rusia dan menggantikannya dengan pengiriman gas cair di pelabuhan dan gas dari Norwegia melalui pipa Laut Baltik.
Kremlin telah bergerak cepat untuk membatasi dampak sanksi terhadap ekonomi Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah mempengaruhi segalanya mulai dari cadangan devisa bank sentral hingga McDonalds. Tak berselang lama, Gazprom menghentikan pasokan gas ke Polandia karena penolakannya membayar dalam rubel.
2. Bulgaria
Sama halnya dengan Polandia, Bulgaria juga tak setuju untuk membayar gas Rusia dalam bentuk mata uang Rubel. Terkait keamanan pasokan energi dalam negerinya, Bulgaria tetap percaya diri bisa mengganti pasokan gas Rusia dari negara lain.
Dikutip dari Alarabiya News, Perdana Menteri Assen Vassilev mengatakan, negaranya dapat mengganti sumber pasokan gas Rusia dan tidak akan menghadapi kekurangan gas di musim dingin mendatang.
Sebelumnya, Gazprom telah memotong pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia setelah kedua negara tersebut menolak membayarnya dengan mata uang Rubel. Bulgaria sendiri mengkonsumsi sekitar 3 miliar meter kubik gas per tahunnya. Dan 90% di antaranya berasal dari Rusia.
3. Jerman
Kanselir Jerman, Olaf Scholz telah menolak permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin agar pihaknya membayar pengiriman gas Rusia dengan mata uang Rubel. Dikutip dari Newsweek, dalam konferensi pers G7, Scholz mengatakan, bahwa sudah ada kontrak tetap yang menentukan pembayaran gas dilakukan dalam Euro atau Dolar.
Dia menganggap permintaan Putin itu sebagai upaya mengembalikan nilai mata uang Rubel yang jatuh setelah invasinya ke Ukraina. Sebelumnya diketahui bahwa nilai Rubel telah anjlok.
Namun setelah pengumuman Putin bahwa gas Rusia harus dibayar dengan Rubel membuat nilai mata uang itu naik. Seperti dilaporkan Komisi Eropa bahwa Rusia menyediakan sekitar 45% dari impor gas Uni Eropa.
Sementara itu dilaporkan NewsWeek bulan lalu bahwa membutuhkan 4.500 rubel untuk mengisi tangki gas 12 galon. Bahkan seorang ekonom menilai bahwa Putin telah membuat Rusia seperti ‘Limbah Beracun’ bagi investor asing.
4. Prancis
Sejalan dengan anggota Uni Eropa lainnya, Prancis pun menolak pembayaran gas Rusia menggunakan Rubel. Tak hanya melanggar kontrak yang sudah disepakati, Prancis juga menganggap manuver Rusia ini sama saja dengan pemerasan.
Dikutip dari France 24, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan bahwa Prancis menolak permintaan Rusia tersebut dan sedang mempersiapkan kemungkinan penghentian pengiriman gas dari Rusia. Selain itu pada sela kunjungannya ke Berlin, Le Maire juga mengaku sudah siap untuk kemungkinan tidak ada lagi gas dari Rusia.
Namun tidak sedikit negara-negara Eropa yang dengan tegas menolak membayar gas Rusia dengan rubel. Dipelopori oleh Amerika Serikat, Inggris yang menggaungkan embargo energi Rusia sebagai respon terhadap invasi Rusia ke Ukraina telah menekan negara Eropa lainnya untuk melakukan hal serupa.
Seiring dorongan dari sekutunya, beberapa negara Uni Eropa (UE) menyatakan keberatan dengan kebijakan membayar gas dengan rubel dan menolaknya. Hasilnya, Gazprom menghentikan pasokan gas ke negara-negara yang tidak mau membayar dengan Rubel.
Terbaru, perusahaan energi Rusia yang dikuasai negeri telah menutup keran pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria. Lantas, negara mana sajakah yang menolak pembayaran gas Rusia menggunakan Rubel? Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ulasannya.
1. Polandia
Polandia menjadi salah satu negara yang mendukung sanksi internasional atas Rusia. Sebagai sikap terhadap negara yang dianggap tak bersahabat, Vladimir Putin sendiri membuat kebijakan baru bagi para pembeli gas Rusia, termasuk Polandia untuk membayarnya dengan mata uang Rubel.
Dikutip dari The Moscow Times, menyikapi kebijakan tersebut, perusahaan energi Polandia mengatakan tidak akan membayar gas dalam rubel. “Kontraknya menetapkan alat pembayaran. Itu tidak memungkinkan ketika satu pihak merubahnya sesuai keinginannya sendiri,” ucap Kepala Perusahaan Minyak dan Gas Polandia, Pawel Majewski.
Kontrak Polandia sendiri untuk gas Rusia akan berakhir pada akhir tahun ini. Warsawa berharap dapat menghentikan ketergantungan terhadap gas Rusia dan menggantikannya dengan pengiriman gas cair di pelabuhan dan gas dari Norwegia melalui pipa Laut Baltik.
Kremlin telah bergerak cepat untuk membatasi dampak sanksi terhadap ekonomi Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah mempengaruhi segalanya mulai dari cadangan devisa bank sentral hingga McDonalds. Tak berselang lama, Gazprom menghentikan pasokan gas ke Polandia karena penolakannya membayar dalam rubel.
2. Bulgaria
Sama halnya dengan Polandia, Bulgaria juga tak setuju untuk membayar gas Rusia dalam bentuk mata uang Rubel. Terkait keamanan pasokan energi dalam negerinya, Bulgaria tetap percaya diri bisa mengganti pasokan gas Rusia dari negara lain.
Dikutip dari Alarabiya News, Perdana Menteri Assen Vassilev mengatakan, negaranya dapat mengganti sumber pasokan gas Rusia dan tidak akan menghadapi kekurangan gas di musim dingin mendatang.
Sebelumnya, Gazprom telah memotong pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia setelah kedua negara tersebut menolak membayarnya dengan mata uang Rubel. Bulgaria sendiri mengkonsumsi sekitar 3 miliar meter kubik gas per tahunnya. Dan 90% di antaranya berasal dari Rusia.
3. Jerman
Kanselir Jerman, Olaf Scholz telah menolak permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin agar pihaknya membayar pengiriman gas Rusia dengan mata uang Rubel. Dikutip dari Newsweek, dalam konferensi pers G7, Scholz mengatakan, bahwa sudah ada kontrak tetap yang menentukan pembayaran gas dilakukan dalam Euro atau Dolar.
Dia menganggap permintaan Putin itu sebagai upaya mengembalikan nilai mata uang Rubel yang jatuh setelah invasinya ke Ukraina. Sebelumnya diketahui bahwa nilai Rubel telah anjlok.
Namun setelah pengumuman Putin bahwa gas Rusia harus dibayar dengan Rubel membuat nilai mata uang itu naik. Seperti dilaporkan Komisi Eropa bahwa Rusia menyediakan sekitar 45% dari impor gas Uni Eropa.
Sementara itu dilaporkan NewsWeek bulan lalu bahwa membutuhkan 4.500 rubel untuk mengisi tangki gas 12 galon. Bahkan seorang ekonom menilai bahwa Putin telah membuat Rusia seperti ‘Limbah Beracun’ bagi investor asing.
4. Prancis
Sejalan dengan anggota Uni Eropa lainnya, Prancis pun menolak pembayaran gas Rusia menggunakan Rubel. Tak hanya melanggar kontrak yang sudah disepakati, Prancis juga menganggap manuver Rusia ini sama saja dengan pemerasan.
Dikutip dari France 24, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan bahwa Prancis menolak permintaan Rusia tersebut dan sedang mempersiapkan kemungkinan penghentian pengiriman gas dari Rusia. Selain itu pada sela kunjungannya ke Berlin, Le Maire juga mengaku sudah siap untuk kemungkinan tidak ada lagi gas dari Rusia.
(akr)