Suku Bunga Australia Naik Pertama Kalinya dalam Satu Dekade

Rabu, 04 Mei 2022 - 09:02 WIB
loading...
Suku Bunga Australia...
Bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) telah menaikkan suku bunga negara itu untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Apakah ada hubungan menjelang Pemilu?. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) telah menaikkan suku bunga negara itu untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Kenaikan itu akan memberi tekanan ekstra pada anggaran rumah tangga ketika Australia bersiap menghadapi pemilihan umum (Pemilu) yang dijadwalkan bakal berlangsung 21 Mei 2022, mendatang.

Aussie sendiri tengah berjibaku seiring meningkatnya biaya hidup. RBA menaikkan suku bunga menjadi 0,35% pada hari Selasa, waktu setempat. Langkah ini dirancang untuk memerangi kenaikan inflasi, yang berada pada level tertinggi dalam 21 tahun.



Gubernur RBA Philip Lowe mengatakan, meskipun inflasi telah meningkat lebih cepat dari yang diharapkan, angka pengangguran berada pada level rendah dan ada bukti pertumbuhan upah akan membaik.

"Sudah waktunya untuk menarik beberapa dukungan moneter luar biasa yang diberlakukan untuk membantu ekonomi Australia selama pandemi," katanya dalam sebuah pernyataan.

Meskipun proyeksi ekonomi untuk Australia tetap positif, Lowe mengatakan, kenaikan suku bunga lebih lanjut berpeluang kembali terjadi. Terakhir kali suku bunga acuan naik selama pemilihan adalah pada tahun 2007, ketika secara luas terlihat berdampak negatif pada John Howard sebelum ia kehilangan pemerintahan.

Perdana Menteri Scott Morrison menolak bahwa keputusan itu akan berdampak pada peluangnya untuk terpilih kembali pada 21 Mei. "Ini bukan tentang politik. Ini bukan tentang aku," katanya.

Partai Buruh mengatakan kenaikan itu menunjukkan "krisis biaya hidup" telah berkembang di bawah pengawasan Morrison. Ini adalah hal terakhir yang dibutuhkan Scott Morrison kurang dari tiga minggu sebelum pemilihan.

Sementara itu pada pekan lalu, Australia mencapai tingkat inflasi tertinggi dalam 21 tahun yakni sebesar 5,1%. Hal ini diyakini bakal berpengaruh terhadap pemilu, mengingat kampanye pemerintah bertumpu pada seberapa baik ekonomi telah berjalan dan seberapa kuat pulih setelah Covid.



Dalam beberapa hari terakhir, perdana menteri telah bersusah payah untuk menjelaskan bahwa keputusan RBA tidak ada hubungannya dengan penanganan ekonomi pemerintahnya. Dia menyalahkan "lingkungan global yang sangat luar biasa", mulai dari lockdown Covid di China dan tentu saja perang di Ukraina.

Dia berdiri di depan kamera sambil memegang grafik yang membandingkan tingkat inflasi di Australia dengan negara-negara maju lainnya untuk membuktikan betapa baiknya negara itu.

Tetapi mereka yang berjuang untuk membayar sewa dan tagihan rumah tangga yang terus meningkat kemungkinan memandang laporan itu tidak bisa dipertanggung jawabkan. Ini mungkin hadiah untuk oposisi, tetapi siapa pun yang akhirnya menang pada 21 Mei akan menghadapi kecemasan masyarakat seiring tingginya biaya hidup.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1438 seconds (0.1#10.140)