Perusahaan Raksasa Teknologi Dongkrak Wall Street Lebih Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wall Street bangkit pada perdagangan hari Jumat, kemarin waktu setempat dipimpin oleh lonjakan tinggi saham raksasa teknologi seperti Apple dan Microsoft. Investor sepertinya akan mulai meninggalkan satu pekan perdagangan yang bergejolak ketika beberapa negara siap untuk mencabut kebijakan lockdowns terkait penyebaran wabah corona.
Apple dan Microsoft masing-masing mencetak kenaikan lebih dari 1% untuk berkontribusi besar mengangkat S&P 500 melebihi perusahaan lain. Kedua raksasa teknologi itu akan melaporkan hasil kuartal Maret minggu depan, untuk memberi investor sekilas tentang bagaimana pandemi telah mempengaruhi bisnis global mereka.
(Baca Juga: Sempat Minus, Harga Minyak Dunia Naik Lagi)
Sementara itu saham Boeing Co jatuh 5,6% setelah produsen pesawat itu melaporkan rencana untuk memangkas pembuatan 787 output Dreamliner sekitar hampir setengahnya. Keseluruhan 11 indeks S&P500 bergerak ke atas, dengan sektor teknologi informasi melompat 1,3% dan discretionary konsumen terdorong 1,2%.
Bahkan dengan keuntungan pada hari Jumat, S&P berada dalam jalur untuk mengakhiri minggu lebih rendah saat investor masih diliputi ketakutan akan kemerosotan ekonomi yang mendalam menyusul pada bulan April kegiatan bisnis dan klaim pengangguran mingguan mencapai 26.000.000 dalam lima minggu.
Indeks telah pulih lebih dari 25% dari bulan Maret yang berada di posisi terendah dan harapan yang tumbuh bahwa akan lebih banyak bisnis akan diizinkan untuk membuka kembali. Georgia menjadi negara bagian pertama yang akan mengizinkan usaha kecil untuk kembali membuka bisninya di tengah ketidaksetujuan dari Presiden Donald Trump dan ahli kesehatan.
Dow Jones Industrial Average naik 0,55% ke level 23.643,48 ketika indeks S&P 500 memperoleh tambahan 0,84% menjadi 2.821,41. Sedangkan komposit Nasdag meningkat 1,05% ke posisi 8.583,87.
Secara keseluruhan, analis masih memperkirakan adanya penurunan 15% pada pendapatan kuartal pertama S&P 500, dengan keuntungan bagi sektor energi yang diperkirakan merosot lebih dari 60%. Hal ini seiring meningkatkan kekhawatiran akan default utang, PHK dan kemungkinan kebangkrutan.
Pesanan baru untuk barang modal buatan AS tiba-tiba bangkit pada bulan Maret, tetapi keuntungan tidak mungkin bertahan secara berkelanjutan di tengah pandemi, yang telah enutup perekonomian dan berkontribusi pada keruntuhan harga minyak mentah.
Apple dan Microsoft masing-masing mencetak kenaikan lebih dari 1% untuk berkontribusi besar mengangkat S&P 500 melebihi perusahaan lain. Kedua raksasa teknologi itu akan melaporkan hasil kuartal Maret minggu depan, untuk memberi investor sekilas tentang bagaimana pandemi telah mempengaruhi bisnis global mereka.
(Baca Juga: Sempat Minus, Harga Minyak Dunia Naik Lagi)
Sementara itu saham Boeing Co jatuh 5,6% setelah produsen pesawat itu melaporkan rencana untuk memangkas pembuatan 787 output Dreamliner sekitar hampir setengahnya. Keseluruhan 11 indeks S&P500 bergerak ke atas, dengan sektor teknologi informasi melompat 1,3% dan discretionary konsumen terdorong 1,2%.
Bahkan dengan keuntungan pada hari Jumat, S&P berada dalam jalur untuk mengakhiri minggu lebih rendah saat investor masih diliputi ketakutan akan kemerosotan ekonomi yang mendalam menyusul pada bulan April kegiatan bisnis dan klaim pengangguran mingguan mencapai 26.000.000 dalam lima minggu.
Indeks telah pulih lebih dari 25% dari bulan Maret yang berada di posisi terendah dan harapan yang tumbuh bahwa akan lebih banyak bisnis akan diizinkan untuk membuka kembali. Georgia menjadi negara bagian pertama yang akan mengizinkan usaha kecil untuk kembali membuka bisninya di tengah ketidaksetujuan dari Presiden Donald Trump dan ahli kesehatan.
Dow Jones Industrial Average naik 0,55% ke level 23.643,48 ketika indeks S&P 500 memperoleh tambahan 0,84% menjadi 2.821,41. Sedangkan komposit Nasdag meningkat 1,05% ke posisi 8.583,87.
Secara keseluruhan, analis masih memperkirakan adanya penurunan 15% pada pendapatan kuartal pertama S&P 500, dengan keuntungan bagi sektor energi yang diperkirakan merosot lebih dari 60%. Hal ini seiring meningkatkan kekhawatiran akan default utang, PHK dan kemungkinan kebangkrutan.
Pesanan baru untuk barang modal buatan AS tiba-tiba bangkit pada bulan Maret, tetapi keuntungan tidak mungkin bertahan secara berkelanjutan di tengah pandemi, yang telah enutup perekonomian dan berkontribusi pada keruntuhan harga minyak mentah.
(akr)