Ada Apa dengan IHSG Usai Terlempar dari Level 7.000, Ini Analisanya

Rabu, 11 Mei 2022 - 06:40 WIB
loading...
Ada Apa dengan IHSG Usai Terlempar dari Level 7.000, Ini Analisanya
IHSG turun cukup signifikan dalam dua hari terakhir. Data penutupan bursa Selasa (10/5) menunjukkan indeks acuan kehilangan -1,30% di 6.819, begini analisa tentang ada apa dengan bursa saham RI. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) turun cukup signifikan dalam dua hari terakhir. Data penutupan bursa Selasa (10/5) menunjukkan indeks acuan kehilangan -1,30% di 6.819,79, menambah tekanan setelah babak belur -4,42% pada Senin (9/5).

Founder WH Project, William Hartanto menganalisa, ada harapan bagi IHSG untuk rebound mengingat pelemahan indeks acuan berkurang lebih dari 3 persen alias mulai menipis. Secara teknikal, William melihat ada pola long legged hammer yang mengindikasikan penguatan pada perdagangan hari ini, Rabu 11 Mei 2022.



Tapi tunggu dulu, penulis buku 'Bandarmology vs Teknikal' ini mengkhawatirkan sentimen kenaikan suku bunga Federal Reserve atau The Fed yang dinilai kerap membawa kabar buruk, setidaknya bagi performa aset berisiko seperti saham .

"Jika berkaca dari sejarah, sentimen suku bunga The Fed bukanlah sentimen yang selesai dalam waktu harian. Ini pernah terjadi pada tahun 2015 dan 2018, di mana efeknya memberikan tekanan terhadap IHSG sekitar 4 bulan," kata William dalam riset WH Project yang dikonfirmasi MNC Portal Indonesia (MPI), dikutip Rabu (11/5/2022).

Kendati kabut katalis Fed funds rate tampak masih pekat, William menimbang ada momentum technical rebound yang dapat dimanfaatkan investor. Ini terlihat dari kinerja index movers yang mulai bangkit.

Diketahui, sejumlah emiten big caps penggerak indeks tampak mulai menunjukkan harapan pada penutupan Selasa (10/5), seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) 0,70%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 0,85%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) 0,00% dan saham penghuni LQ45 lain yang terkoreksi tipis.



William memberi catatan bahwa secara teknikal pola long legged hammer dapat membawa respons positif pelaku pasar yang mengharapkan terjadinya rebound. Namun, penguatan masih harus diuji terlebih dahulu di area resisten psikologis 7.000-an.

"Sehingga untuk hari ini IHSG memiliki peluang untuk rebound, terbatas dengan resistance yang diuji adalah pada 7.000 – 7.060. Jika penguatan masih terbatas di area ini dan mulai melemah kembali, maka arah tren IHSG masih melemah." pungkasnya.

Fundamental

Secara garis besar, fundamental makro dalam negeri terbilang cukup positif di mana pertumbuhan ekonomi hingga kuartal pertama tahun ini mencapai 5,01% yoy. Tetapi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi RI pada April 2022 naik sebesar 0,95% secara bulanan (mtm), menjadi yang tertinggi sejak Januari 2017, sedangkan secara tahunan (yoy), inflasi RI melejit 3,47% atau terbesar sejak Agustus 2019.

Lonjakan harga bahan pokok seperti minyak goreng, bensin, daging ayam ras, hingga tarif angkutan udara menjadi penyumbang utama inflasi RI.

"Tantangan paska lebaran adalah berlanjutnya kenaikan harga barang atau inflasi," kata Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat dihubungi MNC Portal Indonesia belum lama ini.

Pemulihan ekonomi domestik sejalan dengan meningkatnya jumlah pasien sembuh Covid-19. Data terbaru (10/5) menunjukkan ada tambahan 659 pasien yang sembuh, kendati kasus baru juga meningkat 456, dengan kasus aktif yang tersisa sebanyak 5.885 jiwa.

Adapun progres vaksinasi juga terus meningkat. Data terakhir (10/5), total vaksinasi pertama mencapai 199.352.565 jiwa, sementara vaksinasi kedua sebanyak 165.707.687 jiwa, dan ketiga sejumlah 42.133.856 jiwa

Dari sisi eksternal, sejumlah analis sebelumnya menilai Indonesia diuntungkan berkat booming harga komoditas imbas krisis geopolitik Rusia dan Ukraina. Namun, kekhawatiran atas demand masih membebani ekspor menyusul kebijakan lockdown di China, salah satu mitra dagang terbesar di Indonesia.

Tantangan lain juga datang dari kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang ditakutkan dapat mengurangi eksposur investor asing di pasar modal tanah air.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1859 seconds (0.1#10.140)