India Larang Ekspor Gandum, Harga Pangan Global Bakal Mendidih
loading...
A
A
A
Harga gandum mencapai rekor tertinggi pada Maret 2022, hanya dalam waktu seminggu setelah invasi Rusia ke Ukraina. Dari pertengahan Februari hingga 17 Mei, harga telah meningkat 60%.
Kazakhstan, Kirgistan, Mesir, Serbia, Lebanon, antara lain, juga telah melarang ekspor gandum dan biji-bijian lainnya, menurut pelacak pembatasan ekspor makanan IFPRI.
Saat pasokan seret, China justru telah banyak membeli gandum yang menurut beberapa orang merupakan aksi penimbunan karena kekhawatiran panen yang buruk di negaranya.
Selain itu harga minyak goreng juga meningkat seiring pandemi dan juga naik tajam ketika perang memaksa Ukraina, pengekspor minyak biji bunga matahari terbesar di dunia, untuk menghentikan pengiriman. Lonjakan harga juga merembet ke minyak mentah.
Pada bulan April, Indonesia yang mengekspor 30 juta ton minyak nabati, atau paling banyak di dunia, menerapkan larangan beberapa jenis ekspor minyak sawit. Kazakhstan, Mesir, Kosovo dan Turki juga telah melarang ekspor minyak nabati.
Sementara Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia telah bergerak ke arah yang berlawanan dengan mengusulkan pengurangan pajak ekspor sebanyak setengahnya. Langkah ini dimaksudkan untuk membantu mengisi kekurangan pasokan minyak sawit global.
Kenaikan harga gandum, tepung bunga matahari (produk sampingan dari minyak bunga matahari), kedelai, dan jagung, juga telah membuat harga untuk ayam, babi dan sapi lebih mahal, menaikkan harga unggas hingga daging.
Di sisi lain Argentina melarang ekspor daging sapi bahkan sebelum perang untuk mengendalikan inflasi yang meningkat. Harga melonjak di India dan Thailand, dan di Inggris, harga ayam naik begitu cepat, sedangkan harga daging sapi semakin mahal.
Sementara itu, harga pupuk yang juga ada larangan ekspor dari China, Kirgistan, Rusia, dan Ukraina, telah meningkat 30% sejak awal 2022, di atas kenaikan 80% pada tahun 2021, menurut Bank Dunia. Ini akan terus menaikkan harga makanan di seluruh dunia.
Kazakhstan, Kirgistan, Mesir, Serbia, Lebanon, antara lain, juga telah melarang ekspor gandum dan biji-bijian lainnya, menurut pelacak pembatasan ekspor makanan IFPRI.
Saat pasokan seret, China justru telah banyak membeli gandum yang menurut beberapa orang merupakan aksi penimbunan karena kekhawatiran panen yang buruk di negaranya.
Selain itu harga minyak goreng juga meningkat seiring pandemi dan juga naik tajam ketika perang memaksa Ukraina, pengekspor minyak biji bunga matahari terbesar di dunia, untuk menghentikan pengiriman. Lonjakan harga juga merembet ke minyak mentah.
Pada bulan April, Indonesia yang mengekspor 30 juta ton minyak nabati, atau paling banyak di dunia, menerapkan larangan beberapa jenis ekspor minyak sawit. Kazakhstan, Mesir, Kosovo dan Turki juga telah melarang ekspor minyak nabati.
Sementara Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia telah bergerak ke arah yang berlawanan dengan mengusulkan pengurangan pajak ekspor sebanyak setengahnya. Langkah ini dimaksudkan untuk membantu mengisi kekurangan pasokan minyak sawit global.
Kenaikan harga gandum, tepung bunga matahari (produk sampingan dari minyak bunga matahari), kedelai, dan jagung, juga telah membuat harga untuk ayam, babi dan sapi lebih mahal, menaikkan harga unggas hingga daging.
Di sisi lain Argentina melarang ekspor daging sapi bahkan sebelum perang untuk mengendalikan inflasi yang meningkat. Harga melonjak di India dan Thailand, dan di Inggris, harga ayam naik begitu cepat, sedangkan harga daging sapi semakin mahal.
Sementara itu, harga pupuk yang juga ada larangan ekspor dari China, Kirgistan, Rusia, dan Ukraina, telah meningkat 30% sejak awal 2022, di atas kenaikan 80% pada tahun 2021, menurut Bank Dunia. Ini akan terus menaikkan harga makanan di seluruh dunia.