Perang Rusia Ukraina Bisa Guncang Perdagangan Global: Siapa Jadi Pemenang atau Pecundang

Sabtu, 04 Juni 2022 - 20:38 WIB
loading...
Perang Rusia Ukraina Bisa Guncang Perdagangan Global: Siapa Jadi Pemenang atau Pecundang
Pertama-tama Pandemi Covid-19 dan kemudian datanglah perang Rusia Ukraina. Dengan adanya dua krisis global secara berturut-turut, para ahli memperingatkan kemungkinan merubah rantai pasokan dan perdagangan dunia. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Pertama-tama, Pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Kemudian datanglah perang Rusia Ukraina yang berdampak luas terhadap dunia. Dengan adanya dua krisis global secara berturut-turut, para ahli memperingatkan ada kemungkinan bakal merubah rantai pasokan dan perdagangan dunia secara permanen.

Perang di Ukraina, khususnya telah menyebabkan negara-negara berpikir tentang perlunya mitra dagang yang lebih dapat diandalkan.

"Jika pandemi Covid-19 menyoroti kebutuhan untuk memperpendek rantai pasokan, perang di Ukraina menggarisbawahi pentingnya memiliki mitra dagang yang andal," kata Direktur Penelitian di perusahaan riset komoditas Wood Mackenzie, Peter Martin.



Lalu efek lain dari perang Ukarina yakni lonjakan harga energi tahun ini seiring serangan Rusia di Ukraina mengacaukan pasar serta ditambah negara-negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.

Pekan ini, Uni Eropa setuju untuk melarang 90% impor minyak Rusia pada akhir tahun ini. Moskow juga sebelumnya mengancam akan memutus pasokan gas sebagai pembalasan. Seorang pejabat Rusia mengatakan negara itu akan menemukan importir lain ketika pembelian minyak dari China dan India telah melonjak tahun ini.

Uni Eropa menerima sekitar 40% gas alamnya dari pipa Rusia dan sekitar seperempatnya mengalir melalui Ukraina. Ekspor biji-bijian penting, seperti gandum turut terpengaruh.

Jutaan ton gandum dari Ukraina, salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia, telah terjebak di negara itu sehuingga tidak dapat sampai ke negara-negara yang membutuhkannya. Itu karena pasukan militer Rusia telah memblokir Laut Hitam, tempat pelabuhan-pelabuhan utama Ukraina berada.

Sebelum perang pecah, pelabuhan Laut Hitam Ukraina menyumbang sekitar 90% dari ekspor biji-bijiannya, menurut Andrius Tursa, penasihat Eropa Tengah dan Timur di perusahaan konsultan Teneo Intelligence.

Mengacu pada perang serta pandemi, Martin menambahkan: "Kekuatan-kekuatan ini dapat mengarah pada penyelarasan kembali perdagangan global. Ekonomi global menjadi lebih terwilayah — rantai pasokan yang lebih pendek dengan mitra yang 'andal'."

1. Blok Perdagangan

Martin mengatakan ini bukan akhir dari globalisasi, tetapi bahwa perdagangan global dapat diatur ulang menjadi dua atau lebih "blok yang berbeda."

Blok pertama itu akan terdiri dari Uni Eropa, AS dan sekutu mereka yang telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, dan selaras dalam mengisolasi Rusia. Lanjutnya menurut Martin, sekutu-sekutu itu dapat mencakup Inggris dan Jepang.

Kelompok lain mungkin adalah negara-negara yang akan berusaha mengangkangi kedua belah pihak. "Akan ada blok negara-negara seperti China dan India yang mempertahankan perdagangan dengan sekutu yang memberikan sanksi dan Rusia," terangnya.

"Mereka dapat mengambil lebih banyak energi dan sumber daya dari Rusia, tetapi perlu juga mempertahankan hubungan baik dengan ekonomi besar di blok pertama yang menyumbang proporsi signifikan dari permintaan ekspor mereka," kata Martin.

2. Rute perdagangan

"Rute perdagangan melalui darat dan laut serta volume yang melewatinya akan terpengaruh," ungkap Martin.

Sejak perang dimulai, perusahaan pengiriman telah menghindari Laut Hitam, di mana aktivitas militer Rusia telah memblokir pengiriman komersial. Hal itu menyebabkan kemacetan pada pelabuhan lain di Eropa karena banyak pengirim harus mengubah rute mereka.

"Aktivitas militer Rusia di Laut Hitam, serangan yang terus menerus terhadap pelabuhan Ukraina, dan penambangan di perairan sekitar pelabuhan membuat pengiriman komersial menjadi tidak mungkin," tulis Tursa dalam catatannya pada 25 Mei.



"Tidak ada cara mudah untuk membuka blokir pelabuhan Ukraina, katanya seraya menambahkan bahwa "berbagai proposal untuk membuka blokir akses Laut Hitam Ukraina sedang dibahas, tetapi tidak ada yang mudah atau mungkin."

Ukraina sekarang mencoba mengembangkan rute darat dan sungai sebagau alternatif untuk mengekspor produk makanan ke negara lain.

"Meskipun kapasitas rute alternatif diperkirakan akan meningkat secara bertahap, ekspor tersebut kemungkinan akan lebih kompleks dan mahal dibandingkan dengan rute laut. Serangan rudal Rusia yang menargetkan infrastruktur kereta api di seluruh Ukraina dapat semakin mempersulit logistik," kata Tursa.

Pemenang dan Pecundang

Setiap pengalihan sebagai akibat dari perubahan perdagangan global, bisa memberikan manfaat terhadap beberapa ekonomi seperti Asia Tenggara, Amerika Latin serta Afrika.

"Ekspor akan ... dialihkan yang mengharuskan ditemukannya pasar baru untuk barang dan jasa, dan logistik yang diberlakukan untuk mengakomodasi arus perdagangan baru," katanya.

"Rusia kemungkinan akan menjadi pecundang terbesar karena, meskipun dapat mengubah beberapa mata rantai perdagangan, Rusia k berpeluang besar akan dikeluarkan dari sebagian besar ekonomi global," terang Martin.

Lockdown di China sebagai pusat manufaktur dunia, juga berkontribusi pada gejolak yang dialami oleh industri perkapalan dan perdagangan.

"Apa yang kami harapkan untuk dilihat di masa mendatang jelas merupakan ketergantungan yang lebih rendah pada rute perdagangan Big East-West antara China dan Eropa, serta China dan AS. Itu biasanya bentangan di mana Anda memiliki kapal besar yang memanggil apa pun antara dua dan lima perhentian di China," kata Christian Roeloffs, pendiri dan CEO perusahaan pemesanan kontainer Container xChange.

Rute dapat berubah dan dapat menguntungkan beberapa negara Asia Tenggara seperti Vietnam, di mana lebih banyak perusahaan sudah memproduksi produksi sendiri.

Di sisi lain, untuk tempat-tempat seperti Singapura di mana kapal-kapal yang biasanya lewat dalam perjalanan ke AS dapat kehilangan.

Diterangkan Singapura bakal hanya dilewati ketika pengirim pergi dari pusat manufaktur Vietnam dan Kamboja yang sedang berkembang langsung ke Pantai Barat AS.

"Beberapa perusahaan mulai berproduksi lebih dekat ke rumah untuk membatasi penundaan pengiriman karena penutupan pabrik, berkurangnya pasokan tenaga kerja, dan faktor lainnya," kata Jason McMann, kepala analisis risiko geopolitik untuk Morning Consult.

Mereka juga dapat beralih untuk mempertahankan persediaan yang lebih besar "sebagai bantalan terhadap gangguan di masa depan," dengan memiliki rantai pasokan yang lebih pendek,".

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1249 seconds (0.1#10.140)