Kadin: Pandangan Bank Syariah hanya untuk Orang Islam dan Orang Tua Harus Diubah

Selasa, 05 Juli 2022 - 15:14 WIB
loading...
Kadin: Pandangan Bank Syariah hanya untuk Orang Islam dan Orang Tua Harus Diubah
Bank syariah di Indonesia harus mengubah pandangan masyarakat. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia ( Kadin ) mencatat upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai episentrum industri halal perlu didukung oleh industri keuangan syariah yang mumpuni. Indonesia dinilai membutuhkan bank syariah besar yang memiliki kemampuan penyaluran pembiayaan yang kuat dengan produk yang komprehensif.



Berdasarkan data State of Global Islamic Economy (SGIE) Report 2020/2021, ekonomi syariah Indonesia berada pada urutan keempat, setelah Malaysia, UAE, Bahrain, dan Arab Saudi. Padahal, Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.

Indikator yang menjadi penilaian SGIE antara lain keuangan syariah, pariwisata, industri fesyen, obat-obatan, kosmetik, dan produk makanan. Dari seluruh indikator tersebut, Indonesia rata-rata berada dalam peringkat 10 besar. Ada dua sektor yang masuk dalam peringkat lima besar, yakni makanan dan minuman serta fesyen.

Ketua Badan Ekonomi Syariah Kadin Taufan Rotorasiko mengatakan, akselerasi perbankan syariah tidak cukup dengan pertumbuhan organik. Perbankan syariah di Indonesia, dengan seluruh stakeholder-nya harus mampu membuat produk perbankan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan pengusaha dari segala sektor.

“Sehingga menjadi lebih menarik buat masyarakat dan kalangan pengusaha untuk bergabung dengan bank syariah baik dari sisi produk perbankan maupun pemanfaatan produk pinjaman yang tentunya lebih terasa mudah dan murah serta aman dan nyaman,” katanya Selasa (5/7/2022).

Indonesia, lanjut Taufan, adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dengan demikian potensi untuk mengakselerasi pertumbuhan industri keuangan syariah sangat besar. Meski begitu indeks literasi dan inklusi keuangan syariah masih rendah di negara dengan mayoritas penduduk muslim.

Pada 2019, tingkat literasi keuangan syariah naik menjadi 8,93% dari sebelumnya 8,1% pada periode survei 2016. Meski mengalami kenaikan, angka tersebut masih jauh di bawah indeks literasi keuangan konvensional yang sebesar 37,72%.

Sementara itu, untuk tingkat inklusi keuangan syariah yang berkaitan dengan pemanfaatan produk dan layanan jasa keuangan syariah sudah mencapai 9,1% untuk bank syariah. Indikator yang sama untuk bank konvensional sudah mencapai 75,28%.

Menurut Taufan, salah satu penyebab rendahnya literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia adanya persepsi bahwa ekonomi dan keuangan syariah hanya untuk orang Islam dan orang tua. Tak hanya itu, masih banyak masyarakat juga yang mengira produk keuangan syariah sama dengan konvensional dan hanya diganti istilah saja, seperti deposito menjadi mudharabah, dan pembiayaan menjadi murabahah.



Oleh karena itu Indonesia membutuhkan bank syariah besar yang mampu mengubah pola pikir tersebut. “Terutama pada mindset generasi millenial dan gen Z, serta meyakinkan masyarakat, terutama kepada masyarakat unbankable di sekitar pesantren, jika proses dalam bank syariah sudah sesuai dengan syariat Islam, sehingga tidak riba,” katanya.

(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3009 seconds (0.1#10.140)