Peternak Keluhkan Harga Ayam Terjun Bebas
loading...
A
A
A
Dia memaparkan, padaJuni 2019 masuk ayam hanya sekitar 230 juta/kg. Saat Juli bagus, peternak rakyat untung. Tapi Juli dan Agustus tidak ada pemangkasan lagi, akhirnyaAgustus-September hancur lagi. September 230 juta lagi, Oktober bagus lagi.
"Bagus itu bukan melebihi acuan Kemendag, tapi peternak bisa dapat untung. Tapi tidak dipakai lagi jadi data yang benar. Bulan Oktober ngawur, sampai Desember. Sebenarnya Februari sudah juga dikurang tapi sudah kedahuluan wabah corona," keluhnya.
Parjuni mengatakan, over supply ayam ini sudah terjadi saat pasar dibanjiri DOC (Day Old Chicken). Tapi seringkali tidak diakui pemerintah.
"Kalaudi rapat, diakui bahwa DOC enggak over supply tapi over di liverbird (ayam hidup) saja. Padahal over supply pasti sudah dimulai dari DOC. Tapi dipelintir bahwa enggak ada over di DOC tapi hanya livebird. Memangnya livebird asalnya dari bata merah? Livebird kan asalnya dariDOC, sumber oversupply ya dari DOC, bukan bersumbernya livebird," ujarnya.
Akibat pemerintah yang tutup mata dengan kondisi peternak membuat peternak seperti 'mayat hidup'. "Banyak orang pajak bertanya usaha rugi tapi kokjalan. Kami ini seperti mayat hidup. Kami hanya menjalankan uangnya pabrik," katanya.
Lantas, dia menggambarkan adanya kelonggaran pabrik yang jatuh tempo bisa 2-3 bulan bahkan 100 hari membuat peternak bertahan. "Kalau dihitung, peternak rakyat ini sudah tidak hidup lagi. Kalau disuruh bayar cash, punya ayam saat panen diambil pabrik sudah habis. Hanya karena waktunya panjang, jadi bisa memutar lagi tapi uang perusahaan. Sebenarnya usaha yang tidak sehat, negara ini sudah dalam kondisi darurat di perunggasan karena peternak rakyat tidak punya modal, bahkan minus dengan asset yang diputar," tutur Parjuni.
Wabah corona, akan mempecepat kematian para peternak ayam. Bila pemerintah tidak turun tangan. "Pemerintah jangan menyalahkan wabah corona, karena kondisi ini sudah kacau. Kita sudah sakit. Kalau tidak ada corona mungkin kita bertahan sebulan lagi, karena corona jadi lebih parah dan mempercepat kematian," ucapnya.
Padahal ada lebih dari 12 juta tenaga kerja di peternakan rakyat ini. Kadma, salah satu peternak lain dari Bogor, mengakuikondisi saat ini merupakan yang terburuk sejak 2004 pada saat terjadi pandemiflu burung dan juga resesi 1998.
Ketua Umum Perhimpunan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Singgih Januratmoko mengatakan, pemerintah harus melakuan gebrakan serius untuk menyelamatkan peternak ayam. Dia juga berpendapat momen puasa dan Lebaran belum bisa mendongkrak kelesuan sektor peternakan ayam.
"Untuk pulih masih 2-3 bulan lagi. Dalam 3 minggu ke depan kondisinya masih berat. Dengan kondisi seperti ini pengusaha UMKM bakal gulung tikar, yang bertahan hanya pengusaha besar. Sementara peternak ayam di Indonesia hampir 80 persen levelnya UMKM," katanya.
"Bagus itu bukan melebihi acuan Kemendag, tapi peternak bisa dapat untung. Tapi tidak dipakai lagi jadi data yang benar. Bulan Oktober ngawur, sampai Desember. Sebenarnya Februari sudah juga dikurang tapi sudah kedahuluan wabah corona," keluhnya.
Parjuni mengatakan, over supply ayam ini sudah terjadi saat pasar dibanjiri DOC (Day Old Chicken). Tapi seringkali tidak diakui pemerintah.
"Kalaudi rapat, diakui bahwa DOC enggak over supply tapi over di liverbird (ayam hidup) saja. Padahal over supply pasti sudah dimulai dari DOC. Tapi dipelintir bahwa enggak ada over di DOC tapi hanya livebird. Memangnya livebird asalnya dari bata merah? Livebird kan asalnya dariDOC, sumber oversupply ya dari DOC, bukan bersumbernya livebird," ujarnya.
Akibat pemerintah yang tutup mata dengan kondisi peternak membuat peternak seperti 'mayat hidup'. "Banyak orang pajak bertanya usaha rugi tapi kokjalan. Kami ini seperti mayat hidup. Kami hanya menjalankan uangnya pabrik," katanya.
Lantas, dia menggambarkan adanya kelonggaran pabrik yang jatuh tempo bisa 2-3 bulan bahkan 100 hari membuat peternak bertahan. "Kalau dihitung, peternak rakyat ini sudah tidak hidup lagi. Kalau disuruh bayar cash, punya ayam saat panen diambil pabrik sudah habis. Hanya karena waktunya panjang, jadi bisa memutar lagi tapi uang perusahaan. Sebenarnya usaha yang tidak sehat, negara ini sudah dalam kondisi darurat di perunggasan karena peternak rakyat tidak punya modal, bahkan minus dengan asset yang diputar," tutur Parjuni.
Wabah corona, akan mempecepat kematian para peternak ayam. Bila pemerintah tidak turun tangan. "Pemerintah jangan menyalahkan wabah corona, karena kondisi ini sudah kacau. Kita sudah sakit. Kalau tidak ada corona mungkin kita bertahan sebulan lagi, karena corona jadi lebih parah dan mempercepat kematian," ucapnya.
Padahal ada lebih dari 12 juta tenaga kerja di peternakan rakyat ini. Kadma, salah satu peternak lain dari Bogor, mengakuikondisi saat ini merupakan yang terburuk sejak 2004 pada saat terjadi pandemiflu burung dan juga resesi 1998.
Ketua Umum Perhimpunan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Singgih Januratmoko mengatakan, pemerintah harus melakuan gebrakan serius untuk menyelamatkan peternak ayam. Dia juga berpendapat momen puasa dan Lebaran belum bisa mendongkrak kelesuan sektor peternakan ayam.
"Untuk pulih masih 2-3 bulan lagi. Dalam 3 minggu ke depan kondisinya masih berat. Dengan kondisi seperti ini pengusaha UMKM bakal gulung tikar, yang bertahan hanya pengusaha besar. Sementara peternak ayam di Indonesia hampir 80 persen levelnya UMKM," katanya.