Pengamat Ungkap Simalakama Proyek-proyek Infrastruktur dari China

Selasa, 19 Juli 2022 - 08:50 WIB
loading...
Pengamat Ungkap Simalakama...
Proyek kereta cepat Jakarta Bandung menemui banyak kendala, seperti proyek China di negara-negara lain. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pemerintah Tiongkok di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping sejak tahun 2013 konsisten mengeluarkan kebijakan luar negeri mercusuar, dimulai dengan Belt and Road Initiative (BRI) . Yang terbaru adalah Global Security Initiative (GSI) dan Global Development Initiative (GDI). Keduanya dikatakan saling berkelindan, menyatu secara integral yang mungkin jika dipadupadankan menjadi prakarsa keamanan dan pembangunan global Tiongkok.



Pengamat Internasional Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah mengungkapkan, di separuh berjalannya BRI, Pemerintah Tiongkok telah berhasil, meskipun berjalan tidak seagresif yang dibayangkan sebelumnya, memperluas pengaruh perekonomiannya di negara-negara berkembang di Asia-Pasifik, Afrika, juga Eropa Tengah dan Eropa Timur.

Mata publik mulai terbuka bahwa kebijakan BRI yang menjadi andalan Pemerintah Tiongkok saat ini untuk membantu pembangunan infrastruktur negara-negara berkembang termasuk Indonesia ternyata banyak menemui kendala. Sebut saja pembengkakan pembiayaan (kereta cepat Jakarta-Bandung), masalah hak-hak buruh (pembangunan rel kereta di Yunani), dampak lingkungan yang tidak terkendali dengan baik (pembangkit listrik berbasis batubara Emba Hulutlu di Turki), dan aksi negatif dari kelompok masyarakat lokal di berbagai negara (di antaranya Rusia, Kazakhstan, Georgia, Hongaria, dan Serbia). Belum lagi terdapat sejumlah proyek yang menghancurkan ekonomi negara tertentu, seperti Sri Lanka dan Pakistan.

“Konon negara-negara itu banyak yang ingin maju secara mendadak, ingin terlibat globalisasi masa depan, akibatnya mereka tidak sadar saat Tiongkok merancang suatu proposal yang sangat mahal dan harus mereka bayar kemudian hari. Sri Lanka sebelumnya sudah memberikan pelabuhannya untuk akses Tiongkok. Dan itu sudah menjadi bukti penyerahan kedaulatan atas wilayah tersebut, karena Tiongkok bisa kontrol (wilayah tersebut), kan? Dan hal yang sama sedang dilakukan di Timor Leste,” kata Teuku dalam keterangannya, dikutip Selasa (19/7/2022).

Menurut Reza, meski pemerintah terlihat sangat hati-hati bila berurusan dengan Tiongkok, tetapi juga sangat miskin komentar. Karena investasi Tiongkok sangat terprogram, dan diawasi langsung oleh elit Tiongkok. Mereka menjadikan BRI maupun kegiatan GDI itu menjadi benchmark hubungan diplomatik dengan negara tersebut. Sehingga Negara yang bekerja sama dengan Tiongkok akan menjadi sulit menolak dan menjadi terikat.

“Ini menarik sekali, kerja sama ekonomi yang terlihat sangat lunak, ternyata di belakang memiliki resiko yang sangat besar. Dan kita tahu, pergerakan Tiongkok untuk menjadi adikuasa bertarung dengan Amerika Serikat itu sudah di depan mata. Tetapi pemerintah terkesan tidak punya nyali secara langsung mengkritik Tiongkok,” kata Reza.

Pada proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yang mengundang banyak kritik. Desain awalnya dari Jepang, kemudian Tiongkok datang dengan pengembangan ide dan pemerintah setuju. “Dampaknya memang belum terasa untuk Indonesia. Karena prototype kereta api-nya kan belum ada. Karena prototype itu harus dikondisikan dengan rel yang ada. Kondisi cuaca, kondisi pergerakan bumi juga perlu diuji. Banyak aspek geologi yang belum diuji. Padahal proyeknya sudah berjalan. Dan yang terjadi perlambatan pekerjaan akibat pandemi Covid-19. Terbaru ada peningkatan biaya. Ini yang banyak dikritik masyarakat,” ungkap Reza.

Di sisi lain, lanjut Reza, Indonesia bagi Presiden Xi Jinping tentu memiliki kesan tersendiri, yakni pada 3 Oktober 2013 Presiden Xi merupakan kepala negara asing pertama yang menyampaikan pidato di depan anggota MPR, DPR, dan DPR RI. Meskipun lobi Dubes China Liu Jinchao pada 2 September 2013 tidak berhasil meyakinkan Badan Musyawarah (BAMUS) dan Pimpinan DPR RI untuk mempersilakan Presiden Xi Jinping berpidato di Rapat Paripurna DPR RI. Romantika pidato bersejarah kepala negara asing di komplek parlemen nasional itu tidak berarti harus mengurangi kewaspadaan Indonesia terhadap kontroversi upaya perluasan BRI di Tanah Air. Dari berbagai catatan yang ada, Pemerintah Indonesia khususnya di masa setelah Presiden Joko Widodo mendatang, harus meneliti secara seksama apa pun tawaran kerja sama Pemerintah China.

“Perjanjian apa pun harus kita hargai, dan untuk itu proyek itu harus ada evaluasi dengan benar. Dan kalau tidak benar, nanti akan persis terjadi seperti PM Mahathir Muhammad yang mengatakan proyek-proyek Tiongkok di Malaysia itu kemahalan. Jadi dia tidak mau bayar, dan harus didiskon hingga 30%,” jelas Reza.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Pimpin BRICS Hadapi...
Pimpin BRICS Hadapi Perang Dagang AS, China Susun Rencana Baru
China Setop Impor LNG...
China Setop Impor LNG AS Gegara Tarif Trump, Geser ke Sumber Alternatif
Persatuan ASEAN-China...
Persatuan ASEAN-China Jadi Pertahanan Terbaik Asia dalam Hadapi Perang Dagang
China Kelabakan saat...
China Kelabakan saat Taipan Hong Kong Jual Pelabuhan Terusan Panama Rp368 T ke AS
Abaikan Soal Sanksi...
Abaikan Soal Sanksi Rusia, AS Desak G7 Lebih Galak ke China
Perang Dagang Meluas,...
Perang Dagang Meluas, China-Kanada Saling Tampar Tarif Impor
China Pasang Target...
China Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 5% di Tengah Hantaman Tarif Trump
Perang Dagang China...
Perang Dagang China dan AS Makin Panas, Beijing Terapkan Tarif 15%
Pasar Keuangan Kena...
Pasar Keuangan Kena Hantam, Rupiah Terjungkal ke Rp16.500
Rekomendasi
AS dan Rusia 12 Jam...
AS dan Rusia 12 Jam Rundingkan Gencatan Senjata Ukraina, Apa Hasilnya?
Penting untuk Pemudik,...
Penting untuk Pemudik, Ini Rest Area Alternatif di Tol Cipali KM 166-KM 207
Hidup di Bawah Tekanan,...
Hidup di Bawah Tekanan, Bianca Censori Takut Cerai dengan Kanye West
Berita Terkini
Bank Sentral Rusia Memperingatkan...
Bank Sentral Rusia Memperingatkan Kejatuhan Harga Minyak era 80-an Bisa Terulang
38 menit yang lalu
Gelar RUPST, BRI Bagikan...
Gelar RUPST, BRI Bagikan Dividen Rp51,73 Triliun dan Bersiap Lakukan Buyback Rp3 Triliun
1 jam yang lalu
PHE OSES Kembangkan...
PHE OSES Kembangkan Inovasi Perawatan Sumur, Rasio Ketepatan hingga 100%
1 jam yang lalu
UMKM Binaan BRI Tembus...
UMKM Binaan BRI Tembus Pasar Global, Ikuti Pameran Natural Product Expo West 2025 di Los Angeles
1 jam yang lalu
Jelang Puncak Arus Mudik,...
Jelang Puncak Arus Mudik, Kendaraan Melintas di Tol Semarang-Batang Naik 30%
2 jam yang lalu
Profil Thaksin Shinawatra,...
Profil Thaksin Shinawatra, Anggota Dewan Penasihat Danantara Eks PM Thailand
2 jam yang lalu
Infografis
Takut Rusia, Negara-negara...
Takut Rusia, Negara-negara NATO Mundur dari Perjanjian Ranjau
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved