3 Negara Mayoritas Islam yang Berutang ke China, Kena Jebakan Betmen?
loading...
A
A
A
JAKARTA - China memang dikenal sebagai negara yang kerap memberikan utang ke negara lain, termasuk juga ke negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim. Tak bisa dipungkiri bahwa utang memang penting dalam sumber penerimaan negara untuk membiayai perekonomian.
Utang China memang sering-sering disebut sebagai jebakan betmen. Artinya, dibungkus dengan kemudahan dan pendanaan infrastruktur, utang China yang tak terbayarkan harus ditukar dengan proyek-proyek strategis atau yang didanai utang tersebut.
Contohnya saja Sri Lanka yang harus menyerahkan Pelabuhan Hambalonta lantaran negara itu gagal membayar utang. Mau tak mau, Sri Lanka harus menyewakan pelabuhan tersebut pada kelompok pedagang China selama 99 tahun untuk melunasi tunggakannya.
Dunia menyebut jebakan betmen itu dengan istilah "diplomasi jebakan utang China". Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia itu, dinilai memberikan pinjaman ke negara lain demi membangun proyek mahal dengan keuntungan minimum. Alhasil, China bisa mengambil banyak aset dari investasinya, meskipun Beijing menolak sebutan itu.
Berikut adalah 3 negara mayoritas Islam yang berutang kepada China:
1. Pakistan
Pada tahun 2020 lalu, China menyetujui untuk meminjamkan dana ke Pakistan sebesar USD1,5 miliar demi melunasi utang terhadap Arab Saudi USD2 miliar. China memberikan pinjaman tersebut dengan menambah ukuran currency-swap agreement (perjanjian tukar mata uang) bilateral 2011 dengan tambahan 10 miliar yuan atau sekitar USD1,5 miliar. Pada tahun 2020 jumlah penduduk Pakistan diperkirakan mencapai 2020 mencapai 225 juta jiawa. Di atas 90% merupakan pemeluk Islam.
2. Tajikistan
Negara mayoritas Islam yang berhutang ke China berikutnya adalah Tajikistan. Pada tahun 2020, China Export-Import Bank memegang lebih dari USD1,1 miliar dari total utang luar negeri Tajikistan senilai USD3,2 miliar.
Dari utang tersebut, China disebut telah mengakuisisi beberapa konsepsi lahan di negara muslim ini. Salah satunya adalah 1.158 km persegi wilayah di pegunungan Pamir dan meningkatnya kehadiran Perusahaan Militer Swasta China (PMC) untuk memberikan keamanan bagi proyek infrastruktur di Asia Tengah.
Utang China memang sering-sering disebut sebagai jebakan betmen. Artinya, dibungkus dengan kemudahan dan pendanaan infrastruktur, utang China yang tak terbayarkan harus ditukar dengan proyek-proyek strategis atau yang didanai utang tersebut.
Contohnya saja Sri Lanka yang harus menyerahkan Pelabuhan Hambalonta lantaran negara itu gagal membayar utang. Mau tak mau, Sri Lanka harus menyewakan pelabuhan tersebut pada kelompok pedagang China selama 99 tahun untuk melunasi tunggakannya.
Dunia menyebut jebakan betmen itu dengan istilah "diplomasi jebakan utang China". Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia itu, dinilai memberikan pinjaman ke negara lain demi membangun proyek mahal dengan keuntungan minimum. Alhasil, China bisa mengambil banyak aset dari investasinya, meskipun Beijing menolak sebutan itu.
Berikut adalah 3 negara mayoritas Islam yang berutang kepada China:
1. Pakistan
Pada tahun 2020 lalu, China menyetujui untuk meminjamkan dana ke Pakistan sebesar USD1,5 miliar demi melunasi utang terhadap Arab Saudi USD2 miliar. China memberikan pinjaman tersebut dengan menambah ukuran currency-swap agreement (perjanjian tukar mata uang) bilateral 2011 dengan tambahan 10 miliar yuan atau sekitar USD1,5 miliar. Pada tahun 2020 jumlah penduduk Pakistan diperkirakan mencapai 2020 mencapai 225 juta jiawa. Di atas 90% merupakan pemeluk Islam.
2. Tajikistan
Negara mayoritas Islam yang berhutang ke China berikutnya adalah Tajikistan. Pada tahun 2020, China Export-Import Bank memegang lebih dari USD1,1 miliar dari total utang luar negeri Tajikistan senilai USD3,2 miliar.
Dari utang tersebut, China disebut telah mengakuisisi beberapa konsepsi lahan di negara muslim ini. Salah satunya adalah 1.158 km persegi wilayah di pegunungan Pamir dan meningkatnya kehadiran Perusahaan Militer Swasta China (PMC) untuk memberikan keamanan bagi proyek infrastruktur di Asia Tengah.