3 Negara Eropa Terancam Gelap Dihantam Force Majeur Gas Rusia Berkepanjangan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Ancaman krisis listrik semakin nyata di Eropa saat aliran gas Rusia melalui pipa Nord Stream 1 harus mendapatkan perbaikan selama 10 hari yang dijadwalkan bakal selesai Kamis, hari ini waktu setempat. Namun bila keadaan force majure yang disampaikan BUMN gas Rusia, Gazprom pada pasokan gas ke Eropa mulai 14 Juni berkepanjangan, maka bukan tidak mungkin pemadaman bisa terjadi.
Sebagai informasi, pipa Nord Stream 1 mengirimkan 55 miliar meter kubik gas per tahun ke Eropa, atau sekitar 40% dari total impor pipanya dari Rusia. Sedangkan permintaan gas untuk kebutuhan listrik di kawasan Benua Biru -julukan Eropa- itu sangat tinggi.
Namun muncuk kekhawatiran pasokan gas dari Rusia yang terancam tak lagi mengalir ke Eropa karena ada sanksi yang diberikan kepada Rusia. Sejumlah negara di Eropa telah memberikan sinyal akan krisis gas. Misalnya saja Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck mengatakan bahwa negara itu harus bersiap menghadapi hal terburuk soal pasokan gas.
Hal itu dipicu ketika Nord Stream 1, pipa utama yang mengirimkan gas Rusia ke Jerman dan sekitarnya, mengalami perbaikan tahunan selama sepuluh hari dan dijadwalkan perbaikan tersebut akan selesai pada Kamis hari ini.
Ada kekhawatiran di negara-negara Eropa bahwa Moskow mungkin tidak akan kembali mengalirkan gas melalui jaringan pipa tersebut setelah masa perbaikan selesai sebagai tindakan pembalasan atas sanksi yang dikenakan pada Rusia karena perang di Ukraina. Hal tersebut dapat meningkatkan krisis energi yang berisiko membawa kawasan itu ke dalam resesi.
Termasuk negara yang sangat bergantung terhadap gas untuk sarana pembangkit daya listrik. Peningkatan permintaan gas untuk aliran listrik ini semakin tinggi karena udara di Eropa meningkat. Jadi tak heran kebutuhan listrik untuk menyalakan unit pendingin udara pun meningkat.
Berikut 3 negara yang akan gelap setelah Gazprom Rusia memberlakukan Force Majeur:
1. Austria
Austria sangat mengandalkan energi gas Rusia, dimana sebanyak 80% dari total gasnya didapatkan dari negeri Beruang Merah tersebut sebelum invasi di Ukraina terjadi. Karena itu saat ini negara tersebut berusaha keras untuk mencari pemasok alternatif. Karena aliran gas Rusia ke Eropa sudah mulai tidak memenuhi permintaan.
Salah satu sektor yang didukung oleh gas Rusia adalah pembangkit listrik. Pemerintah Austria mulai melakukan tindakan dengan mengubah cadangan pembangkit listrik berbahan bakar gas dengan bahan batu bara jika pasokan gas yang dibatasi dari Rusia mengakibatkan darurat energi.
Pasokan gas ke Austria tercatat telah mengalami penurunan sekitar 70% dari volume yang diminta setelah pemeliharaan tahunan pipa Nord Stream dimulai. Hal ini dilaporkan oleh Austria Press Agency (APA) mengutip pernyataan perusahaan energi OMV.
Tingkat pengepakan gas republik akan tergantung pada tingkat konsumsi harian dan pembelian tambahan di pasar spot, seperti dijelaskan pihak perusahaan. Volume pasokan tertentu akan diketahui dalam beberapa hari.
Pengiriman gas melalui pipa Nord Stream telah dihentikan mulai 11 Juli dengan durasi selama sepuluh hari karena pemeliharaan rutin. Sebanyak 40% dari kapasitas pipa digunakan maksimal sejak pertengahan Juni karena Siemens sebelum waktunya mengembalikan unit pompa gas setelah perbaikan dari Montreal karena sanksi Kanada terhadap Rusia.
Meskipun Kanada memutuskan untuk mengembalikan turbin yang diperbaiki ke Siemens pada 9 Juli setelah desakan Jerman, batas waktu pengiriman tidak diketahui.
2. Jerman
Rusia memang dikenal sebagai pemasok utama bagi Jerman. Jerman mengimpor 142 miliar meter kubik (bcm) gas pada tahun 2021, turun 6,4% dari tahun 2020, menurut kantor statistik perdagangan luar negeri BAFA.
Gas pipa Rusia memimpin impor pada bulan Desember pada 32% dari pasokan diikuti oleh Norwegia pada 20% dan Belanda pada 12%, data dari Independent Commodity Intelligence Services (ICIS).
Pembakaran gas menyumbang 15,3% dari pembangkit listrik Jerman tahun lalu, menurut BDEW. Kehilangan sebagian besar impor gas mungkin memerlukan rencana jangka pendek dalam pembangkit listrik tenaga batu bara atau impor listrik dari negara tetangga.
3. Finlandia
Rusia mulai berhenti untuk mengekspor gasnya ke Finlandia pada akhir Mei lalu. Hal ini terkait setelah negara Nordik tersebut memutuskan hendak bergabung dengan NATO.
Padahal selama 50 tahun gas Finlandia mendapatkan support dari Rusia. Perusahaan gas milik negara Finlandia, Gasum, mengatakan bahwa "pasokan gas alam ke Finlandia di bawah kontrak pasokan telah terputus" oleh Rusia.
Hal tersebut bersamaan dengan pengumuman dari pihak Moskow yang enggan untuk kembali mengekspor gasnya yang digunakan sebagai tenaga pembangkit listrik oleh Finlandia.
Sebagai informasi, pipa Nord Stream 1 mengirimkan 55 miliar meter kubik gas per tahun ke Eropa, atau sekitar 40% dari total impor pipanya dari Rusia. Sedangkan permintaan gas untuk kebutuhan listrik di kawasan Benua Biru -julukan Eropa- itu sangat tinggi.
Namun muncuk kekhawatiran pasokan gas dari Rusia yang terancam tak lagi mengalir ke Eropa karena ada sanksi yang diberikan kepada Rusia. Sejumlah negara di Eropa telah memberikan sinyal akan krisis gas. Misalnya saja Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck mengatakan bahwa negara itu harus bersiap menghadapi hal terburuk soal pasokan gas.
Hal itu dipicu ketika Nord Stream 1, pipa utama yang mengirimkan gas Rusia ke Jerman dan sekitarnya, mengalami perbaikan tahunan selama sepuluh hari dan dijadwalkan perbaikan tersebut akan selesai pada Kamis hari ini.
Ada kekhawatiran di negara-negara Eropa bahwa Moskow mungkin tidak akan kembali mengalirkan gas melalui jaringan pipa tersebut setelah masa perbaikan selesai sebagai tindakan pembalasan atas sanksi yang dikenakan pada Rusia karena perang di Ukraina. Hal tersebut dapat meningkatkan krisis energi yang berisiko membawa kawasan itu ke dalam resesi.
Termasuk negara yang sangat bergantung terhadap gas untuk sarana pembangkit daya listrik. Peningkatan permintaan gas untuk aliran listrik ini semakin tinggi karena udara di Eropa meningkat. Jadi tak heran kebutuhan listrik untuk menyalakan unit pendingin udara pun meningkat.
Berikut 3 negara yang akan gelap setelah Gazprom Rusia memberlakukan Force Majeur:
1. Austria
Austria sangat mengandalkan energi gas Rusia, dimana sebanyak 80% dari total gasnya didapatkan dari negeri Beruang Merah tersebut sebelum invasi di Ukraina terjadi. Karena itu saat ini negara tersebut berusaha keras untuk mencari pemasok alternatif. Karena aliran gas Rusia ke Eropa sudah mulai tidak memenuhi permintaan.
Salah satu sektor yang didukung oleh gas Rusia adalah pembangkit listrik. Pemerintah Austria mulai melakukan tindakan dengan mengubah cadangan pembangkit listrik berbahan bakar gas dengan bahan batu bara jika pasokan gas yang dibatasi dari Rusia mengakibatkan darurat energi.
Pasokan gas ke Austria tercatat telah mengalami penurunan sekitar 70% dari volume yang diminta setelah pemeliharaan tahunan pipa Nord Stream dimulai. Hal ini dilaporkan oleh Austria Press Agency (APA) mengutip pernyataan perusahaan energi OMV.
Tingkat pengepakan gas republik akan tergantung pada tingkat konsumsi harian dan pembelian tambahan di pasar spot, seperti dijelaskan pihak perusahaan. Volume pasokan tertentu akan diketahui dalam beberapa hari.
Pengiriman gas melalui pipa Nord Stream telah dihentikan mulai 11 Juli dengan durasi selama sepuluh hari karena pemeliharaan rutin. Sebanyak 40% dari kapasitas pipa digunakan maksimal sejak pertengahan Juni karena Siemens sebelum waktunya mengembalikan unit pompa gas setelah perbaikan dari Montreal karena sanksi Kanada terhadap Rusia.
Meskipun Kanada memutuskan untuk mengembalikan turbin yang diperbaiki ke Siemens pada 9 Juli setelah desakan Jerman, batas waktu pengiriman tidak diketahui.
2. Jerman
Rusia memang dikenal sebagai pemasok utama bagi Jerman. Jerman mengimpor 142 miliar meter kubik (bcm) gas pada tahun 2021, turun 6,4% dari tahun 2020, menurut kantor statistik perdagangan luar negeri BAFA.
Gas pipa Rusia memimpin impor pada bulan Desember pada 32% dari pasokan diikuti oleh Norwegia pada 20% dan Belanda pada 12%, data dari Independent Commodity Intelligence Services (ICIS).
Pembakaran gas menyumbang 15,3% dari pembangkit listrik Jerman tahun lalu, menurut BDEW. Kehilangan sebagian besar impor gas mungkin memerlukan rencana jangka pendek dalam pembangkit listrik tenaga batu bara atau impor listrik dari negara tetangga.
3. Finlandia
Rusia mulai berhenti untuk mengekspor gasnya ke Finlandia pada akhir Mei lalu. Hal ini terkait setelah negara Nordik tersebut memutuskan hendak bergabung dengan NATO.
Padahal selama 50 tahun gas Finlandia mendapatkan support dari Rusia. Perusahaan gas milik negara Finlandia, Gasum, mengatakan bahwa "pasokan gas alam ke Finlandia di bawah kontrak pasokan telah terputus" oleh Rusia.
Hal tersebut bersamaan dengan pengumuman dari pihak Moskow yang enggan untuk kembali mengekspor gasnya yang digunakan sebagai tenaga pembangkit listrik oleh Finlandia.
(akr)