Dorong Promosi Digital Agar Pariwisata dan Kuliner RI Bergaung di Kancah Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia memiliki pesona alam nan indah dan keragaman budaya serta kuliner yang sangat potensial menarik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) .
Agar lebih optimal, upaya mempromosikan keindahan Indonesia ke luar negeri perlu didukung oleh para warganet dengan cara menyebarkan beragam konten positif tentang destinasi wisata di Tanah Air.
Jumlah pengguna internet di Indonesia menurut We Are Social pada 2021 mencapai 202,6 juta pengguna, di mana 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Tentunya jika para warganet ini menyebarkan konten positif tentang pariwisata dan budaya Indonesia, dampaknya bagi pariwisata RI akan luar biasa.
Dalam webinar bertema “Jadi Penjelajah Wisata, Bangga Budaya Indonesia" yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Kamis (21/7), Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Farid Zamroni Mardizansyah mengatakan, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus menjadi karakter warganet dalam berinteraksi di internet dan media sosial.
“Banyak sekali potensi yang dapat dilakukan dalam transformasi budaya digital Indonesia, yakni dengan mendokumentasikannya secara digital, kreasi budaya, dan memaksimalkan pasar untuk produk lokal,” ujarnya, dikutip Senin (25/7/2022).
Dia melanjutkan, dokumentasi budaya misalnya dengan menampilkan pakaian adat lewat penyajian secara grafis dan tulisan, promosi paket wisata lokal, serta menyebarkan kekayaan kuliner tradisional.
Menurut Farid, jati diri bangsa Indonesia di ruang digital tidaklah berbeda dengan budaya non digital, hanya bagaimana cara mengemasnya dengan teknologi yang ada.
“Misalnya, aktivitas masyarakat yang kecil-kecil dengan berbagai ragam produksinya, saling berbagi dan kolaborasi, pembuatan konten positif, serta produk berwujud dan tidak berwujud. Seluruh hal tersebut haruslah kita kembangkan lagi agar produk budaya bisa lebih baik gaungnya di dunia internasional," ujarnya dalam webinar yang ditujukan untuk komunitas wilayah Kalimantan dan sekitarnya.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin dan Wakil Ketua Aspikom Sulselbar Alem Febri Sonni menambahkan, warganet harus dapat memahami multikulturalisme dalam aktivitas di internet dan media sosial.
Masyarakat Indonesia kaya akan keberagaman dalam suku, bahasa, dan adat yang berlaku, oleh sebab itu komunikasi di ruang digital harus dijaga etika dan kesopanannya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Selain itu, interaksi yang terjalin di dunia digital tersebut sangat dipengaruhi latar belakang budaya masing-masing, sehingga pemahaman akan multikulturalisme harus selalu diperkuat.
"Perkembangan dunia digital di Indonesia dengan pengguna lebih dari 73% tentu akan menciptakan budaya baru. Inilah yang perlu dipahami dan selalu mengadopsi budaya-budaya yang adi luhur,” ucapnya.
“Misalnya saja ketika bertransaksi atau berkomunikasi menghubungi penjual, kita harus selalu memperhatikan akan keberagaman budaya dan suku agar tidak terjadi ketersinggungan," tambah Alem.
Sementara itu, Dosen Fikom Unisba dan Co Founder Japelidi Santi Indra Astuti menututrkan, perkembangan dunia digital yang pesat turut membawa tantangan baru di masyarakat. Antara lain mengaburnya wawasan kebangsaan, kebebasan berekspresi yang kebablasan, serta berkurangnya sikap toleransi dan penghargaan akan perbedaan.
Adapun hal yang dapat dilakukan untuk menangkal radikalisme misalny, membuat konten positif yang menyerukan toleransi dan keberagaman, merangkul sesama, serta memperkuat partisipasi dan kolaborasi di ruang digital.
"Perubahan untuk kebaikan adalah sah-sah saja, tapi yang tidak diterima dari radikalisme adalah caranya yang menghalalkan kekerasan. Dan Kekerasan tersebut dipakai sebagai sebuah jalan perubahan karena hanya menganggap satu-satunya paham yang benar adalah hanya pahamnya sendiri," tukasnya.
Dengan hadirnya program GNLD oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif di era industri 4.0.
Agar lebih optimal, upaya mempromosikan keindahan Indonesia ke luar negeri perlu didukung oleh para warganet dengan cara menyebarkan beragam konten positif tentang destinasi wisata di Tanah Air.
Jumlah pengguna internet di Indonesia menurut We Are Social pada 2021 mencapai 202,6 juta pengguna, di mana 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Tentunya jika para warganet ini menyebarkan konten positif tentang pariwisata dan budaya Indonesia, dampaknya bagi pariwisata RI akan luar biasa.
Dalam webinar bertema “Jadi Penjelajah Wisata, Bangga Budaya Indonesia" yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Kamis (21/7), Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Farid Zamroni Mardizansyah mengatakan, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus menjadi karakter warganet dalam berinteraksi di internet dan media sosial.
“Banyak sekali potensi yang dapat dilakukan dalam transformasi budaya digital Indonesia, yakni dengan mendokumentasikannya secara digital, kreasi budaya, dan memaksimalkan pasar untuk produk lokal,” ujarnya, dikutip Senin (25/7/2022).
Baca Juga
Dia melanjutkan, dokumentasi budaya misalnya dengan menampilkan pakaian adat lewat penyajian secara grafis dan tulisan, promosi paket wisata lokal, serta menyebarkan kekayaan kuliner tradisional.
Menurut Farid, jati diri bangsa Indonesia di ruang digital tidaklah berbeda dengan budaya non digital, hanya bagaimana cara mengemasnya dengan teknologi yang ada.
“Misalnya, aktivitas masyarakat yang kecil-kecil dengan berbagai ragam produksinya, saling berbagi dan kolaborasi, pembuatan konten positif, serta produk berwujud dan tidak berwujud. Seluruh hal tersebut haruslah kita kembangkan lagi agar produk budaya bisa lebih baik gaungnya di dunia internasional," ujarnya dalam webinar yang ditujukan untuk komunitas wilayah Kalimantan dan sekitarnya.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin dan Wakil Ketua Aspikom Sulselbar Alem Febri Sonni menambahkan, warganet harus dapat memahami multikulturalisme dalam aktivitas di internet dan media sosial.
Masyarakat Indonesia kaya akan keberagaman dalam suku, bahasa, dan adat yang berlaku, oleh sebab itu komunikasi di ruang digital harus dijaga etika dan kesopanannya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Selain itu, interaksi yang terjalin di dunia digital tersebut sangat dipengaruhi latar belakang budaya masing-masing, sehingga pemahaman akan multikulturalisme harus selalu diperkuat.
"Perkembangan dunia digital di Indonesia dengan pengguna lebih dari 73% tentu akan menciptakan budaya baru. Inilah yang perlu dipahami dan selalu mengadopsi budaya-budaya yang adi luhur,” ucapnya.
“Misalnya saja ketika bertransaksi atau berkomunikasi menghubungi penjual, kita harus selalu memperhatikan akan keberagaman budaya dan suku agar tidak terjadi ketersinggungan," tambah Alem.
Baca Juga
Sementara itu, Dosen Fikom Unisba dan Co Founder Japelidi Santi Indra Astuti menututrkan, perkembangan dunia digital yang pesat turut membawa tantangan baru di masyarakat. Antara lain mengaburnya wawasan kebangsaan, kebebasan berekspresi yang kebablasan, serta berkurangnya sikap toleransi dan penghargaan akan perbedaan.
Adapun hal yang dapat dilakukan untuk menangkal radikalisme misalny, membuat konten positif yang menyerukan toleransi dan keberagaman, merangkul sesama, serta memperkuat partisipasi dan kolaborasi di ruang digital.
"Perubahan untuk kebaikan adalah sah-sah saja, tapi yang tidak diterima dari radikalisme adalah caranya yang menghalalkan kekerasan. Dan Kekerasan tersebut dipakai sebagai sebuah jalan perubahan karena hanya menganggap satu-satunya paham yang benar adalah hanya pahamnya sendiri," tukasnya.
Dengan hadirnya program GNLD oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif di era industri 4.0.
(ind)