Dampak Wabah Covid-19, Solusi Global Diperlukan Atasi Krisis 2020

Senin, 27 April 2020 - 09:09 WIB
loading...
Dampak Wabah Covid-19,...
Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Solusi global diperlukan guna mengatasi krisis ekonomi 2020 yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Krisis ekonomi 2020 memiliki tiga dimensi besar yakni wabah Covid-19, kebijakan sosio-politik untuk menekan penyebaran Covid-19 (social distancing dan phisical distancing) serta pengaruh negatif bagi perekonomian dunia.

Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan ketiga kombinasi tersebut saling berhubungan satu sama lain. Tingkat pengaruh ekonomi ditentukan oleh bagaimana kebijakan sosial distancing maupun phisical distancing akan dilakukan dan dalam jangka berapa waktunya.

Sementara kebijakan social distancing akan ditentukan oleh kemampuan negara negara di dunia untuk mengatasi Covid-19. Berdasarkan dari keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan vaksin untuk menangani pandemi Covid-19 baru bisa dilakukan 12-18 bulan ke depan. "Ini artinya solusi global terhadap krisis ekonomi sekarang baru akan terjadi pada pertengahan 2021 atau pertengahan tahun depan," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, masalah yang dihadapi dalam menangani krisis ekonomi 2020 ini adalah terjadinya polarisasi di dunia. Polarisasi itu antara lain terjadinya persaingan antara Rusia dengan OPEC, rivalitas antara China dan Amerika Serikat, Eropa versus Eropa, negara kaya dan negara miskin. "Polarisasi inilah yang membuat solusi secara global menghadapi sejumlah kendala yang harus terlebih dahulu diatasi," ungkapnya.

Dia juga mengatakan, harga minyak dunia negatif baru terjadi pada krisis kali ini. Permintaan dunia terhadap minyak dunia turun drastis sehingga pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami penurunan. Berbagai lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, ADB juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi secara tajam.

Analisis Pasar Saham Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menambahkan, krisis ekonomi 2020 berdampak negatif pada penurunan pada IHSG (Indeks Harga saham gabungan) dimana pada bulan Maret terkoreksi hingga 38%. Namun koreksi hingga 38% ini akan mengalami pemulihan jika solusi global bisa dilakukan oleh negara-negara di dunia.

Menurut Alfred, yang menjadi perhatian para investor di pasar saham saat ini adalah seberapa lama pandemi Covid-19 akan selesai dan berapa lama durasinya. "Jika kepastian ini belum ada, kemungkinan pasar terkoreksi lebih dalam dibandingkan krisis ekonomi 1997-1998 akan terjadi," imbuhnya.

Pemulihan harga saham BUMN dengan emiten non BUMN antara krisis ekonomi 1997-1998 dengan krisis ekonomi 2020 sangat berbeda. Pada krisis 1997-1998, saham saham BUMN lebih cepat pulih dan saham saham BUMN menjadi motor penggerak pemulihan IHSG.

Sedangkan pada krisis ekonomi 2020 pemulihan saham-saham BUMN lebih lambat dibandingkan dengan emiten emiten non BUMN. Saat ini kapitalisasi saham saham BUMN turun hingga 37,8% akibat pandemi Covid-19.

Adapun buy back (pembelian kembali) saham-saham yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk melakukan stabilisasi harga namun tidak akan mendorong kenaikan saham saham emiten non BUMN jika kondisi pasar saham belum membaik. "Kecenderungannya pasar akan menuju tren positif jika tidak ada gelombang kedua wabah Covid-18," katanya. (Kunthi Farmas Sandy)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1389 seconds (0.1#10.140)