UGM Keren! Bisa Bikin Alat Deteksi Covid Hanya Lewat Embusan Napas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan alat deteksi Covid-19 melalui embusan napas yang dibuat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta akan diperbanyak setelah melalui uji validitas. Rencananya alat deteksi Covid-19 yang diberi nama GeNose tersebut sudah bisa digunakan akhir tahun ini.
"Inovasi dari teman-teman di UGM ini sedang dilakukan uji validasi tahap kedua. Ini inovasi yang luar biasa karena lebih akurat dibandingkan test PCR," ujar Bambang dalam diskusi virtual, Selasa (20/10/2020).
Menurut dia saat uji validasi tahap pertama di salah satu rumah sakit di Yogyakarta akurasinya mencapai 97% dibandingkan PCR. Tidak hanya itu, berdasarkan hasil uji valisasi Badan Intelijen Negara (BIN) hanya butuh waktu 8 detik untuk mengetahui hasil test Covid-19.
Disisi lain, ada juga alat deteksi lain bernama RT-Lamp yang juga sedang dipersiapkan untuk bisa digunakan akhir tahun ini. Namun bedanya alat tersebut mendeteksi virus melalui antigen mirip dengan swab test melalui lendir hidung. "Ini juga akan membantu mengurangi beban biaya (impor) test PCR dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi," jelasnya.
Terkait pembuatan vaksin merah putih juga tetap jalan salah satunya dikembangkan oleh Universitas Indonesia melalui platform DNA, MRNA, dan virus like particles. Sedangkan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus. "Universitas Airlangga mengembangkan vaksin dua platform, yaitu adenovirus dan adeno-associated virus (AAV) dan UGM mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan," jelasnya.
"Inovasi dari teman-teman di UGM ini sedang dilakukan uji validasi tahap kedua. Ini inovasi yang luar biasa karena lebih akurat dibandingkan test PCR," ujar Bambang dalam diskusi virtual, Selasa (20/10/2020).
Menurut dia saat uji validasi tahap pertama di salah satu rumah sakit di Yogyakarta akurasinya mencapai 97% dibandingkan PCR. Tidak hanya itu, berdasarkan hasil uji valisasi Badan Intelijen Negara (BIN) hanya butuh waktu 8 detik untuk mengetahui hasil test Covid-19.
Disisi lain, ada juga alat deteksi lain bernama RT-Lamp yang juga sedang dipersiapkan untuk bisa digunakan akhir tahun ini. Namun bedanya alat tersebut mendeteksi virus melalui antigen mirip dengan swab test melalui lendir hidung. "Ini juga akan membantu mengurangi beban biaya (impor) test PCR dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi," jelasnya.
Terkait pembuatan vaksin merah putih juga tetap jalan salah satunya dikembangkan oleh Universitas Indonesia melalui platform DNA, MRNA, dan virus like particles. Sedangkan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus. "Universitas Airlangga mengembangkan vaksin dua platform, yaitu adenovirus dan adeno-associated virus (AAV) dan UGM mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan," jelasnya.
(nng)